dapat dicopot kekuasaannya oleh rakyat yang memilihnya jika ia kehilangan kualitasnya sebagaimana diisyaratkan bagi seorang Imam dalam Islam.
Munculnya interpretasi seperti ini, merupakan salah satu bukti bahwa wilâyah al- faqih pada hakikatnya memang sebuah gagasan besar. Dan bagi sebuah gagasan
besar, interpretasi baru selalu dibutuhkan sesuai dengan perkembangan zaman.
64
Konsep demokrasi dengan Islam yang digabungkan oleh Khomeini bukan hanya sebuah pemikiran tetapi sudah terealisasi. Interpretasi Salihi secara tidak langsung
merupakan suatu dukungan terhadap pemerintahan Iran yang ada saat ini.
B. Legislatif
Legislatif di Iran terdiri dari tiga lembaga. Majelis Syura Islami parlemen, Dewan Perwalian Dewan Wali, dan Dewan Ahli. Penjelasannya
sebagai berikut: Pertama, Majelis Syura Islami yang biasa disebut parlemen, terdiri dari
wakil-wakil rakyat yang dipilih secara langsung melalui pemungutan suara secara rahasia, sesuai dengan pasal 62. Tugasnya tidak membuat undang-undang,
melainkan mengusulkan rancangan undang-undang. Sumber legislasinya menurut penafsiran pemimpin revolusi adalah jiwa syariat. Selain itu, parlemen
mempunyai hak untuk mengesahkan menteri-menteri dan membahas hal yang berkaitan dengan masalah internasional, serta meminta tanggung jawab presiden.
Parlemen dipilih untuk masa jabatan selama empat tahun. Lembaga ini bertanggung jawab langsung kepada rakyat karena hanya terikat pada aspirasi
rakyat. Saat ini anggotanya sebanyak 290 orang, dengan jumlah penduduk yang
64
Riza Sihbudi, Tinjauan Teoritis, h.174-175.
semakin bertambah, maka setiap bertambah 150.000 orang akan bertambah satu wakil di parlemen.
Sistem politik di Iran dilengkapi dengan mekanisme referendum dalam hal tertentu. Misalnya, jika ada anggota parlemen yang meninggal atau gugur
keanggotannya karena suatu hal, maka diadakanlah pemilihan lagi di distrik yang bersangkutan. Termasuk masalah-masalah mengenai masa depan negara atau
masalah perekonomian yang sangat penting, keputusan dapat dilakukan dengan referendum. Boleh tidaknya referendum, ditentukan oleh dua pertiga dari seluruh
jumlah anggota legislatif pasal 59 Undang-Undang Dasar. Kedua, Dewan Perwalian
65
Shura-ye Negahban: yang terdiri dari 12 anggota –enam orang dipilih oleh rahbar dan enam ahli hukum lainnya ditunjuk
oleh kepala yudikatif dengan persetujuan Majelis Syura Islami. Masa jabatannya enam tahun, tetapi setelah tiga tahun pertama, setengah dari setiap kelompok
diganti oleh anggota yang baru pasal 92. Dewan ini bertanggung jawab dalam pengesahan rancangan undang-
undang yang diusulkan parlemen. Apakah usulan rancangan undang-undang tersebut sesuai dengan jiwa syariah. Jika sesuai dengan syariah, maka RUU akan
disahkan. Bila terjadi deadlock antara parlemen dengan Dewan Perwalian, maka RUU akan diserahkan kepada Dewan Kemaslahatan Nasional, yang terdiri dari;
rahbar, ketua parlemen serta beberapa anggotanya, presiden, menteri serta banyak ahli hukum yang berkaitan dengan hal tersebut. Kemudian masalah ini akan di
65
Dewan Perwalian ini, sama sekali bukan merupakan inovasi para pemimpin Iran. Dewan Perwalian yang sama juga ditemui dalam banyak sistem di negara lain. Seperti Perancis dengan
Dewan Konstitusinya ataupun dalam bentuk lain seperti Republik Federal Jerman dengan Mahkamah Perwalian Konstitusi, ataupun diberikannya wewenang sejenis pada Mahkamah Agung
di Amerika lihat Yamani, Filsafat Politik Islam, h. 129.
buka ke publik. Selain itu, dewan ini mempunyai tugas menyeleksi para kandidat presiden dan bertanggung jawab atas pemilihan-pemilihan umum atau
referendum. Ketiga, Dewan Ahli: dalam struktur negara Iran terlampir, rahbar berada
di bawah Dewan Ahli Majlis-i Khubregan. Karena ia dipilih oleh Dewan Ahli sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang Dasar
Republik Islam Iran pasal 107 dan pasal 109. Lembaga ini terdiri dari 83 ulama yang dipilih secara langsung melalui sistem distrik. Tugas rahbar adalah
mengawasi jalannya pemerintahan di bawah undang-undang. Sebelum datangnya Imam Mahdi, rahbar merupakan perwakilan rakyat bukan perwakilan Tuhan.
Sisi demokratisnya terlihat bahwa yang menunjuk rahbar secara tidak langsung adalah rakyat, bukan berdasarkan keturunan. Selain itu, wewenang
rahbar berada di bawah undang-undang, sehingga bila ia tidak sesuai dengan undang-undang, Dewan Ahli dapat memberhentikannya. Dengan begitu, wilâyah
al-faqih
66
merupakan pilihan rakyat namun pilihan tersebut harus memenuhi standar spiritualitas yang tinggi agar tercapai manusia yang sejahtera dan selamat
tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
C. Eksekutif