Morfologi Fasial Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembukaan Mulut Maksimal .1 Umur

berat badan dan pembukaan mulut maksimal. 10 Akan tetapi penelitian de Sousa, dkk 2007 pada anak-anak umur 6 sampai 14 tahun di Brazil menunjukkan korelasi yang lemah antara berat badan dan pembukaan mulut maksimal. 8

2.2.6 Morfologi Fasial

Ingervall 1971 dikutip dari Fukui, 2002 menyatakan bahwa 25-40 persen variasi pembukaan mulut maksimal dapat dijelaskan oleh variasi morfologi fasial antar individu. Pembukaan mulut maksimal berkorelasi positif dengan panjang mandibula dan basis kranial anterior tetapi berkorelasi negatif dengan inklinasi ramus mandibula. Hasil penelitian Fukui, dkk 2002 juga menunjukkan bahwa pembukaan mulut maksimal berkorelasi positif dengan panjang basis kranial anterior, panjang maksila dan sudut gonial tetapi berkorelasi negatif dengan inklinasi ramus mandibula. Semakin besar sudut inklinasi ramus mandibula maka mandibula semakin berotasi dalam arah berlawanan jarum jam. Berbeda dengan hasil penelitian Ingervall, hasil penelitian Fukui tidak menunjukkan adanya korelasi antara pembukaan mulut maksimal dengan panjang mandibula. 14 Variasi morfologi fasial antar individu dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Raadsheer, dkk 1996 meneliti hubungan antara ketebalan otot maseter dan morfologi fasial pada individu yang sedang dalam masa pertumbuhan dan menemukan bahwa ketebalan otot maseter berkorelasi negatif dengan tinggi wajah anterior dan panjang mandibula. Otot maseter mendukung pertumbuhan rahang dalam arah sagital namun terbatas dalam arah vertikal sehingga wajah tumbuh dalam pola yang lebih horizontal. 18 Yamamoto 1996 dikutip dari Parameshwaran, 2006 melakukan penelitian tentang efek konsistensi makanan terhadap pola aposisional tulang pada pusat pertumbuhan di regio palatal maksila. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsistensi makanan memengaruhi pola aposisional tulang pada pusat pertumbuhan di regio palatal maksila. Perbedaan pola pertumbuhan pada viserokranium atas yang diinduksi oleh perbedaan konsistensi makanan tidak hanya disebabkan oleh perbedaan tekanan mekanis otot-otot mastikasi tetapi juga akibat perbedaan pola pertumbuhan pada area yang menerima tekanan oklusal. 19 Penelitian Kiliadiris 2003 menunjukkan adanya hubungan antara otot pengunyahan dan lebar karaniofasial. Otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang sehingga memicu pertumbuhan dan aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang. 20

2.2.7 Oklusi