Demokrasi dalam Perspektif Barat

Camus, tidak boleh ada pertentangan antara cara dan tujuan; jika tujuan membenarkan cara yang digunakan, maka cara yang digunakan itu sendiri ikut membenarkan tujuan yang dicapai. Inilah salah satu sendi pandangan demokratis. 23 Terlepas dari tujuan atau cara, demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang saat ini sangat populer.

B. Demokrasi dalam Perspektif Barat

Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara dan hukum di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. Demokrasi yang dipraktikkan pada saat itu berbentuk demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas. 24 Namun demokrasi yang melibatkan partisipasi politik pada saat itu, tidak mengikutsertakan perempuan dan budak. Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan. Masyarakat abad pertengahan dicirikan oleh struktur masyarakat yang feodal, kehidupan spiritual dikuasai oleh Paus dan pejabat agama. Sedangkan kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan di antara para bangsawan. Tetapi, menjelang akhir abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan menghidupkan demokrasi dengan munculnya renaissance dan reformasi. 25 Demokrasi mempunyai tempat di masyarakat, dan semakin berkembang dalam konsep maupun secara empiris. 23 Nurcholish Madjid, “Demokrasi dan Demokratisasi, h. 204. 24 Tim ICCE, Demokrasi, HAM, h.125. 25 Ibid., h.125-126. Dua filusuf besar yaitu John Locke dari Inggris dan Montesquieu dari Perancis telah memberikan sumbangan yang besar bagi gagasan pemerintahan demokrasi. John Locke mengemukakan bahwa hak-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki; sedangkan Montesquieu mengungkapkan sistem pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politik tersebut melalui “trias politica”-nya, yakni suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. 26 Kebanyakan negara demokrasi menggunakan pembagian kekuasaan seperti ini, karena efektif untuk check and balance dalam pemerintahan. Menurut Robert A. Dahl dalam bukunya Democracy and Its Critics, seperti dikutip Syamsudin Haris, demokrasi merupakan sarana, bukan tujuan utama, untuk mencapai persamaan equality politik yang mencakup tiga hal: kebebasan manusia baik secara individu maupun kolektif, perlindungan terhadap nilai harkat dan martabat kemanusiaan, dan perkembangan diri manusia. 27 Menurutnya nilai-nilai demokrasi itu adalah: Pertama, persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat. Kedua, partisipasi efektif, yaitu kesepakatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif. Ketiga, pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik pemerintahan secara logis. Keempat kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan eksekutif bagi masyarakat yang menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses pemerintahan yang mewakili 26 Ibid., h.127. 27 Syamsudin Haris, Demokrasi di Indonesia Jakarta: LP3ES, 1995, h. 5. masyarakat. Kelima pencakupan yaitu, terliputinya masyarakat mencakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum. 28 Sedangkan Gwendolen M. Carter, John H Hery dan Henry B. Mayo merumuskan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut: Pertama, pembatasan terhadap tindakan pemerintah yang memberikan perlindungan bagi individu dan kelompok dengan jalan menyusun pergantian pimpinan secara berkala, tertib dan damai dan juga melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif. Kedua, adanya sikap toleransi terhadap pendapat yang berlawanan. Ketiga, persamaan di depan hukum yang diwujudkan dengan sikap tunduk rule of law tanpa membedakan kedudukan politik. Keempat, adanya pemilihan yang bebas dengan disertai adanya model perwakilan yang efektif. Kelima, didirikannya kebebasan berpartisipasi dan beroposisi bagi partai politik, organisasi masyarakat, perseorangan serta pers dan media masa. Keenam, dikembangkannya sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan dengan lebih mengutamakan diskusi dari pada redresi. 29 Secara umum nilai demokrasi yang disebutkan oleh para tokoh di atas, menunjukkan beragamnya nilai demokrasi khususnya perspektif barat. Namun terdapat nilai-nilai universal yaitu keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam proses formulasi kebijakan, pengawasan terhadap kekuasaan dan perlakuan yang sama terhadap semua warga negara. Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Robert Dahl ada unsur-unsur dasar yang membuat sebuah sistem disebut demokratis. 1 28 Eep Saifullah Fattah, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, h. 6. Lihat juga Anas Urbaningrum, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid Jakarta: Penerbit Republika, 2004, h.20. 29 Eep Saifullah Fattah, Masalah dan Prospek, h. 7. menyelenggarakan pemilihan yang terbuka dan bebas; 2 mengembangkan pola kehidupan politik yang kompetitif; 3 dan memberi perlindungan terhadap kebebasan masyarakat. 30 Sedangkan menurut G. Bingham Powell Jr., kriteria negara demokrasi adalah: pemerintah mengklaim mewakili hasrat para warganya, adanya pemilihan secara berkala, partisipasi orang dewasa sebagai pemilih dan dipilih, pemilihan bebas, warga negara memiliki kebebasan-kebebasan dasar kebebasan berbicara, kebebasan pers, dan kebebasan berkumpul. 31 Menurut Franz Magnes Suseno, kriteria negara demokrasi adalah: 1 negara terikat pada hukum; 2 kontrol efektif terhadap pemerintah oleh rakyat; 3 pemilu yang bebas; 4 prinsip mayoritas; 5 adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis. 32 Demokrasi bukanlah sebuah sistem yang terbebas dari kritik, seperti diakui Robert Dahl. “Para pengkritik demokrasi, katanya, pada umumnya justru datang dari mereka yang mendukung gagasan demokrasi itu sendiri. Bahkan menurut Dahl, “kehancuran demokrasi lebih banyak disebabkan oleh para pendukungnya yang utopis daripada oleh musuh-musuhnya.” Dahl membagi para pengkritik demokrasi menjadi tiga golongan. Pertama, mereka yang, seperti Plato, percaya bahwa meskipun demokrasi itu mungkin diciptakan, tetapi tidak diinginkan; kedua, mereka yang, seperti Robert Michels, percaya bahwa meskipun demokrasi itu disenangi bila diciptakan, namun pada dasarnya tidak bisa diciptakan; dan ketiga, mereka yang bersimpati pada demokrasi dan ingin mempertahankannya, namun mengritiknya dipandang dari beberapa segi penting.” 33 Terlepas dari dukungan dan kritikan terhadapnya, sampai saat ini demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang menjadi alternatif di berbagai negara. Karena demokrasi dapat mewakili aspirasi orang banyak. 30 Bahtiar Effendy, Islam dan Demokrasi, h. 89. 31 Tim ICCE, Demokrasi, HAM, h.124. 32 Ibid., h.125. 33 Riza M Sihbudi, Menyandera Timur Tengah Jakarta: Mizan, 2007, h. 5-6. Pengertian demokrasi, nilai-nilainya, dan kriteria negara demokrasi perspektif Barat telah disebutkan di atas. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui sejauhmana negara dianggap demokratis, harus memiliki prinsip sebagai berikut: - Adanya pemilu yang bebas, berkala, kompetitif, yang didasarkan pada persamaan hak pilih serta terjaminnya kebebasan berpolitik yang tertuju pada kesepakatansuara mayoritas. - Adanya pembagian kekuasaan dan tanggung jawab terhadap warga negara. - Negara terikat oleh hukum yang adil termasuk menghargai minoritas dan perempuan.

C. Demokrasi dalam Perspektif Islam