Penyelesaian sengketa Desain Industri secara Non Litigasi

45 Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surat penetapan sementara, hukum Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan dalam waktu paling lama 30 Tiga puluh hari sejak dikeluarkanya surat penetapan sementara pengadilan tersebut. Bila penetapan sementara pengadilan biaya dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara pengadilan atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh penetapan sementara pengadilan tersebut”. 31

2. Penyelesaian sengketa Desain Industri secara Non Litigasi

Mekanisme ini biasanya di kenal dengan istilah alternatif Dipute Resolution yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan aternatif penyelesaian sengketa. “Alasan yang sering mengemukan dipilihnya penyelesainya alternatif, yaitu karena ingin memengkas Birokrasi perkara, biaya dan waktu sehingga relatif lebih cepat dan biaya relative lebih ringan, lebih dapat menjaga harmonis sosial Social Harmoni dengan mengembangkan biaya musyawarah dan budaya non konfroneratif melalui jalan tersebut diharapkan tidak kerjasama Los-Win tetapi Win-Win, para pihak, merasa menang sehingga menghindarkan terjadinya Hard Feeling dan Losing Face”. 29 Undang-Undang No.31 Tahun 2000 Pasal 49 30 Ibid, Pasal 50 31 Ibid, Pasal 52 Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor Perdagangan, 2009. USU Repository © 2009 46 Bentuk-bentuk alternatif dispute resolution meliputi negosiasi, mediasi, konsialisasi, dan arbitrase. Negosiasi merupakan bentuk penyelesaian sebuah sengketa yang para pihak melakukan pembicaraan secara langsung. Yang dilakukan untuk mencari solusi bersama yang saling menguntungkan antara para pihak yang melakukan negosiasi tersebut. Mediasi dan konsiliasi merupakan sebuah mekanisme penyelesaian sengketa yang sama artinya karena pada dasarnya merupakan upaya penyelesaian sengketa dengan jalan merundingkan suatu kesepakatan tentang penyelesaian yang mengikat dengan bantuan pihak ketiga yang tidak berpihak. Demikian pula Negara memberikan kemungkinan pencaran hukum melalui instrument hukum pidana Pasal 54 UUDI yang mengatur mengenai ancaman sanksi pidana terhadap pelanggaran desain industri, yang bunyinya : 1 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dipidana dengan penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp. 30.000.000,00 Tiga ratus juta rupiah. 2 Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 23 atau pasal 23 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun danatau denda paling banyak Rp.45.000.000,00 empat puluh lima juta rupiah 47 3 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 merupakan delik aduan Dari ketentuan di atas, dapat diketahui jenis-jenis tindak pidana di bidang desain industri, yaitu: 1. Melakukan perbuatan yang melanggar hak pemegang desain industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, yaitu membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, danatau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan rahasia dagang pihak lain dengan sengaja dan tanpa hak. Bila melakukan hal ini tanpa izin pemegang hak desain industri, yang bersangkutan dapat dituntut secara pidana berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat 1 UUDI yang ancaman hukuman penjara 4 tahun danatau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 Tiga ratus juta rupiah. 2. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, yaitu dengan sengaja menghapus hak pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam sertifikasi desan industri, daftar umum desain industri dan berita resmi desain industri. Bila melanggar ketentuan ini, yang bersangkutan dapat dituntut secara pidana berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat 1 UUDI yang ancaman hukumanya hanya 1 tahun danatau denda Rp.45.000.000,00 Empat puluh lima juta rupiah 3. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 yaitu dengan sengaja membocorkan kerahasian permohonan pendaftaran desain industri. Bila melanggar ketentuan ini, bersangkutan dapat dituntut secara pidana Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor Perdagangan, 2009. USU Repository © 2009 48 berdasarkan ketentuan pasal 54 ayat 1 UUDI yang ancaman hukumnya hanya 1 tahun danatau denda Rp.45.000.000,00 Empat puluh lima juta rupiah. 4. Melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, yaitu dengan sengaja menghilangkan hak pendesain untuk mencantumkan nama dan identitas, baik dalam sertifikat Desain Industri, berita resmi Desain Industri maupun Daftar Desain Industri. Memperoleh atau menguasai rahasia dagang dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku. Ancaman hukuman pidana yang diberikan juga bersifat kumulatif dan alternatif sekaligus, dalam artian hakim dapat menjatuhkan hukuman secara kumulatif atau hanya memilih salah satu diantara sanksi pidana penjara atau denda. Diteliti dari kesalahan pelaku, pada umumnya dilakukan dengan sengaja danatau tanpa hak dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama 1 tahun atau 4 tahun dan dengan sendirinya pelakunya tidak dapat dikenai tahanan pula. Selama itu, rumusan ancaman hukuman pidananya pun secara maksimal, terbukti dari kata-kata :…………….”Pidana penjara paling lama …..danatau denda paling banyak ………”. Ancaman Sanksi Hukuman Tindak Pidana Pelanggaran Desain Industri Menurut UUDI No. PASAL ANCAMAN HUKUMAN Keterangan 49 PIDANA Penjara Denda 1 54 4 Tahun Rp.300.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa melakukan perbuatan sebagaian dimaksud dalam pasal 9 2 54 2 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja melakukan ketentuan pasal 8 3 54 2 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja melakukan ketentuan pasal 23 4 54 2 1 Tahun Rp. 45.000.000,00 Perbuatan dengan sengaja melakukan ketentuan pasal 32 Sama halnya tindak pidana di bidang paten dan merek serta rahasia dagang dan berbeda dengan tindak pidana di bidang hak cipta, tindak pidana di bidang desain industri juga merupakan delik aduan, bukan delik biasa seperti tindak pidana di bidang hak cipta. Pasl 54 ayat 3 UUDI menegaskan bahwa tindak pidana di bidang desain industri juga lebih bersifat hubungan kerperdataan. Ini berarti tindak pidana di bidang desain industri sebagaimana diatur dalam pasal 54 ayat 1 dan ayat 2 UUDI, tidak dapat dituntut, kecuali sebelumnya ada pengaduan dari pemegang hak atas desain industri atau penerima lisensi hak atas desain industri yang dilingungi. Untuk menentukan telah terjadi suatu tindak pidana di bidang desain industri, perlu diadakan penyelidikan tindak pidana di bidang hak cipta, paten, Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor Perdagangan, 2009. USU Repository © 2009 50 merek, dan rahasia dagang, penyidikan tindak pidana di bidang desain industri selain dilakukan oleh penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga dapat dilakukan penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu, yang memiliki kewanangan tertentu pula. Hal ini sesuai dengan KUHAP, yang memungkinkan penyidikan tindak pidana tidak hanya dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, tetapi juga dapat dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu. Namun, dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Pejabat Polidi Negara Republik Indonesia. Ketentuan Penyidikan tindak pidana di bidang desain industri tersebut diatur dalam Pasal 53 UUDI berbunyi : 1. Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesai, penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan intelektual di beri wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam undang – undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Desain Indus 2. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berwewenang: a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana desain industri b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga telah melakukan tindak pidana di bidang desain industri 51 c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari pihak sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang desain industri d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan pencatatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang desain industri e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen lain f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan atau barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang design industri dan atau g. Meminta bantuan ahlli dalam pelaksanaan tugas penyidikan dalam tindak pidana dibidang design industri 3. Penyidik pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. 4. Dalam hal penyidikan sudah selesai, penyidik Pejabat Pegawain Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan pasal 107 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana. Dengan demikian, bunyi Pasal 53 ini kewenangan Penyidik Pejabat Pegawai negeri sipil tertentu di bidang HaKI terbatas, artinya kewenangan yang dimiliki Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tidak semuanya melekat pada penyidik tersebut, kewenangan lainnya baru atau hanya dapat Urip S. Tinambungan : Eksistensi Dari Keberadaan UU Desain Industri No.31 Tahun 2000 Sebagai Proteksi Di Sektor Perdagangan, 2009. USU Repository © 2009 52 dilakukan dengan bantuan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Karena itu, sudah seharusnya Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, baik diminta maupun tidak diminta sudah sewajarnya jika memberi petunjuk dan bantuan penyidikkan kepada Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di bidang HaKI yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana dibidang design industri. Petunjuk adalah hal-hal yang berkaitan dengan teknik dan taktik penyidikan, sedangkan bantuan penyidikan dapat berupa penangkapan, penahanan dan pemeriksaan laboratorium. Agar tidak terjadi miskomunikasi, sebelum melaksanakan tugasnya mengadakan penyidikan, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dibidang HaKI tersebut berkewajiban memberitahukannya dimulainya penyidikan dan melaporkan hasilnya kepada penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Baru setelah penyidikannya dinyatakan sudah selesai. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di bidang HaKI menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB IV TINJAUAN MENGENAI EKSISTENSI