1 1
2 2
1
100 v
p z
p p
g f
G
II eks
s kebocoran
⋅ ⋅
− ⋅
× ×
=
7131 ,
081556 ,
667 ,
40 84
431 ,
5 667
, 40
81 ,
9 10
94286 ,
100
2 2
3
= ⋅
⋅ −
⋅ ×
⋅ ×
=
−
kgs Dimana dalam hal ini diambil diameter poros d sebesar 500 mm, lebar celah
antara poros dengan paking labirin Δs sebesar 0,6 mm, sehingga luas
melingkar untuk aliran uap f
s
adalah : f
s
= π x d x Δs = π x 0,5 x 0,6 x 10
-3
= 0,94286 x 10
-3
m
2
Kalor total uap sebelum nosel tingkat kedua adalah : i
= i - h
- ∑h
kerugian
= 3520,6 - 230,274 – 67,7965 = 3358,1225 kJkg
Dimana : ∑h
kerugian
=
a ge
e b
gb b
n
h h
h h
h h
,
+ +
+ +
+
= 21,5389 + 32,4553 + 5,0421 + 3,2528 + 4,8464 + 0,6612 = 67,7965 kJkg
Sehingga kondisi uap sebelum nosel tingkat kedua ditentukan oleh tekanan 40 bar dan temperatur 458,333
C.
4.2 Perhitungan Kalor dari Tingkat Pengaturan sampai Ekstraksi I
Penurunan kalor teoritis dari tekanan 40 bar dan temperatur 458,333 C ke
tekanan sampai ekstraksi pertama adalah :
Universitas Sumatera Utara
h
I o
= 3358,1225 – 2998,333 = 359,7895 kJkg Perhitungan pendekatan menunjukkan bahwa empat tingkat dapat dipasang pada
selang hingga ke titik ekstraksi pertama. Dengan membuat penurunan kalor yang sama pada setiap tingkat, diperoleh :
h rata -rata =
947 ,
89 4
7895 ,
359 =
kJkg Penurunan kalor untuk ketiga tingkat yang berurutan didistribusikan sebagai
berikut : 1.
Pada tingkat yang kedua sebesar 89,77 kJkg = 21,4412 kkalkg 2.
Pada tingkat yang ketiga sebesar 89,85 kJkg = 21,4603 kkalkg 3.
Pada tingkat yang keempat sebesar 89,97 kJkg = 21,489 kkalkg 4.
Pada tingkat yang kelima sebesar 90,1995 kJkg = 21,5438 kkalkg
Tekanan uap sesudah tiap-tiap tingkat, dari diagram Mollier i-s adalah 0769
, 31
2
=
II
p bar setelah tingkat yang kedua,
8889 ,
23
2
=
III
p bar setelah tingkat yang
ketiga, 5
, 17
2
=
IV
p bar setelah tingkat keempat dan
544 ,
12 =
I eks
p
bar setelah tingkat yang keempat. Pada tingkat kedua turbin untuk memperkecil kerugian pemasukan, akan
dibuat terjadi 5 reaksi padi setiap baris sudu, untuk tingkat kedua dipilih perbandingan kecepatan uc
ad
= 0,41, sehingga kecepatan mutlak uap keluar nosel tingkat kedua : 687
, 423
4412 ,
21 5
, 91
5 ,
91 =
× =
× =
h c
ad
ms Kecepatan keliling pada sudu adalah :
u = uc
ad
x c
ad
= 0,41 x 423,687 = 173,712 ms
Universitas Sumatera Utara
Diameter rata-rata sudu menjadi :
3000 712
, 173
60 60
× ×
= ⋅
× =
π π
n u
d
= 1,10544 m = 1105,44 mm
Penurunan kalor pada nosel tingkat kedua : h
01
= 1- ρ x h
= 1 – 0,05 x 89,77 = 85,2815 kJkg, dan pada sudu gerak sebesar :
h
02
= 89,77 – 85,2815 = 4,4885 kJkg
sehingga tekanan uap setelah nosel adalah =
I
p
1
32,713 bar. Perbandingan tekanan
=
o I
p p
1
32,71340 = 0,817825 vkr, yang berarti kecepatan uap adalah lebih tinggi daripada kecepatan kritis.
Kecepatan aktual uap adalah : 441
, 396
4412 ,
21 96
, 5
, 91
5 ,
91
1
= ×
× =
× ×
= h
c ϕ
ms Dimana
96 ,
= ϕ
diambil dari gambar 2.4, maka kecepatan teoritis uap :
959 ,
412 96
, 441
, 396
1
= =
t
c ms
Sudut masuk uap α
1
diambil sebesar 14,9
o
sehingga bila ε = 1 tinggi nosel yang akan diperoleh berada dalam jangka yang diizinkan, sehingga kecepatan pada pelek
rim adalah :
u
c
1
= c
1
x cos α
1
= 396,441 x cos 14,9
o
= 383,1 ms
Universitas Sumatera Utara
dan kecepatan relatif uap terhadap sudu gerak : ω
1
=
1 1
2 2
1
cos 2
α ⋅
⋅ ⋅
− +
u c
u c
= 902
, 232
9 ,
14 cos
712 ,
173 1
, 383
2 712
, 173
1 ,
383
2 2
= ⋅
⋅ ⋅
− +
o
ms, besar sudut kecepatan relatif ini adalah :
sin β
1
=
o
c 9
, 14
sin 902
, 232
1 ,
383 sin
1 1
1
= ×
α ω
β
1
= 25,957 s
udut keluar relatif uap β
2
menjadi sebesar 22,957
o
β
2
= β
1
- 3 sehingga dari
gambar 2.5 diperoleh ψ = 0,862.
Kecepatan relatif uap meninggalkan sudu gerak tingkat kedua diperoleh melalui persamaan berikut ini :
ω
2
= 4412
, 21
05 ,
8378 902
, 232
862 ,
5 ,
91 8378
5 ,
91
2 2
1
⋅ +
× =
⋅ +
×
o
h ρ
ω ψ
= 216,672 ms
maka kecepatan relatif uap teoritis menjadi : 359
, 251
862 ,
672 ,
216
2 2
= =
= ψ ω
ω t ms
Selanjutnya kecepatan uap meninggalkan sudu gerak tingkat yang kedua adalah : c
2
=
2 2
2 2
2
cos 2
β ω
ω ⋅
⋅ ⋅
− +
u u
= 387
, 88
957 ,
22 cos
712 ,
173 672
, 216
2 712
, 173
672 ,
216
2 2
= ⋅
⋅ ⋅
− +
o
ms
Universitas Sumatera Utara
Dengan nilai-nilai kecepatan dan besar sudut yang sudah diketahui, maka dapat digambarkan segitiga kecepatan untuk tingkat kedua ini, yaitu :
1
c
1
ω
2
c
2
ω
u u
Gambar 4.4 Segitiga kecepatan tingkat kedua
Dari gambar 4.4 diatas didapat sudut keluar uap sudu gerak tingkat kedua
2
α sebesar 73
o
dan kecepatan pada pelek rim menjadi : c
2u
= c
2
x cos α
2
= 88,387 x cos 73
o
= 25,785 ms
Sehingga kerugian kalor pada nosel adalah : h
n
= 6815
, 6
2001 441
, 396
959 ,
412 2001
2 2
2 1
2 1
= −
= − c
c
t
kJkg dan kerugian kalor pada sudu gerak tingkat kedua adalah :
h
b
= 1132
, 8
2001 672
, 216
359 ,
251 2001
2 2
2 2
2 2
= −
= −
ω ω
t
kJkg serta kerugian akibat kecepatan keluar uap dari sudu gerak tingkat kedua adalah :
h
e
= 9041
, 3
2001 387
, 88
2001
2 2
2
= =
c kJkg
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi pada keliling cakram dihitung sebagai berikut :
2 2
1
2
ad u
u u
c c
c u
− Σ
⋅ ⋅
= η
=
2
687 ,
423 785
, 25
1 ,
383 712
, 173
2 +
× ×
= 0,79135
Untuk memeriksa ketepatan perhitungan kerugian kerugian kalor yang diperoleh diatas hasilnya dibandingkan dengan hasil hasil yang diperoleh untuk nilai uc
ad
yang optimum :
h h
h h
h
e b
n u
+ +
− =
η
7917 ,
77 ,
89 9041
, 3
1132 ,
8 6815
, 6
77 ,
89 =
+ +
− =
,
kesalahan perhitungan
04426 ,
100 7917
, 79135
, 7917
, =
× −
, karena masih dibawah 2, maka perhitungan diatas sudah tepat.
Untuk tingkat kedua ini
1 =
ε , maka dari persamaan 2-6 dapat ditentukan daya
yang hilang akibat gesekan dan pengadukan, sebagai berikut :
× ×
⋅ =
⋅ ⋅
⋅ ⋅
= 0982
, 1
10 712
, 173
10544 ,
1 07
, 1
1 10
07 ,
1
6 3
2 6
3 2
, u
a ge
u d
N
ρ λ
8219 ,
69 =
kW dan besarnya kerugian kalor, adalah :
7553 ,
456 ,
92 427
1868 ,
4 4984
, 19
102 427
102
,
= ×
⋅ ⋅
= ⋅
⋅ =
G N
h
gea a
ge
kJkg
Universitas Sumatera Utara
Kalor total uap sesudah sudu-sudu dengan memperhitungkan kerugian adalah : 7553
, 9041
, 3
1132 ,
8 6815
, 6
77 ,
89 1225
, 3358
2
+ +
+ +
− =
i kJkg
= 3287,8066 kJkg
Kebocoran uap melalui perapat labirin :
1 1
2 2
1
100 v
p z
p p
g f
G
I s
kebocoran
⋅ ⋅
− ⋅
× ×
=
3269 ,
1 098164
, 40
8 0769
, 31
40 81
, 9
10 94286
, 100
2 2
3
= ⋅
⋅ −
⋅ ×
⋅ ×
=
−
kgs maka kerugian kalor akibat kebocoran adalah :
0092 ,
1 316
, 70
456 ,
92 3269
, 1
2
= ×
= −
× =
i i
G G
h
kebocoran kebocoran
kJkg Penjumlahan seluruh kerugian kalor pada tingkat kedua ini menjadi :
∑h
kerugian
= 6,6815 + 8,1132 + 3,9041 + 0,7553 + 1,0092 = 20,4632 kJkg
maka penurunan kalor yang bermanfaat pada tingkat kedua ini adalah : h
i
= h -
∑h
kerugian
= 89,77 – 20,4632 = 69,3086 kJkg
dan efisiensi tingkat menjadi : 2048
, 77
772048 ,
77 ,
89 3086
, 69
= =
= =
h h
i tk
oi
η
sehingga daya yang dibangkitkan oleh tingkat kedua ini adalah :
0221 ,
6407 102
1868 ,
4 3086
, 69
456 ,
92 427
102 427
=
×
= ×
× =
i i
h G
N
kW
Universitas Sumatera Utara
Untuk tingkat ketiga, diperoleh tekanan uap sebelum nosel sebesar 31,0769 bar dan temperatur uap adalah 424,167
o
C, sehingga kalor total uap sebelum nosel adalah :
II i
pr e
II o
pr e
III o
h h
i h
i −
+ =
+ 3086
, 69
1225 ,
3358 9041
, 3
− =
+
III o
i 9117
, 3284
=
III o
i
kJkg
Pada tingkat ketiga turbin ini juga, untuk memperkecil kerugian pemasukan akan dibuat terjadi 5 reaksi padi sudu pengarah, untuk tingkat ketiga dipilih
perbandingan kecepatan uc
ad
= 0,42, sehingga kecepatan mutlak uap keluar nosel tingkat ketiga :
876 ,
423 4603
, 21
5 ,
91 5
, 91
= ×
= ×
= h
c
ad
ms
dan kecepatan keliling pada sudu adalah : u = uc
ad
x c
ad
= 0,42 x 423,876 = 178,028 ms
Serta diameter rata-rata sudu menjadi :
3000 028
, 178
60 60
× ×
= ⋅
× =
π π
n u
d
= 1,13291 m = 1132,91 mm
Tingkat yang berikutnya sampai tingkat ke-8 didesain sama dengan cara yang sebelumnya dan hasilnya ditampilkan pada tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Perhitungan Kalor dari Ekstraksi II sampai Kondensor