2.1.2 Tingkat Pencemaran
Emisi Pb bentuk gas, terutama berasal dari buangan gas kendaraan bermotor, merupakan hasil sampingan dari pembakaran mesin–mesin kendaraan
dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Percepatan pertumbuhan sektor transportasi, kepadatan arus lalu lintas,
serta tingginya jumlah kendaraan bermotor dan menimbulkan kemacetan. Dampak kemacetan ini yang akan menyebabkan tingginya tingkat polusi udara di
perkotaan. Darmono, 2008 Konsumsi premium untuk transportasi pada tahun 1999 adalah sebesar
11.515.401 kiloliter. Dikawasan tertentu, seperti terminal bus dan daerah padat lalu lintas, kadar Pb mencapai 2-8µgm3. Didaerah pemukiman di Jakarta, kadar
Pb melampaui baku kualitas udara. BAPEDAL DKI, 1998
Tabel 2.1 Prediksi Output Total Pb dari Berbagai Sektor Kegiatan di Jawa Barat Tahun 2001 BPLHD Jabar, 2002
No. Emisi Pb untuk setiap
sector Urutkan
berdasarkan kode sektor
Urutan berdasarkan total Pb
Nama Sektor Total Pb Ton
Total Pb case Ton 1
Manufaktur 0,646
0,710 2
Bangunan 0,379
0,417 3
Transportasi dan Komunikasi
0,351 0,387
4 Jasa lainnya
0,255 0,281
5 Listrik, Gas dan Air
0,252 0,277
6 Perdagangan, Restoran
dan, Hotel 0,095
0,104 Sumber : Widowati, 2008.
Sumber utama pencemaran Pb berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang menempati 90 dari total emisi Pb di atmosfer. Sekitar 10 Pb
mengendap langsung di tanah dalam jarak 100 meter dari jalan; 45 mengendap dalam jarak 20 Km ; 10 mengendap dalam jarak 20-200 km; dan 35 terbawa
ke atmosfer. Rubianto , 2000 dalam Anggraini, 2008
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Keracunan Timbal
Timbal bersifat toksik yang kumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dpengaruhinya yaitu sebagai berikut:
Darmono, 2008 a.
Sistem hematopoetik, Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
b. Sistem saraf pusat dan tepi, dapat menyebabkan gangguan ensefalopati dan
gejala gangguan saraf perifer. c.
Sistem ginjal, dapat menyebabkan amniasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
d. Sistem gastrointestinal, menyebabkan kolik dan konstipasi.
e. Sistem kardiovaskular, menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
pembuluh darah. f.
Sistem reproduksi, dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita serta hipospermi dan teratospermi pada pria.
g. Sistem endokrin, mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim.
Timbal mengganggu sistem sintesis Hb dengan jalan menghambat konversi delta- aminolevulinik-asid delta-ALA menjadi fibrilinogen dan juga menghambat
korporasi dari Fe ke dalam protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan jalan menghambat enzim delta-ALAD dan ferokelratase.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb. Darmono, 2008. Timbal
bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama hubungannya dengan sel darah merah eritrosit pertama didistribusikan ke dalam jaringan lunak
seperti tubulus ginjal dan sel hati, tetapi berinkorporasi dalam tulang, rambut, dan gigi untuk dideposit storage, dimana 90 deposit terjadi dalam tulang dan
hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak. Darmono, 2008. Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 g
pada orang dewasa dan 70 g pada anak–anak sehingga terjadi ensefalopati,
Universitas Sumatera Utara
kerusakan arteriol dan kapiler, edema otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang disertai
dengan munculnya ataksia, koma, dan kejang – kejang. Pada anak, kadar Pb darah 40 – 50 gdL bias mengakibatkan hiperaktivitas. Kandungan sebesar 45 gdL
pada anak, harus mendapatkan perawatan segera, kandunan lebih dari 70 gdL menyebabkan kondisi gawat secara medis medical emergency, sedangkan
kandungan Pb di atas 120 gdL bersifat sangat toksik dan dapat menyebabkan kematian pada anak Ettinger, 1995 ; Setyorini, 2004; dalam Widowati, 2008.
2.1.4 Efek Timbal pada Hepar