Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
Metode line transect hingga saat ini masih merupakan metode yang cukup akurat untuk menghitung kepadatan populasi orangutan. Metode ini terus dikembangkan, hingga sekarang
sangat memungkinkan untuk menghitung kepadatan populasi orangutan pada suatu area yang didasarkan atas penghitungan sarang Van Schaik et al.,1994.
Van Schaik et al. ,1995 melaporkan bahwa kepadatan populasi orangutan dapat diperkirakan dengan melakukan sensus sarang. Di Suaq Balimbing ditemukan 33,5 sarangkm
2
, di Ketambe Taman Nasional Gunung Leuser jumlah sarang adalah 24,4 sarangkm
2
atau kepadatan orangutan pada kawasan tersebut adalah 5 individukm
2
, sedangkan di Tanjung Puting kepadatan orangutan adalah 4 individukm
2
Galdikas, 1984.
2.4.3 Perilaku Bersarang pada Orangutan
Perilaku membuat sarang merupakan salah satu perilaku harian orangutan. Sarang yang dimaksud adalah tempat peristirahatan orangutan setelah melakukan aktivitas hariannya. Tidak
seperti para monyet dan siamang, kera-kera besar tidak memiliki potongan-potongan belulang dibokongnya yang memudahkan mereka untuk duduk. Dalam hal seperti itu, berbaring di atas
tempat tidur pasti akan terasa jauh lebih menyenangkan. Aktivitas harian ialah seluruh aktivitas orangutan yang berlangsung sejak meninggalkan sarang tidur pada pagi hari dan berakhir hingga
masuk kembali kedalam sarang untuk bermalam Van Schaik, 2006.
Perilaku sarang orangutan dapat membuktikan bahwa orangutan menjalankan kehidupan arboreal. Mamalia arboreal, terutama yang besar dan suka menyendiri, mempunyai musuh
alamiah yang jumlahnya jauh lebih sedikit, baik yang berupa predator ataupun yang berupa parasit dengan mengambil asumsi, tentunya, bahwa mereka benar-benar merasa aman dan
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
nyaman ditengah-tengah lingkungan pepohonan yang tinggi, dan menjaga diri baik-baik agar jangan sampai jatuh Flaegle, 1999; Van Schaik, 2006.
Berdasarkan penelitian Asfi 2001, ada beberapa posisi sarang orangutan Lampiran E, antara lain berada di puncak pohon. Menurut Sugardjito 1983, posisi ini mempunyai
keuntungan bagi orangutan, yaitu tidak terhalangnya pandangan dan jangkauan yang dapat mencakup sebagian besar dari penjuru hutan. Selain itu, posisi ini juga memudahkan orangutan
dalam melakukan pergerakan sewaktu keluar dari sarang dan dari segi keamanan, posisi ini menghindarkan orangutan dari ancaman predator.
Semua kera besar termasuk orangutan membangun sarang yang biasa dipergunakannya baik untuk beristirahat pada siang maupun tidur pada malam hari Van Schaik et al.,1994.
Sarang bagi orangutan juga dapat berfungsi sebagai tempat bermain bagi orang orangutan muda, tempat berlindung, melahirkan, melakukan kopulasi, dan aktivitas makan Rijksen, 1978.
Orangutan akan membangun sarang pada posisi yang sesuai dalam suatu pohon. Orangutan menggunakan batang-batang pohon kecil di sekitarnya, memilin, melengkungkan atau
melipatnya ke bagian cabang yang lentur. Kemudian merapatkan sarang dengan mendorong dahan-dahan tersebut kebawah untuk membentuk suatu bidang datar. Pembuatan sebuah sarang
biasanya membutuhkan waktu 2-3 menit, namun dapat dilanjutkan dengan perbaikan-perbaikan ringan Mac Kinnon, 1974. Selanjutnya Rijksen 1978 menyatakan bahwa konstruksi sebuah
sarang orangutan dapat bervariasi dari suatu bidang datar kecil yang sederhana sampai sebuah sarang yang besar dan kokoh, yang bahkan mampu untuk menahan seorang manusia dewasa dan
sangat nyaman.
Orangutan sering berpindah-pindah, maka tiap harinya pula ia membuat sarang-sarang baru Wardaningsih, 1992. Tiap malam orangutan dewasa dan pradewasa umumnya tidur
sendiri dalam sarang yang terbuat dari dahan dan daun-daun yang ditempatkan pada ketiak
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
cabang pohon. Kebanyakan disesuaikan dengan strategi dan pohon makanan terakhir yang dikunjunginya. Sarang dibuat dari ranting yang daunnya masih segar, biasanya pada ketinggian
15 meter sampai 20 meter dari permukaan tanah Walkers, 1983.
Menurut Sugardjito 1983, di Ketambe Taman Nasional Gunung Leuser orangutan jantan dewasa dan betina dewasa tanpa anak memiliki perbedaan dengan orangutan remaja
adolescent dan betina dewasa dengan anak dalam hal pemilihan tempat bersarang. Orangutan jantan dewasa dan betina dewasa tanpa anak lebih sering memilih membuat sarang pada pohon
makanan yang terakhir dikunjunginya, sedangkan orangutan remaja dan betina dewasa dengan anak lebih banyak membuat sarang pada pohon yang dianggap nyaman bagi dirinya. Hal ini
merupakan strategi hewan untuk menghindari dari predator atau hewan-hewan lain yang memakan buah yang sama pada malam hari yang dapat mengganggu tidur orangutan.
Sarang orangutan tidak permanen sifatnya Sugardjito, 1983. Lebih lanjut Rijksen 1978, menyatakan bahwa orangutan seringkali membuat sarang baru di lokasi yang berbeda
atau dengan memperbaiki sebuah sarang lama. Sarang-sarang tersebut dapat digunakan selama dua malam atau lebih, sedangkan ketahanan sarang orangutan dapat bervariasi dari dua minggu
sampai lebih dari satu tahun.
Menurut Van Schaik et al.,1994, hancur dan hilangnya sarang orangutan ditentukan oleh faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut dpl, tipe hutan, begitu juga faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya seperti temperatur, kelembaban, dan curah hujan.
Menurut Schaik Idrusman 1996, dalam suatu pohon ada beberapa posisi sarang yang biasa digunakan oleh orangutan yaitu posisi sarang yang terletak di dekat batang utama, posisi
sarang yang terletak di tengah atau pinggir cabang utama, dan posisi sarang yang terletak di puncak pohon atau di antara dua tepi pohon atau lebih yang saling bersinggungan yang dijalin
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
menjadi satu Gambar 2.2.. Menurut Mac Kinnon 1974, orangutan lebih sering membangun sarangnya di dekat batang utama dari pada di posisi lain. Namun, pemilihan posisi sarang ini
sepertinya juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti keuntungan dari tidak terhalangnya pandangan mata yang dapat menjangkau sebagian besar dari penjuru hutan.
Gambar 2.2. Posisi Sarang orangutan, aposisi 1, bposisi 2, c posisi 3, d posisi 4
a
b c
d
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
BAB 3
BAHAN DAN METODA
3.1 Deskripsi Area 3.1.1 Letak dan Luas