Milieu Therapy TINJAUAN PUSTAKA

a. Gangguan citra tubuh berkurang yang ditunjukkan dengan citra tubuh yang potitif , tidak ada keterlambatan pada perkembangan, secara konsisten menunjukkan distorsi kontrol pikir, resolusi berduka, penyesuaian psikososial dan harga diri yang positif. b. Menunjukkan citra tubuh, ditandai dengan indikator kekonsistenan sebagai berikut dengan ketentuan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau positif.  Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh  Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh  Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan. NIC : Pencapaian citra tubuh : peningkatan kesadaran pasien dan ketidaksadaran persepsi dan tingkah laku terhadap tubuh pasien. a. Kaji pandangan pasien tentang gambaran tubuhnya sesuai dengan status mental b. menggunakan pedoman antisipatif untuk mempersiapkan perubahancitra tubuh c. tentukan ketidaksukaan yang didapat terhadap karakteristik fisik tertentu membuat paralisis sosial yang disfungsional bagi remaja dan pada kelompok resiko tinggi lainnya. d. Bantu pasien menentukan perubahan aktual lanjutan atau tingkatan fungsi dari tubuh e. Tentukan jika ada perubahan fisik yang tidak koorperatif dengan citra tubuh pasien f. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dan orang penting bagi pasien menyangkut citra tubuh. g. Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri h. Ajarakan kepada pasien bahwa adanya perubahan pada tubuh sesuai dengan usia perkembangan i. Kaji pasien dalam mengidentifikasi bagian dari tubuhnya yang memiliki positif persepsi yang dikaitkan dengan mereka j. Beri dorongan kepada pasien untuk : mengungkapkan konsekuensi perubahan fisik dan emosional yang dapat mempengaruhi konsep diri k. Identifikasi cara-cara untuk mengurangi dampak dari segala kesalahan penggambaran melalui berpakayan, rambut palsu, atau kosmetik, sesuai dengan kebutuhan l. Fasilitasi kontak dengan individu sebagai suatu mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra tubuh m. Gunakan lukisan gambaran diri sebagai mekanisme untuk mengevaluasi diri n. Lakukan mirror terapi.

2. Milieu Therapy

a. Defenisi Milieu therapy adalah pengobatan gangguan jiwa atau ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan membuat perubahan besar langsung dalam kondisi kehidupan dan lingkungan pasien dengan cara yang akan meningkatkan efektivitas bentuk lain dari terapi Townsend, 2000. Menggunakan orang, sumber daya, dan kejadian-kejadian di lingkungan sekitar pasien untuk meningkatkan fungsi psikososial yang optimal Bulechek, et al, 2013 b. Tujuan Milieu Therapy Tujuan terapi lingkungan: 1. Memanipulasi lingkungan sehingga semua aspek pengalaman rumah sakit klien dianggap terapi. 2. Klien diharapkan untuk belajar keahlian koping, interaksi dan hubungan adaptif yang dapat digeneralisasi untuk aspek-aspek lain dari hidupnya. 3. Mencapai kemandirian klien c. Prinsip Milieu therapy • Untuk mempromosikan penghormatan mendasar bagi individu baik klien dan staf. • Penggunaan kesempatan untuk komunikasi antara klien dan staf untuk manfaat terapeutikmaksimal. • Untuk mendorong klien untuk bertindak pada tingkat yang sama dengan kemampuan mereka dan untuk meningkatkan harga diri mereka kemandirian diperkuat •Untuk meningkatkan sosialisasi. • Untuk memberikan kesempatan bagi klien untuk menjadi bagian dari unit manajemen. • Individu bertanggung jawab atas tindakan sendiri. • Tekanan kawan sebaya digunakan untuk memperkuat aturan dan peraturan. • Pendekatan Tim digunakan. • Diskusi kelompok dan seclusions sementara pendekatan favorit untuk memerankan perilaku. • Para perawat berfungsi untuk bertindak dengan cara yang konsisten meningkatkan tujuan tersebut. d. Aktivitas perawat selama milieu therapy aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan menurut nursing intervention classification NIC, 2013 adalah sebagai berikut:  Tentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perilaku pasien  Pertimbangkan kebutuhan lainnya dalam tambahan kebutuhan individual  Bentuk sumber-sumber yang dibutuhkan untuk ketersediaan perawatan diri  Tingkatkan lingkungan yang wajar dengan penggunaan jam, kalender, perabotan dll  Fasilitasi komunikasi terbuka antara pasien, perawat, dan staff lainnya  Libatkan pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan diri sendiri  Tulis harapan perilaku untuk pasien, jika dibutuhkan  Sedikan asuhan keperawatan one-on-one, secara tepat  Dukung aktivitas grup formal dan informal untuk meningkatkan sharing, cooperative, compromise, dan leadership  Periksa perilaku individu yang mengarah kepada hak pasien, kontrol sosial, kebulatan tekat, dan penyimpangan  Memastikan kehadiran staf dan supervisi  Meminimalisasi keterbatasan yang mengahmbat privasi dan kontrol diri atau kemandirian  Mendorong penggunaan peralatan pribadi  Minimalisir penggunaan pengunci pintu, obat-obatan  Sediakan telfon dalam ruang privasi  Sediakan area privasi untuk percakapan pribadi antara pasien dengan pasien lain, keluarga dan teman  Sediakan buku, majalah, dan seni untuk rekreasi, budaya dan pendidikan sesuai kebutuhan  Pantau tingkah laku individu yang dapat mengganggu pasien lainya  Batasi jumlah pasien tanpa pengobatan antipsikotik pada setiap waktu dengan kontrol, secara tepat e. Keuntungan dan kekurangan Milieu Terapy Keuntungan: 1. Milieu therapymenciptakan berbagai jenis sikap dan perilaku pada pasien 2. Pasien mampu membuat keputusan dalam pengelolaan lingkungan dan peduli untuk pasien lain. Dengan kata lain menjadi kurang bergantung dan mandiri. 3. Pasien belajar untuk membiasakan perilaku yang dapat diterima di lingkungan terapeutik seperti belajar untuk mengontrol permusuhan. 4. Pasien belajar untuk membuat keputusan yang meningkatkan kepercayaan dirinya. 5. Milieu termasuk lingkungan yang aman secara fisik, anggota tim perawatan, dan klien lainnya, yang didukung oleh batas yang jelas dan konsisten dipertahankan dan ekspektasi perilaku. 6. Sebuah lingkungan terapeutik adalah ruang yang aman, suasana tanpa hukuman, yang meminimalkan stres lingkungan dan memberikan kesempatan untuk istirahat dan pengasuhan diri, waktu untuk fokus pada perkembangan kekuatan, dan kesempatan untuk belajar untuk mengidentifikasi alternatif atau solusi untuk masalah dan untuk belajar tentang psikodinamika dari masalah tersebut. 7. Pasien mengembangkan hubungan yang harmonis dengan anggota masyarakat lainnya. 8. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. 9. Menjadi pusat sosial. 10. Belajar untuk hidup dan berpikir secara kolektif dengan anggota masyarakat. Kekurangan: 1. Peran yang kurang jelas antara staf dan pasien. 2. Tanggung jawab grup dapat dengan mudah menjadi tanggung jawab siapa pun. 3. kebutuhan individu dan kekhawatiran tidak dapat dipenuhi. 4. Pasien mungkin menemukan transisi ke masyarakat sulit. 5. Milieu therapy terbatas pasien hanya dirawat di rumah sakit. Resolusi konflik 6. diperlukan sebagai bagian dari keterampilan staf. 7. Perbandingan antara staf dan pasien yang rendah. 8. Membutuhkan komunikasi yang terbuka terus menerus di antara semua staf dan klien. 47

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Pasien Di Rumah Sakit

I. Biodata

Identitas Pasien Nama : Tn. Z Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 45 tahun Status Perwakinan : Belum Kawin Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Jl. Gaperta no.43 Medan Tanggal Masuk RS : 12062015 No. Registrasi : 012840 Ruangankamar : Sipiso piso Golongan Darah : - Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2014 Tanggal operasi : - Diagnosa Medis : Skizofrenia

II. Keluhan Utama

Tn.Z masuk kerumah sakit dengan alasan tidak mau minum obat dirumah. Selain itu Tn.Z sering mencederai bagian matanya sejak tiga bulan terakhir ini. Tn.Z mengatakan tidak suka dengan mata sipit jadi tindakan mencederai mata untuk memperbesar matanya supaya tidak sipit lagi. Oleh karena itu Tn.Z diantar kembali oleh kakak kerumah sakit jiwa.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Provocativepalliative 1. Apa penyebabnya : tidak diketahui 2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : tidak ada

B. QuantityQuality

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

9 98 138

Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan prioritas masalah Gangguan Kebutuhan Tidur pada Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 27 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH KLATEN.

1 2 11

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 11

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 4

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 1 40

Asuhan Keperawatan dengan Aplikasi Mileu Therapy pada Klien dengan Masalah Self Perception di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan

0 0 2

Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan prioritas masalah Gangguan Kebutuhan Tidur pada Klien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 10

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 60