Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
fascicularis, jelarang Ratufa bicolor, beruang madu Helarctos malayanus, burung rangkong Buceros bicolor dan beberapa jenis ular.
3.1.2.3 Wisata
Kawasan hutan disekitar stasiun rehabilitasi Bahorok memiliki daya tarik wisata antara lain :
f. Sungai Bahorok
g. Hutan Lindung Tropis
h. Stasiun pengamatan pemberian makan feeding Orangutan
i. Gua-gua Alam
j. Perkebunan Coklat, Karet, Sawit dan air terjun
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yang dimulai bulan Agustus sampai September 2009, di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bahorok, Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara. Lokasi tersebut merupakan bekas Stasiun Rehabilitasi Orangutan yang sudah ditutup sejak tahun 1995 SK Mentri Kehutanan 280 kpts II 1995.
3.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: Peta areal penelitian, Alat tulis, Tabulasi data, tali, Kamera digital, Meteran, Parang, Sarung tangan, Plastik packing
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
ukuran 10 kg, Teropong binokuler, Global Positioning System GPS, Kompas, Counter, tali plastik berwarna.
3.5 Metoda Penelitian
Dalam penelitian ini, metoda yang digunakan dalam pengumpulan data mengenai kepadatan orangutan adalah metode line transect yang didasarkan atas sensus sarang secara
random sampling, dengan jumlah transek sebanyak 5 transek. metode ini sangat efektif digunakan untuk estimasi kepadatan populasi orangutan yang telah dilakukan oleh Van Schaik et
al., pada tahun 1994.
3.5 Prosedur Kerja
Mula-mula dilakukan pembuatan jalur trail sepanjang 1 km sampai 2 km dengan lebar 25 m pada masing-masing sisi kanan dan kiri trail pada daerah yang telah ditentukan. Lebar trail
diterapkan atas dasar keyakinan bahwa jarak pandang mata masih dapat menjangkau sasaran target dengan baik untuk mendeteksi keberadaan sebuah sarang orangutan. Pengukuran
terhadap lebar jalur jarak sarang dari trail tidak diperlukan apabila sarang diyakini masih berada dalam jaraklebar yang ditetapkan yaitu
≤ 25 m misalnya hanya beberapa meter dari tepi trail.
Sensus sarang dilakukan di setiap transek dengan lima kali ulangan transek dengan jarak antara transek yang satu dan yang lain adalah 150 m. Cara kerja dari sensus sarang dilakukan
dengan jalan menyusuri trail secara perlahan-lahan, untuk mengamati kemungkinan adanya sebuah sarang orangutan baik disisi kanan maupun kiri trail yang dijadikan trail. Apabila sarang
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
orangutan ditemukan, catat jarak antara lokasi sarang dengan pengamat, dalam hal ini penghitungan sarang berdasarkan kelas sarang I, II, III agar tidak terjadi bias dalam
penghitungan. Untuk mencegah penghitungan sarang berulang, maka ditentukan letak sarang dengan kategori sebagai berikut :
g. Meter di rintis jarak tertentu yang memungkinkan sarang dapat diamati
h. Derajat arah sarang
i. jarak sarang dari rintis jarak sarang dari titik pengamat
j. kelas sarang dengan kategori sebagai berikut:
- kelas 1 = sarang baru yang berumur kurang dari 15 hari
- kelas 2 = sarang yang berumur sekitar 2 bulan
- kelas 3 = sarang yang berumur sekitar 4 bulan
k. ketinggian sarang
l. posisi sarang dengan kategori sebagai berikut:
- Posisi I : posisi sarang yang terletak dekat batang utama
- Posisi II : sarang berada di pertengahan atau di pinggir percabangan tanpa
menggunakan pohon atau percabangan dari pohon lainnya. -
Posisi III : posisi sarang terdapat di puncak pohon -
Posisi IV : posisi sarang yang terletak diantara dua pohon yang berbeda
Menurut IUCN 2007 sarang-sarang tersebut dibagi menjadi 5 kelas berdasarkan kondisi dan umur sarang tersebut dibuat, berikut klasifikasinya :
f. Sarang Kelas Satu merupakan sarang paling baru dengan daunnya masih hijau
semua dan umurnya baru seminggu g.
Sarang Kelas Dua, daunnya sebagian hijau dan sebagian sudah kecoklatan h.
Sarang Kelas Tiga semua daunnya sudah coklat i.
Sarang Kelas Empat alas sarangnya sudah berlubang dan bentuknya kurang utuh j.
Sarang Kelas Lima biasanya sudah tinggal kerangka, namun masih kelihatan bentuk sarangnya.
Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.
Selanjutnya pohon yang ditemukan sarang orangutan, dicatat jenisnya jika memungkinkan. Pohon yang tidak dapat diidentifikasi langsung, diambil bagian daun serta alat
generatifnya seperti bunga dan buah untuk diidentifikasi di laboratorium.
3.7 Analisis Data