Kelas Sarang Aktivitas Bersarang Orangutan di Bukit Lawang

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009. Berdasarkan perbandingan dengan kawasan konservasi orangutan lainnya dapat dilihat bahwa kepadatan populasi orangutan di kawasan Bukit Lawang lebih rendah dari yang didapatkan di Suaq Balimbing, yaitu 33,5 sarangkm 2 , serta di Ketambe, yaitu 5,2-6,6 individukm 2 Van Schaik, 1995. Tetapi kepadatannya sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang terdapat di Kawasan Agusan yaitu 0,0083 individukm 2 Asfi, 2001. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingkat gangguan berupa adannya aktivitas pengunjung kawasan yang cukup tinggi serta kondisi orangutan yang sebagian masih bersifat semi liar. Orangutan semi liar ini masih menggantungkan kebutuhan makanan di sekitar TPM Tempat Pemberian Makanan sehingga kehadirannya di sekitar daerah tersebut tergolong tinggi. Menurut Faust et al. 1994 dalam Syukur 2000 bahwa kepadatan populasi orangutan dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dasar, yaitu air, tempat beristirahat, pakan cukup tersedia, tipe hutan serta tingkat gangguanaktivitas manusia. Meijaard 2001 menjelaskan bahwa estimasi populasi orangutan berdasarkan metode penghitungan sarang turut ditentukan oleh umur sarang, potensi pohon pakan, perilaku pergerakan, termasuk migrasi serta kondisi habitat. Bagi orangutan, daya dukung habitat ini ditentukan oleh produktivitas tumbuhan yang menghasilkan makanan pada waktu yang tepat dan sebagai tempat beristirahat yang aman.

4.3 Aktivitas Bersarang Orangutan di Bukit Lawang

Aktivitas bersarang orangutan yang diamati meliputi kelas sarang, posisi sarang, serta ketinggian sarang. Dari hasil penelitian dan analisis data didapatkan aktivitas bersarang yang cukup bervariasi, diantaranya adalah.

4.3.1 Kelas Sarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang jumlah dan persentase sarang orangutan berdasarkan kelas sarang diperoleh cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel berikut : Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009. Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Sarang Berdasarkan Kelas sarang No Kelas sarang Transek Jumlah Persentase I II III IV V 1 1 10 7 13 7 13 50 22,22 2 2 5 13 16 16 11 61 27,11 3 3 12 22 25 34 21 114 50,66 Jumlah total 225 99,99 Keterangan : Kelas 1 = sarang baru yang berumur kurang dari 15 hari Kelas 2 = sarang yang berumur sekitar 2 bulan Kelas 3 = sarang yang berumur sekitar 4 bulan Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa jumlah dan persentase sarang yang paling tinggi berdasarkan kelas sarang didapatkan pada kelas sarang 3, yaitu dengan jumlah sebanyak 114 sarang 50,66. Begitu juga bila didasarkan kepada transek, jumlah sarang yang banyak ditemukan adalah dari kelas sarang 3, yaitu pada transek IV 34 sarang, III 25 sarang, II 22 sarang, dan V 21 sarang, sedangkan jumlah sarang yang paling sedikit didapatkan pada kelas sarang 1, yaitu sebanyak 50 sarang 22,22. Keadaan ini menunjukkan bahwa orangutan yang terdapat di daerah ini masih banyak memanfaatkan dan memperbaiki sarang yang sudah cukup lama dibuat, dengan perbandingan persentase yang cukup tinggi Gambar 4.2, hal ini disebabkan karena masih baiknya ketahanan sarang, apalagi jenis pohon sebagai tempat bersarang dan sumber pakan di daerah ini tergolong kuat yang didominasi pohon dari jenis Dipterocarpaceae. Menurut Rijksen 1978, orangutan seringkali memperbaiki sebuah sarang lama. Sarang-sarang tersebut dapat digunakan selama dua malam atau lebih, sedangkan ketahanan sarang orangutan dapat bervariasi dari dua minggu sampai lebih dari satu tahun, apabila sarang lama sudah tidak memungkinkan lagi baru orangutan membuat sarang baru di lokasi yang berbeda. Biasanya ketahanan sarang orangutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi atau kualitas sarang itu sendiri, kerusakan yang ditimbulkan oleh alam, seperti angin dan curah hujan yang berkaitan dengan ketinggian sarang, serta kerusakan akibat orangutan itu sendiri atau predator lain Van Schaik et al., 1994. Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009. Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Persentase Kelas Sarang

4.3.2 Posisi Sarang

Dokumen yang terkait

Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Marike Dan Sikundur Kecil Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

2 57 67

Perilaku Sosial Induk-Anak Orangutan (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

0 33 87

Pola Makan Induk Orangutan (Pongo abelii) Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Desa Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara

0 19 60

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

2 11 68

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 13

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 2

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 4

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 7

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 2 4

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 13