BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Departemen Biologi Oral FKG USU
Waktu : Bulan Oktober 2014
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua mahasiswa FKG USU angkatan 20112012, 20122013, dan 20132014 yang masih aktif dalam perkuliahan.
3.3.2 Sampel
Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling dimana penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tetapi terfokus pada target yang memenuhi kriteria
inklusi.
3.3.2.1 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus :
26
n =
�
2 1−�2
� 1−�
2
�
2
Keterangan: n
= besar sampel minimum Z
2 1-
α2
= nilai distribusi normal baku tabel Z pada α tertentu 96 Zα score
= 1,96 P
= proporsi dari penelitian yang telah ada bila tidak ada dianggap 50 atau 0,5
d = kesalahan yang dapat ditolerir 13
Hasil perhitungan :
n = 1,96
2
0,5 1-0,5 = 56,83 ≈ 60
0,13
2
Jadi jumlah sampel minimal adalah 60 orang mahasiswa FKG USU berumur 17-22 tahun yang terdiri dari 30 orang laki-laki dan 30 orang perempuan.
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu: 1.
Memiliki gigi-geligi yang lengkap I
1-
M
2
2. Oklusi klas I Angle
Gambar 9. Oklusi Klas I Angle
27
3. Berumur 17-22 tahun
4. Bersedia mengikuti penelitian
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu: 1.
Memiliki riwayat gangguan sendi temporomandibula, trauma pada kepala atau daerah maksilofasial, atau tumor kepala atau leher
2. Memiliki riwayat penyakit sistemik rheumatoid arthritis
3. Memiliki anomali perkembangan fasial
4. Atrisi gigi insisivus sentralis maksila atau mandibula
5. Mengalami erosi gigi insisivus sentralis maksila atau mandibula
6. Maloklusi klas II, maloklusi klas III, crossbite, atau open bite
7. Menjalani perawatan konservasi gigi pada gigi insisivus sentralis maksila
atau mandibula seperti: a. Tambalan klas IV
b. Jaket c. Veneer
d. Protesa 8.
Pernah atau sedang menjalani perawatan dental seperti ortodonti atau bedah rahang
9. Fraktur pada tepi insisal gigi insisivus sentralis maksila atau mandibula
10. Mengalami pergeseran midline
11. Terdapat gigi yang erupsinya tidak sempurna, gigi yang crowded, serta gigi
yang elongasi
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Yang termasuk variabel bebas pada penelitian ini adalah tepi insisal gigi insisivus sentralis di rahang atas dan rahang bawah.
3.5.2 Variabel Tergantung
Yang termasuk variabel tergantung pada penelitian ini adalah jarak interinsisal pembukaan mulut maksimal.
3.5.3 Variabel Terkendali
1. Mahasiswa FKG USU
2. Umur 17-22 tahun
3. Ras Batak 4. Oklusi klas I A ngle
5. Kaliper digital ketelitian 0,01 6. Cara pengukuran
7. Posisi sampel saat dilakukan pengukuran 8. Tempat dilakukannya pengukuran pada kursi
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali
1. Ukuran rahang
2. Diet
3. Kebiasaan tidur
Variabel Terkendali
•
Mahasiswa FKG USU
•
Umur 17-22 tahun
•
Ras Batak
•
Oklusi klas I Angle
• Kaliper digital ketelitian 0,01
• Cara pengukuran
• Posisi sampel saat pengukuran
• Tempat dilakukannya pengukuran
pada kursi
Variabel Tidak Terkendali
•
Ukuran rahang
•
Diet
•
Kebiasaan tidur Variabel Tergantung
Jarak interinsisal pembukaan mulut
maksimal
Variabel Bebas
Tepi insisal gigi insisivus sentralis di rahang atas dan
rahang bawah
3.6 Definisi Operasional a.
Opening Ratio adalah perbandingan antara jarak interinsisal saat pembukaan mulut maksimal aktif dan pasif.
b. Jarak interinsisal saat pembukaan mulut maksimal aktif adalah jarak antara
tepi insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula saat mulut sampel terbuka maksimal tanpa bantuan jari sampel tanpa adanya rasa sakit pada rahang, wajah
dan leher, atau bagian lain dari mulut. c.
Jarak interinsisal saat pembukaan mulut maksimal pasif adalah jarak antara
tepi insisal gigi insisivus sentralis maksila dan mandibula saat mulut sampel dibuka dengan bantuan lebar empat jari jari telunjuk, jari manis, jari tengah, dan
jari kelingking sampel yang bisa disejajarkan diantara tepi insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula saat mulut sampel terbuka maksimal, tanpa
adanya rasa sakit pada rahang, wajah dan leher, atau bagian lain dari mulut.
d. Oklusi adalah kontak maksimum antara gigi-geligi rahang atas dengan rahang
bawah dimana lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup.
Oklusi klas I Angle neutro oklusi : Oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio
bukal molar permanen atas terletak pada celah groove bagian bukal molar
pertama permanen bawah. Oklusi klas II Angle disto oklusi : Oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio
bukal molar permanen atas terletak pada ruangan antara dua tonjol gigi
embrassure molar pertama permanen dengan premolar kedua bawah. Oklusi klas III Angle mesio oklusi: Oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio
bukal molar pertama permanen atas terletak antara gigi molar pertama dan molar kedua permanen bawah.
e. Atrisi adalah keausan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kontaknya gigi
geligi. f.
Erosi adalah hilangnya struktur gigi secara irreversible akibat bahan kimia tanpa
adanya kegiatan bakteri.
g. Pergeseran midline adalah pergeseran garis tengah lengkung gigi terhadap garis
tengah muka. h.
Rheumatoid arthritis adalah suatu keadaan progresif yang ditandai dengan
pembengkakan, rasa sakit yang timbul hilang, dan keterbatasan pergerakan sendi yang terlibat.
i. Gangguan sendi temporomandibula
adalah kondisi
abnormal sendi
temporomandibula yang timbul karena kebutuhan fungsional melampaui kebutuhan adaptasi, ditandai dengan adanya rasa sakit atau nyeri sendi, bunyi pada
sendi dan keterbatasan pergerakan mandibula.
3.7 Alat penelitian