karena suatu keahlian atau ilmu pengetahuan kelebihan ini menjadikan seseorang pemimpin dan secara alamiah
berkedudukan sebagai pemimpin dalam keahliannya itu, seorang pemimpin dapat merefleksikan kekuasaan dalam
batas-batas keahliannya itu dan secara terbatas pula orang lain tunduk pada kekuasaan yang bersumber dari keahlian
yang dimiiknya karena ada kepentingan terhadap keahlian sang pemimpin.
1.7.2 Pemisahan Kekuasaan Secara teoritis, pemisahankekuasaan negara berdasarkan
fungsi lembaganya didasarkan pada asumsi, bahwa adanya pemusatan kekuasaan pada satu tangan, maka dapat terjadi
pengelolaan sistem pemerintahan secara absolut atau otoriter, misalnya seperti dalam bentuk monarki dimana kekuasaan
berada pada ditangan seorang raja. Maka untuk menghindari hal tersebut perlu adanya pemisahan kekuasaan, sehingga
diharapkan adanya kontrol dan keseimbangan diantara lembaga pemegang kekuasaan tersebut.
Negara mempunyai kekuasaan yang secara normatif dicerminkan dari batasan, pedoman dan aturan lain yang
dituangkan dalam konstitusi. Di dunia Barat ada dikenal dengan pemisahan kekuasaan negara ke dalam tiga kekuasaan,
diantaranya: kekuasaan Legislatif, kekuasaan Eksekutif dan kekuasaan Yudikatif. John Locke sebagai pencetus pertama kali
tentang pembagian kekuasaan dengan melalui bukunya yang berjudul “Two Treaties on Civil Government”. Dia menolak
pendapat bahwa kekuasaan itu sifatnya turun temurun. Hal ini akan senderung untuk melaksanakan kekuasaan itu dengan tidak
memperhatikan aspirasi atau kehendak rakyat. John Locke memisahkan kekuasaan kedalam tiga bidang,
yaitu
34
2 Kekuasaan eksekutif ialah wewenang mempertahankan dan melaksanakan Undang-Undang serta mengadili perkara.
Wewenang mengadili perkara ini menurut John Locke dianggap :
1 Kekuasaan legislatif ialah wewenang membuat Undang- Undang.
34
Christin S.T Kansil, Ilmu Negara, Jakarta: Pradnya Paramita ,2007, hal. 140.
sebagai Uithvoering atau pelaksanaan, karena merupakan bagian dari wewenang eksekutif.
3 Kekuasaan federatif ialah wewenang yang tidak termasuk ke dalam kekuasaan legislatif dan eksekutif. Yaitu kekuasaan
mengadakan perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan-badan di luar negeri.
Pendapat John Locke inilah yang mendasari munculnya teori pembagian kekuasaan sebagai gagasan awal untuk
menghindari adanya pemusatan kekuasaan absolut dalam suatu negara.Dan kemudian dalam perkembangan selanjutnya, sekitar
beberapa tahun berikutnya muncullah Montesquieu yang mencetuskan teori pemisahan kekuasaan atau yang lebih dikenal
dengan “Trias Politica” ke dalam tiga bidang.dalam bukunya yang berjudul L
‟esprit des Louis pada tahun 1748 menawarkan alternatif yang agak berbeda dari pendapat John Locke.
Dengan adanya pemisahan kekuasaan diharapkan dapat saling lepas dan dalam tingkat yang sama. Hal ini berarti bahwa
lembaga-lembaga negara dipisahkan sehingga dapat saling
mengawasi dan mengontrol satu sama lain. Kekuasaan yang dimaksud adalah:
1. Kekuasaan Legislatif, sebagai pembuat Undang-Undang yang