Kekuasaan Absolut Penguasa Pihak yang kepadanya individu-individu ini menyerahkan atau

memerintah penguasa dengan yang diperintah rakyat. Kedua, kontrak sosial dalam pandangan Hobbes dilakukan oleh individu- individu yang hidup dalam kebebasan dan secara alamiah adalah terisolir dan anti sosial. Maksudnya adalah manusia atau individu-individu yang liar ini sebenarnya memiliki kepentingan bersama selain hasrat kebebasannya,yaitu untuk sama-sama menginginkan suatu keteraturan dan menciptakan masyarakat sipil. Hal ini tentunya tidak jauh-jauh dari keinginan manusia ini untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

2.3.5 Kekuasaan Absolut Penguasa Pihak yang kepadanya individu-individu ini menyerahkan atau

mengamanatkan kekuasaan mereka masing-masing inilah yang disebut dengan penguasa the sovereign. Kedudukannya mempunyai hak-hak serta kekuasaan dasar tertentu. Orang- orang tidak bisa mencabut penyerahan otoritas mereka tanpa izinnya karena mereka telah mengadakan perjanjian yang mengikat satu sama lain,menganggapnya sebagai pemilik semuanya sehingga ia yang sudah menjadi penguasa mereka akan memutuskan dan melakukan hal-hal yang dianggap pantas. Hobbes berpendapat bahwa penguasa sudah seharusnya memiliki kekuasaan yang besar untuk bisa mengatur dan menciptakan suatu keteraturan dalam masyarakatnya. Apapun yang dilakukan penguasa adalah baik dan adil serta tidak bisa dipertanyakan oleh rakyat. 95 Untuk menjustifikasi sifat kedaulatan dan kekuasaan ini,Hobbes menggunakan cara baru dengan menjadikan setiap orang adalah pelaku dari tindakan penguasanya, ketika seorang penguasa bertindak,sebenarnya ia adalah tindakan individu, setiap orang adalah pelaku dari semua tindakan penguasa,dan konsekuensinya, jika individu mengeluhkan penguasanya,berarti mengeluhkan dirinya sendiri sebagai pelaku. 96 Penguasa ini menurut Hobbes,dapat mempergunakan segala cara termasuk kekerasan untuk menjaga ketentraman yang dikehendaki oleh semua. Penguasa ini sendiri tidak mengikatkan dirinya pada perjanjian tadi,artinya dia sendiri tidak menyerahkan apa-apa,berlainan dengan manusia yang mengikat perjanjian tadi,oleh sebab itu ia mempunyai kekuasaan yang 95 Ibid, hlm 317 96 Ibid, hlm 319-320 tidak terbatas. Ia pun dapat membatasi pendapat-pendapat orang yang berada di bawah kekuasaannya. 97 Penguasa terlepas dari kritik dan kebijakannya bebas dari debat publik,kedudukannya juga berada di atas hukum sipil persemakmuran; karena mempunyai kekuasaan untuk membuat dan mengganti hukum,maka ia bisa membebaskan dirinya dari ketundukan pada hukum tersebut dengan mengganti hukum- hukum yang merugikannya dan membuat hukum yang baru. 98 Kekuasaannya tidak bisa dipindahkan kepada orang lain tanpa persetujuannya. Ia tidak bisa kehilangan kekuasaannya. Ia tidak bisa dituduh melakukan penganiayaan oleh bawahan-bawahannya. Ia tidak bisa dijatuhi hukuman oleh mereka. Ia adalah orang yang memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk perdamaian dan hakim doktrin. Ia adalah satu-satunya legislator dan hakim perselisihan yang tertinggi,dan hakim pada masa perang dan damai. Hobbes merangkumkan otoritas yang tidak terbatas dimiliki oleh penguasa ini dalam paragraf berikut : 99 97 Deliar Noer, Pemikiran... Op.Cit hlm 105 98 Ibid, hlm 320 99 Ibid, hlm 320 Deliar Noer,juga dalam bukunya mengutip tulisan Hobbes dalam Leviathan tentang penguasa adalah sebagai berikut: Kekuasaannya tidak dapat diserahkan kepada yang lain tanpa persetujuannya; kekuasaanya tidak dapat lepas dari tangannya. Ia tidak dapat dituduh melakukan pelanggaran- pelanggaran; ia tidak dapat dihukum oleh mereka; dialah hakim tentang apa yang perlu bagi perdamaian; dan penentu hukum tentang doktrin-doktrin; dialah satu- satunya pembentuk undang-undang; dan hakim tertinggi pada perselisihan-perselisihan; dan tentang waktu-waktu serta kesempatan-kesempatan perang dan damai; padanya terserah untuk memilih anggota pemerintah,penasihat,panglima-panglima dan semua pejabat menteri yang lain; dan untuk menentukan hukuman,ganjaran,penghormatan dan penghargaan. 100 Dari penjelasannya di atas dapat dilihat bagaimana sosok penguasa yang dimaksudkan Hobbes adalah orang yang memiliki kekuatan,kedaulatan dan kekuasaan yang amat besar. Hobbes dalam hal ini mencoba mendefenisikan bahwa di tangan sang penguasa inilah yang mengatur bagaimana jalannya kehidupannya manusia-manusia tersebut. Dia bisa bertindak sebagai eksekutor atau pihak yang menjalankan pemerintahan,bisa sebagai legislator yang bertindak untuk membuat hukum dan peraturan kebijakan serta bisa juga bertidak sebagai yudikator atau hakim untuk menilai dan 100 Deliar Noer, Pemikiran... Op.Cit hlm 105 menengahi bilamana terjadi perselisihan-perselisihan dalam masyarakatnya. Hal-hal di atas memang sudah menunjukkan bagaimana keberpihakan Hobbes terhadap nilai-nilai kemutlakan ataupun keabsolutan yang dimiliki oleh sang penguasa. Bahkan Hobbes mengilustrasikan keberadaan sang penguasa ini dengan Leviathan,yaitu seekor hewan atau monster yang hidup di laut yang memiliki kekuatan dan daya yang besar serta menakutkan. Tetapi tidak seorangpun menyukai dan memuja binatang menakutkan tersebut. Walaupun Hobbes memperkenalkan bentuk kekuasaan tersebut dalam dua segi,berupa majelis atau kekuasaan yang terpusat di tangan satu orang,ia lebih suka bahwa kekuasaan itu adalah terletak pada satu orang. Hal ini lebih baik,pemerintahan yang di tangan satu orang itu memungkinkan kebijakan yang diambil dan dilaksanakan dalam satu pedoman atau pegangan. 101 101 Syam Firdaus, Pemikiran... Op.Cit hlm 123 Kekuatan dan kestabilan pemerintahan juga dirasa lebih kuat apabila kekuasaan berada di tangan satu orang. Hal ini juga untuk menjauhkan dari potensi munculnya konflik atau perang saudara apabila kekuasaan yang ada tersebar-sebar. Untuk menunjang kekuasaan yang monarki,diperlukan hak-hak istimewa seperti hak pengganti,termasuk menentukan dari mana pengganti itu dilakukan. Hobbes juga tidak menafikan kemungkinan terjadinya nepotisme dalam proses pergantian kekuasaan. 102 Cara pandang Hobbes dalam melihat makna kekuasaan ini dapat disimpulkan bahwa ia menolak apa yang dikenal dengan sistem politik yang demokratis; yang didalamnya adalah substansi untuk menegakkan adanya pembagian kekuasaan distribution of power,yang mengenal adanya pemisahan kekuasaan separation of power. 103 Bagi Hobbes dengan adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan negara itu tidak akan solid,sebab pasti akan terjadi konflik-konflik kembali dikarenakan kekuasaan yang ada sudah tersebar-sebar. 102 Ahmad Suhelmi, Pemikiran.. Op.Cit hlm 180 103 Syam Firdaus, Pemikiran... Op.Cit hlm 124 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Adapun yang menjadi isi dari bab ini adalah penulis akan medeskripsikan bagaimana kekuasaan Presiden Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen dan mengkaji praktik pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden Soekarno lewat Demokrasi Terpimpin 1959-1966 dan menganalisnya apakah terdapat kesimetrisan dengan konsep kekuasaan absolut menurut Thomas Hobbes. 3.1PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA DAN KEDUDUKAN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DALAM UUD RI 1945 SEBELUM AMANDEMEN Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 tentunya juga mempunyai konstitusi dasar yang di dalamnya berisikan aturan ataupun undang-undang yang mengatur bagaimana jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 18 Agustus 1945,sehari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,Undang-Undang Dasar ini ditetapkan sebagai konstitusi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dewasa ini,undang-undang ini dikenal dengan sebutan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-undang dasar ini tentunya menjadi sumber hukum tertinggi yang mengatur bagaimana jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia ke depannya. Ia menjadi pegangan dan fondasi yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan kemaslahatan bangsa dan negara. Termasuk juga di dalamnya adalah mengatur bagaimana tata kelola negara,sistem pemerintahan,kekuasaan dan struktur pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan apabila ditinjau dari sudut pandang trias politiica yang menjadi dasar teori dari pemisahan kekuasaan negara berdasarkan fungsi dari lembaga- lembaga negara,ternyata tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan melainkan pembagian kekuasaaan 104 . Hal ini dijelaskan dalam UUD 1945 yang pada bab III mengatur tentang Kekuasaan dan Pemerintahan Negara,bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat,bab IX tentang Kekuasaan kehakiman. 105

a. Kekuasaan Legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat.