Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran serta

tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Dikatakan menahan, juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapapun selain dari orang-orang yang termasuk berhak atas wakaf tersebut . 19 Demikian pula dalam kamus Arab-Melayu disebutkan bahwa kata “al-habsu” yang berasal dari “habasa-yahbisu-habsan” berkembang menjadi “habbasa”, yang berarti “menahan” dan “mencegah”. 20 Pengertian wakaf menurut istilah antara lain dapat dikemukakan beberapa pengertian sebagai berikut: 21 َو ِ َﻟﺎﻓ ْﺸ ِﺮ ع : ﷲا ﻞﯿﺒﺳ ﻲﻓ ﺎﮭﻌﻓﺎﻨﻣ فﺮﺻو لﺎﻤﻟا ﺲﺒﺣ يا ةﺮﻤﺜﻟا ﻞﯿﺒﺴﺗو ﻞﺻﻻا ﺲﺒﺣ “Wakaf menurut Syara’: yaitu menahan dzat asal benda dan mempergunakan hasilnya, yakni menahan benda dan mempergunakan manfaatnya dijalan Allah sabilillah.” Menurut Ali bin Muhammad Al-Jurjani 1883 : 253 sebagai berikut : ﺮﺸﻟا ﻲﻓو ﺪﺼﺘﻟاو ﻒﻗاﻮﻟا ﻚﻠﻣ ﻰﻠﻋ ﻦﯿﻌﻟا ﺲﺒﺣ ع ﺔﻌﻔﻨﻤﻟﺎﺑ ق “ Menurut istilah syara’, wakaf adalah menahan dzat suatu benda dalam pemilikan si wakif dan memanfaatkan mempergunakan manfaatnya”. Menurut Imam Taqiyudin : ﺑ عﺎﻔﺘﻧﻹا ﻦﻜﻤﯾ لﺎﻣ ﺲﺒﺣ ﮫﻌﻓ ﺎﻨﻣ فﺮﺼﺗ ﮫﻨﯿﻋ ﻰﻓ فﺮﺼﺘﻟا ﻦﻣ عﻮﻨﻤﻣ ﮫﻨﯿﻋ ءﺎﻘﯾ ﻊﻣ ﮫ ﺎﺑﺮﻘﺗ ﺮﺒﻟا ﻲﻓ ﻟا ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲا ﻰ 19 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta, Khalifa,2007 h.44-45 20 Muhammad Fadhillah dan B. Th. Brondgeest, Kamus Arab-Melayu, jilid.I, Weltevreden: Balai Pustaka, 1925, h.116-117. 21 Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia,. h. 23-25 “Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya serta tetap zat harta tersebut, dan tidak boleh mentasarrufkannya. Manfaat benda tersebut, harus dipergunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan kepada Allah SWT” Batasan mengenai wakaf banyak sekali dijumpai dalam kitab-kitab fikih klasik. Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah menyatakan : menurut istilah syara’ wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya dijalan Allah SWT . 22 Muhammad Jawad Mughniyah dalam bukunya aql-Ahwalus-Syakhsiyah menyebutkan bahwa wakaf ialah : “Suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya pada jalan yang manfaat”. 23 Menurut Abu Hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan boleh menjualnya atau mewariskannya. Jadi yang timbul dari wakaf adalah “menyumbangkan manfaat” saja. Menurut mazhab Maliki, bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif. Pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara wajar sedang benda itu tetap 22 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Bandung: Al-Ma’arif, 1987, Juz IV, h.148. 23 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ciputat Press, 2005 h. 8-9