bertindak sambil mematuhi kepentingan Grup, mendukung dan melaksanakan solidaritas yang dianjurkan oleh Grup, seperti program “Berbagi dalam
Solidaritas” untuk memberikan dukungan jangka panjang kepada penduduk yang terkena musibah di Asia Tenggara, proyek pengembaran desa-desa yang terkena
bencana, proyek pensponsoran bagi anak-anak, program reguler donor darah, menyediakan akses terhadap obat-obatan di daerah-daerah yang lebih miskin dan
berkembang di dunia, membantu memerangi malaria, tuberkulosis, epilepsi, dan berbagai program lainnya.
Selain mengutamakan kegiatan usahanya, perusahaan juga mengakui adanya kepentingan yang sejajar antara pelanggan dan kesejahteraan karyawan. Sehingga,
di samping mempertahankan hubungan yang baik dengan serikat pekerja, perusahaan juga memberikan jaminan kesejahteraan karyawan melalui berbagai
program menarik, seperti penggantian biaya kesehatan karyawan dan anak, bonus, serta paket tunjangan hari tua. Penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan
individu dan tim. Semua ini menciptakan lingkungan kerja yang menyajikan tantangan sekaligus produktif dan membanggakan.
2.6 Struktur Organisasi
PT Aventis Pharma dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang membawahi 3 Business Unit BU dan 8 Divisi, yaitu:
1. Hospital and Oncology BU
2. Cardiovascular and Metabolism BU
3. Respiratory and Antiinflamatory BU
Universitas Sumatera Utara
4. Medical and Regulatory Division
5. Finance and Information System Division
6. Human Resource Division
7. Industrial Affairs Division
8. Institution, Market Development and Sales Training Division.
Struktur Organisasi PT. Aventis Pharma dapat dilihat pada lampiran 2.
2.7 Produk PT. Aventis Pharma
Sanofi-Aventis Group merupakan salah satu dari tiga pelaku riset terbesar di kalangan industri farmasi, yakni dengan anggaran RD di Aventis Pharma RD
dikenal sebagai Drug Innovation and Approval atau disingkat dengan DIA mencapai lebih dari 4 milyar Euro setahun atau 40 trilyun Rupiah 122 milyar
sehari. Sanofi-Aventis mengkoordinasi dan megoperasikan lebih dari 20 pusat penelitian di tiga benua. Dengan demikian, Sanofi-Aventis memiliki obat-obat
baru inovatif dan paling beragam, sedangkan produk-produk hasil riset lama telah dipakai di bidang layanan kesehatan umum dan sudah banyak dimanfaatkan oleh
para dokter, ahli kesehatan serta para pasien. Demikian juga di Indonesia, PT. Aventis Pharma dikenal sebagai
perusahaan farmasi yang menghasilkan obat-obat sesuai dengan kebutuhan bidang kesehatan di Indonesia. Adapun produk-produk yang dihasilkan dan dipasarkan
oleh PT. Aventis Pharma di Indonesia, meliputi bidang anti infeksi, radang senditulang, kardiovaskular, sistem saraf pusat, gangguan metabolisme, anti
alergi.
Universitas Sumatera Utara
Produk-produk PT. Aventis Pharma tersebut diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan memproduksi obat tersebut menggunakan fasilitas
produksi yang ada, kontrak dengan perusahaan farmasi lain toll manufacturing, dan mengimpor baik produk ruahan untuk dikemas akhir maupun produk jadi
yang telah dikemas namun masih memerlukan pelabelan penempelan stiker. Produk PT. Aventis Pharma secara garis besar adalah :
1. Produk yang diproduksi sendiri di pabrik Jakarta site untuk keperluan
lokal dalam negeri. Adapun nama-nama produk tersebut antara lain:
a. Tablet:
1 Amaryl anti diabetes 1 mg, 2 mg, 3 mg, dan 4 mg.
2 Avil anti alergi 25 mg.
3 Daonil anti diabetes 5 mg.
4 Frisium produk sistem saraf pusat 10 mg.
5 Lasix produk diuretika 40 mg.
6 Novalgin analgetik 500 mg.
b. Tablet salut selaput
1 Flagyl Forte anti infeksi 500 mg.
2 Profenid E 100 produk untuk radang tulangsendi 100 mg.
c. Krimgel
Esperson cream anti alergi 0,25 dalam kemasan 5 g dan 15 g.
Universitas Sumatera Utara
d. Suppositoria dan ovula
1 Flagyl suppositoria anti infeksi 1 g dan 0,5 g.
2 Flagystatin ovule anti infeksi.
3 Profenid suppositoria anti radang 100 mg.
2. Produk yang dikemas ulang repackaging di pabrik Jakarta site
a. Actonel Produk metabolisme tulang 35 mg
b. Flagyl Infusion
c. Taxotere injection 40 mgml
3. Produk ruahan import untuk dikemas di PT. Aventis Pharma site Jakarta
a. Amaryl tablet 2 mg, 4 mg
b. Telfast
c. Profenid gel
4. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT. Boehringer-Ingelheim
Indonesia untuk PT. Aventis Pharma. a.
Flagyl suppository 1 g b.
Flagystatin ovule 500 mg PT. Boehringer-Ingelheim Indonesia BII dipilih sebagai tujuan toll
manufacturing dari PT. Aventis Pharma Indonesia karena pabrik PT. Boehringer-Ingelheim Indonesia yang ada di Bogor merupakan pabrik eks
milik PT. Rhone Poulenc Rorer, setelah PT. Rhone Poulenc Rorer melakukan merger dengan PT. Hoechst Marion Roussel Indonesia dibuatlah kebijakan
untuk menjual pabrik yang ada di Bogor tersebut ke pihak PT. Boehringer-
Universitas Sumatera Utara
Ingelheim Indonesia, karena pertimbangan biaya dan efisiensi kerja, karyawan, pengelolaan dan pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN KHUSUS
INDUSTRIAL AFFAIRS DIVISION
Industrial Affairs Division dikepalai oleh seorang Head of Industrial Affairs. Berikut bagian-bagian yang dibawahi oleh Industrial Affairs Division:
1. Departemen Pemenuhan Mutu Industri
2. Departemen Teknologi Industri dan Pengolahan Departemen Pengemasan
3. Departemen Pelayanan Teknik
4. Departemen Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
5. Departemen Logistik
6. Departemen Pembelian
Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. 1 Industrial Quality and Compliance Department
Industrial Quality and Compliance atau disingkat dengan IQC Department
adalah suatu bagian dari Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu menyeluruh. Dalam arti, pengendalian mutu terhadap
produk yang dihasilkan mulai dari bahan awal, produk setengah jadi termasuk in process controlIPC sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk
penilaian terhadap pemasok dan distributor. Untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta menjamin ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan,
validasi, dan kalibrasi dari sarana, baik alat maupun ruangan yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk memeriksa produk. IQC Department juga perlu melakukan pemeriksaan stabilitas untuk memonitor secara tidak langsung mutu obat yang telah beredar.
3.1.1 Quality Assurance QA Unit
Unit ini bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari pemesanan bahan baku dan bahan pengemas sampai obat siap dikonsumsi
konsumen, termasuk pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu di PT. Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB
dan Aventis Global Quality Standard. Unit ini dipimpin oleh seorang manajer QA yang bertanggung jawab kepada manajer IQC.
Beberapa aspek yang ditangani oleh unit ini adalah: 1
Penanganan Personil QA Unit bertanggung jawab dalam koordinasi perencanaan dan
penyelenggaraan pelatihan karyawan terhadap bidang operasional. Menurut CPOB, seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan
obat dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan
tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. 2 Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi
Tugas QA adalah menangani dokumen, baik dalam hal penyimpanannya, fotokopi dokumen induk maupun menangani dokumen yang sudah tidak berlaku.
Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau tercetak yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dipakai sebagai acuan atau sumber keterangan dalam pembuatan prosedur yang diterapkan dan digunakan di PT Aventis Pharma.
Pembuatan prosedur tetap protap bertujuan untuk memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang sama oleh petugas,
memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB GMP dan HSE, memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang
telah berlaku, dan membantu melatih petugaskaryawan baru. Ada 2 macam prosedur tetap protap, yaitu :
• Protap yang terkendali, yaitu protap yang harus selalu dipantau dan jika sudah
tidak berlaku, unit QA akan menarik kembali seluruh salinan protap yang ada. •
Protap yang tidak terkendali, yaitu protap yang tidak perlu dipantau dan jika terjadi perubahan protap, Unit QA tidak bertanggungjawab untuk menarik
kembali seluruh protap. Pada dasarnya tiap protap dibuat departemen atau unit yang
bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan Departemen IQC atau Unit QA dan departemen lain yang berhubungan. Departemen IQC
bertanggungjawab mengkoordinir penyiapan, penerbitan, dan implementasi semua protap yang ada.
Protap dikaji ulang minimal setiap tiga tahun sekali. Protap diperiksa oleh pimpinan Unit QA, pimpinan departemen yang bersangkutan dan yang
berkaitan, serta disetujui oleh pimpinan Departemen IQC. Jika unit atau departemen yang bersangkutan tidak memiliki pimpinan departemen, maka
protap diperiksa oleh pimpinan QA dan pimpinan departemen yang berkaitan.
Universitas Sumatera Utara
3 Validasi Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan. a
Validasi Proses Menurut Aventis, validasi proses adalah cara pemastian dan memberi
pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter desain yang telah ditentukan, mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk sesuai
dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi. b
Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan Ruangan dan peralatan setelah selesai digunakan harus segera dibersihkan
agar ruangan dan peralatan kembali bersih dan memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan. Cara pembersihan, deterjen dan disinfektan yang digunakan, serta
frekuensi desinfeksi harus sesuai dengan protap pembersihan dan sanitasi yang sudah ditetapkan. Untuk itu prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan
tersebut harus divalidasi untuk memastikan bahwa prosedur tersebut tepat dan efektif untuk menghilangkan sisa produk sebelumnya dan mengurangi jumlah
cemaran mikrobanya. Validasi pembersihan untuk tiap ruangan dan peralatan minimal dilakukan
3 kali dimulai dengan ruangan untuk membuatmengemas produk yang sukar larut dalam air, memiliki dosis yang rendah, dan yang sering dibuat. Validasi
Universitas Sumatera Utara
pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk memastikan dan membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang dilakukan sesuai dengan
protap yang telah ditetapkan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mengurangi jumlah cemaran mikroba sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi ini
adalah: 1.
Karakteristik bahan aktif. 2.
Desain ruangan. 3.
Jenistipe desinfektan yang digunakan. 4.
Prosedur pembersihan dan sanitasi. 5.
Metode analisis yang digunakan. Validasi mikrobiologi untuk ruangan bersih dilakukan pada 2 kondisi
ruangan yaitu: pada saat ruangan kosongistrahat setelah proses pembersihan atau desinfeksi selesai dilakukan dan pada saat ruangan sedang digunakanada
karyawan yang sedang bekerja. 4 Mengadakan audit terhadap pemasok
Pemasok meliputi pabrik pembuat, pemasok bahan yang mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai gudang. Penilaian terhadap
pemasok dilakukan oleh tim yang terdiri dari IQC, Produksi, Departemen Logistik diketuai oleh manajer QA. Pada kasus tertentu anggota tim dapat diperluas dengan
mengikutsertakan Unit QC, Departemen teknik dan departemen lain yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang perlu dinilai dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku, proses pembuatan, pemeriksaan, penyimpanan bahan baku dan produk jadi,
penanganan pesanan, dokumentasi, dan lain-lain. Ada 3 bentuk penilaian terhadap pemasok dari hasil audit, yaitu:
1. Diterima: seluruh persyaratan audit dipenuhi 2.
Diterima dengan persyaratan: seluruh persyaratan audit dipenuhi tetapi masih ada temuan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
3. Tidak diterima: tidak memenuhi persyaratan audit dan harus melakukan
perubahan secara signifikan untuk memenuhi persyaratan. Pemasok yang telah memenuhi syarat akan dimasukkan ke daftar pemasok
resmi yang disetujui oleh QA. Daftar ini akan memudahkan bagian departemen pembelian dalam memilih pemasok. Seluruh barang kebutuhan hanya berasal dari
pemasok yang sudah disetujui dan ada dalam daftar pemasok resmi. Audit kembali akan dilaksanakan minimal dua tahun sekali terhadap pemasok yang
diterima. 5 Inspeksi diri Self Inspection
Inspeksi diri adalah cara untuk meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari
inspeksi diri ini adalah untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan inspeksi diri
tidak cukup hanya mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus pula dapat menetapkan cara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya.
Universitas Sumatera Utara
PT. Aventis Pharma Indonesia mempunyai sistem audit sendiri untuk meyakinkan kesesuaian yang berhubungan dengan CPOB GMP. Inspeksi diri
yang dilakukan meliputi: a
Inspeksi di bidang GMP 1
Inspeksi diri tri wulanan Inspeksi diri triwulan dilakukan setiap 3 bulan sekali dan jadwal inspeksi
akan dibertahukan secara tertulis oleh Quality Assurance. Inspeksi akan dilakukan pada bulan Januari, april, Juli dan November. Dan bila dianggap perlu, satu unit
dapat diinspeksi lebih dari satu kali dalam 3 bulan. Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap lingkungan pabrik,
gudang, produksi, pengepakan, fasilitas sosial, laboratorium QC. 2
Audit CPOB GMP audit Audit CPOB dilakukan satu kali setahun pada minggu terakhir bulan
November. b
Inspeksi di bidang HSE Inspeksi yang diadakan tiga bulan sekali ini dilakukan untuk mengetahui
apakah karyawan sudah bekerja memenuhi standar HSE perusahaan, dilakukan untuk melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara latihan HSE yang pernah
dilakukan dengan pelaksanaannya sehari-hari sebagai suatu cara untuk menilai keberhasilan suatu latihan. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan
yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah benar tetap dijaga agar pelaksanaannya selalu benar.
Universitas Sumatera Utara
6 Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi Obat jadi yang telah siap dipasarkan harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum dipasarkan. Pengambilan keputusan untuk meluluskanmenolak obat jadi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan evaluasi yang meliputi hasil
pemeriksaan selama proses pengolahan dan pengemasan, pemeriksaan produk ruahan, pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas, atau pemeriksaan dokumen
catatan pengolahan dan pengemasan batch serta dokumen-dokumen lain jika ada, seperti penelusuran kegagalan atau OOS Out of Specification. Pelulusan
penolakan obat jadi dilakukan oleh manajer QA dan disetujui oleh manajer IQC. 7
Penanganan Hasil Uji Di Luar Spesifikasi Out of SpecificationOOS Mutu suatu produk ditentukan oleh pembuatan produk tersebut atau dengan
kata lain, tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat
memenuhi syarat, maka perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia, fisika maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk
tidak memenuhi persyaratan Out of SpesificationOOS atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan
ketidaksesuaian tersebut diakibatkan oleh proses pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir mengenai status produk yang bersangkutan perlu
dilakukan penyelidikan yang seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Hal tersebut dikenal sebagai penyelidikan hasil di luar spesifikasi OOS. Apabila
tejadi penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang harus dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai
Universitas Sumatera Utara
insidenkegagalan yang terjadi baik kegagalan pemeriksaan secara kimia, fisika, maupun mikrobiologi. Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk
pemeriksaan, alat yang digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih menyimpang maka dibuat laporan Failure Investigation.
Tindakan lanjutan yang dapat diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang diperoleh, antara lain:
a. dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang
sudah dikeluarkan b.
dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa yang berbeda
c. dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang
pertama bila perlu d.
membandingkan hasil pemeriksaan ulang di atas dengan persyaratan yang ada di metode tes dan farmakope EP, USP, dan FI
Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari pemeriksaan normal.
Apabila dianggap perlu dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur pengolahan batch produk yang bersangkutan atau apabila diduga penyimpangan
tersebut berasal dari metode tes nya atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat dikonsultasikan dengan Mother PlantIA.
Universitas Sumatera Utara
8 Penyelidikan terhadap Kegagalan Failure Investigation Yang dimaksud dengan kegagalan adalah suatu kejadian atau pelanggaran
yang tidak direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Terdapat dua kelompok kegagalan yaitu major incident dan minor
incident. Major incident adalah kegagalan yang secara langsung dapat
mempengaruhi mutu produk, seperti kesalahanpenyimpangan dalam melakukan suatu tahap proses pembuatan, kesalahan dalam pemakaian bahanmaterial,
kesalahan penimbangan, kesalahan dalam melakukan suatu protap, hasil kalibrasi alat tidak memenuhi syarat, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang tidak
dapat ditanggulangi secara sepihak tanpa mengikut sertakan atau memperoleh informasi tambahan dari departemen lain.
Minor incident adalah kegagalan yang dapat ditanggulangi dengan segera dan kegagalan tidak mempengaruhi mutu produk, seperti kesalahan pencetakan
nomor bets dan tanggal daluwarsa, penutupan botol tidak sempurna, perekatan label tidak sempurna dan penyimpangan-penyimpangan kecil lainnya yang masih
dapat ditanggulangi secara langsung. mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen lain yang
terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian terhadap langkah yang telahakan dilakukan oleh departemen produksi, IQC department
atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali ke departemen yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
9 Pengkajianpenilaian tahunan terhadap produk Annual Product ReviewAPR
Untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk, maka proses pengkajianpenilaian tahunan terhadap produk Annual Product ReviewAPR
perlu dilakukan. Untuk proses ini data mengenai produk yang dihasilkan selama satu tahun, termasuk peralatan yang digunakan, proses produksi, cara dan hasil
pemeriksaan dikumpulkan, kemudian dievaluasi. Penyiapan APR diselenggarakan pada semua produk dimulai dengan
produk yang sering menimbulkan masalah dan merupakan produk yang kritis. QA akan memicu persiapan APR setiap 4 bulan sekali akhir bulan April, Agustus,
dan Desember, dengan membuat memo kepada departemen yang berkaitan. Tim kerja terdiri dari supervisor produksi dan supervisor QC, bersama dengan QA
manager bertanggung jawab untuk menyiapkan APR. Supervisor produksi dan supervisor QC masing-masing bertanggung jawab untuk menghimpun data yang
dibuat, mencatat dan mendokumentasikan, serta mengevaluasinya. Evaluasi dari APR berupa kesimpulan.
Keluhan dibagi dua, yaitu menyangkut Efek Samping Obat ESO dan menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat KTKO. Untuk keluhan yang
berhubungan dengan medis maka pelaporan ditujukan ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang menyangkut pharmaceuticalKTKO akan ditujukan ke
IQC Department. Berdasarkan waktu pelaporan Keluhan Teknis Kualitas Obat KTKO
dibagi dua yaitu KTKO kategori A, yang menimbulkan resiko pada pasien, harus
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan dalam jangka waktu 24 jam atau selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya. Misalnya, kesalahan pada cetakan bahan pengemas yang mengandung
resiko bagi pasien, laporan yang bersifat negatif di media massa yang berkaitan dengan segi medis keamanan obat, segala hal yang berkaitan dengan pemalsuan.
KTKO kategori B yang tidak berbahaya bagi pasien dilaporkan dalam waktu tiga bulan. Misalnya kesalahan dalam petunjuk penggunaandalam bahan pengemas
tercetak nomor kode tidak ada yang tidak mengandung resiko bagi pasien, kesalahan berkaitan dengan produk yang tidak mengandung resiko bagi pasien
cacat estetik. Sebelum ditindak lanjuti oleh manajer IQC atau manajer Medical and
Regulatory, perlu dilakukan penyelidikan terhadap pelaporan keluhan yang masuk, meliputi asal dan jenis keluhan, benar atau tidaknya keluhan. Tindak lanjut
yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk. Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen misalnya karena
stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti pengemasan atau keinginan badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan disimpan di gudang. Penanganan
selanjutnya bisa dihancurkan, dijadikan stok kembali misalnya jika produk masih baik dan sudah diperiksa di QC atau diolah kembali.
10 Pengendalian terhadap Perubahan Changes Control Pengendalian terhadap perubahan adalah persiapan dan pelaksanaan dari
suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek pengolahan, pengemasan, pemeriksaan, penyimpanan, atau distribusi yang mempengaruhi mutu produk,
GMP CPOB termasuk kualifikasi validasi, HSEs. Tujuan pengendalian terhadap
Universitas Sumatera Utara
perubahan adalah untuk menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan baku yang digunakan termasuk sistem pendukung
alat, ruangan, mesin-mesin, prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan maupun perubahan protap yang mendukung proses secara keseluruhan, tidak akan
menimbulkan dampak negatif terhadap mutu produk yang dihasilkan.
3.1.2 Quality Control QC Unit
Unit QC dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor. Unit ini bertanggungjawab kepada Manajer IQC. Supervisor QC bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pengambilan contoh, pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan dan produk jadi,
memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC, menyusun, merevisi serta memuktahirkan protap di QC, memeriksa dan memastikan kebersihan ruangan
dan peralatan yang digunakan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Unit QC dibagi dalam 3 bagian, yaitu
Chemical and Physical Control all material, Packaging Material, dan Microbiological Control.
A. Chemical and Physical Control
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya.
Universitas Sumatera Utara
a Bahan Baku Mula-mula bahan baku yang baru datang akan masuk ke gudang dengan
status QUARANTINE. Gudang akan mengirimkan GRS Good Receipt Slip ke bagian QC. Berdasarkan GRS yang diterima, QC melakukan pengambilan contoh
terhadap bahan tersebut. Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong harus disertai dengan lembar permintaan material Material Request
Form. Setiap bahan baku yang masuk harus dilengkapi dengan sertifikat analisa Certificate of AnalysisCA yang akan digunakan sebagai acuan pemeriksaan
bahan. Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor penting
karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasidata pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh
dilakukan di bawah Laminar Air Flow LAF di ruang sampling yang berada di gudang pada suhu tidak lebih dari 25
o
C. Pengambilan contoh dimulai dari bahan pembantu dan terakhir bahan aktifnya. Wadah untuk contoh harus dilengkapi
dengan data-data mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal daluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan
baku yang telah diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning “SAMPLE TAKEN”. Setelah proses sampling selesai, semua alat-
alat yang telah digunakan untuk sampling, dibungkus plastik dan harus dibersihkan. Label “Released” atau “Rejected” diserahkan ke analis untuk
ditempelkan pada wadah bahan baku yang telah diperiksadiambil contohnya. Label “RELEASED” warna hijau ditempelkan menutupi label
Universitas Sumatera Utara
“QUARANTINE” pada wadah bahan baku yang diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi persyaratan maka ditempel label merah “REJECTED” beserta
label yang menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan baku yang “REJECTED” akan ditempatlkan pada “area rejected” yang ada di gudang dan ditutupi dengan
jaring. Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan
sebagai contoh pertinggal Retained Sample sebanyak yang diperlukan untuk pemeriksaan minimal 2 kali analisis penuh dari betsnya. Bahan baku yang telah
disimpan selama lebih dari 2 tahun sejak tanggal pelulusannya harus diperiksa ulang retesting. Pemeriksaan ulang dilakukan secara full analysis, berlaku untuk
semua bahan baku, baik bahan baku yang berasal dari pemasok lain maupun dari Mother Site. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka
dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika tidak lulus maka barang harus dimusnahkan. Pengujian ulang bahan baku yang
tidak mempunyai waktu daluarsa diperbolehkan maksimal hingga 3 kali. Masa pakai bahan baku tersebut setelah dinyatakan lulus adalah maksimum 8 tahun,
kecuali bahan baku yang diuji tiap 6 bulan sekali, misalnya benzil alkohol, essence, glycerol monodioleate, dan Pharmaroma cherry flavour, maka masa
pakainya maksimum 2,4 tahun. Jika bahan baku yang bersangkutan telah mengalami pengujian ulang sebanyak 3 kali, maka harus diterbitkan
pemberitahuan kepada Warehouse, Demand and Supply, Production Department, dan Accounting bahwa bahan baku tersebut tidak boleh digunakan lagi dan harus
dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan baku ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
b Produk Ruahan Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
dikemas. Terdapat dua jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor. Untuk
produk ruahan hasil produksi sendiri pengambilan contoh dilakukan oleh petugas bagian pengolahan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal, tengah, dan
akhir proses. Untuk produk ruahan impor pengambilan contoh dilakukan oleh petugas QC setelah semi finished goods diterima di gudang. Cara pengambilan
contoh sama dengan yang dilakukan pada bahan baku. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan spesifikasi masing-
masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat dalam CHP. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka dilakukan
penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi Out of Spesification OOS. Untuk produk ruahan impor yang sudah dikemas dalam kemasan primer cukup dilakukan
pemeriksaan terhadap identifikasinya saja. Semua hasil pemeriksaaan dicatat dalam Catatan Hasil Pemeriksaan CHP.
c Produk Jadi Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,
termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam produk jadi di PT Aventis Pharma, yaitu produk jadi hasil produksi sendiri lokal
dan produk jadi impor. Untuk produk jadi lokal pengambilan contoh dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah dan akhir pengemasan.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas bagian pengemasan untuk dikirim ke QC. Label QUARANTINE ditempel pada master box yang disusun sedemikian
rupa, sehingga pada setiap palet harus tampak terdapat label pada kedua sisi kiri dan kanan susunan master box.
Terhadap produk jadi dilakukan pemeriksaan kebenaran proses dan kelengkapan kemasan jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal daluarsa. Hasil
pemeriksaaan dicatat dalam Catatan Hasil Pemeriksaan CHP. Untuk obat jadi import dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap
kelengkapan pengemas yang digunakan beserta CA yang menyertainya. Oleh karena tidak dilakukan pengambilan contoh, maka pemeriksaan kelengkapan
bahan pengemas dan CA-nya dilakukan langsung di gudang. Penerbitan label ‘released’ atau ‘rejected’ atau label penandaan lainnya untuk obat jadi import
harus diparaf oleh Manajer QA. B.
Packaging Material Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan
pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak
terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau tidaknya dengan produk, yaitu :
1. Bahan pengemas primer Primary Packaging Materials yaitu bahan pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti
PVC-foil untuk blister, alufoil untuk strip dan blister, ampul, botol dan tube aluminium.
2. Bahan pengemas sekunder Secondary Packaging Materials yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya,
seperti folding box, packaging insert, label dan lain-lain. C.
Microbiological Control Microbiological Control bertanggungjawab dalam mendukung
pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi, seperti permeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan dan produk jadi, pemeriksaan cemaran partikel dan
mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi, serta pemeriksaan mutu air.
3.2 Industrial Technology
Kegiatan di bagian produksi secara umum dibagi dua, yaitu pengolahan untuk produk solid tablet dengan atau tanpa penyalutan dan pengolahan untuk
produk semi solid krim, salep, supositoria. Kegiatan ini berlangsung di kawasan E1 Grey Area. Karyawan di kawasan E1 memakai pakaian berwarna biru muda,
penutup kepala berwarna biru dan sepatu berwarna putih.
Universitas Sumatera Utara
Ruang-ruang di bagian pengolahan antara lain: weighing, batch staging, bulk staging, wet granulation, office, granul staging, production manager,
tableting, semisolid mixing room, coating, airlock, IPC. Alur produksi khususnya pengolahan dimulai dengan permintaan barang
ke gudang menggunakan material request list. Gudang akan mengirimkan bahan- bahan tersebut melalui ruang transit yang mempunyai system air lock dimana saat
pintu dari arah gudang terbuka maka pintu di ruang produksi akan terkunci. Tujuan system air lock adalah untuk menghindari pencemaran ke dalam ruang
produksi. Selain itu tekanan udara dari ruang produksi lebih tinggi dari tekanan udara di gudang untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi. Dalam
ruang material transit ini bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah, jenis dan label “RELEASED“-nya. Jika memenuhi persyaratan, maka bahan baku
tersebut dapat digunakan untuk proses produksi. Selanjutnya bahan baku dibawa ke ruang penimbangan. Seluruh proses
penimbangan harus mengikuti catatan pengolahan batch. Sebelum proses pengolahan, dilakukan pemeriksaan menggunakan check-list program pemantauan
alat dan ruangan yang digunakan, check-list tersebut akan dilampirkan pada catatan pengolahan batch produk yang bersangkutan. Parameter yang dipantau
adalah kebersihan, suhu dan kelembaban ruangan, sedangkan seluruh peralatan harus diberi label “BERSIH”. Pada label tersebut juga dicantumkan nama produk
yang sebelumnya dibuat dengan peralatan tersebut untuk memudahkan penelusuran apabila terjadi hal-hal diluar ketentuan. Seluruh hasil penimbangan
dibuat cetakannya print-out untuk ditempelkan pada setiap wadah yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menampung bahan baku yang ditimbang tersebut dan pada catatan pengolahan batch. Setelah proses penimbangan selesai, maka bahan baku
tablet yang telah ditimbang dibawa ke ruang granulasi untuk proses selanjutnya. Untuk sediaan setengah padat dan supositoria, setelah dilakukan proses
penimbangan, maka bahan baku dibawa ke ruang pencampuran semisolid untuk diolah menurut prosedur selanjutnya.
Selama proses pengolahan dilakukan In Process Control IPC apabila hasil pemeriksaan menyimpang, maka proses pengolahan dihentikan dan
dilaporkan kepada supervisor pengolahan untuk ditanggulangi.
3.2.1 Packaging Departmen Departemen Pengemasan
Proses pengemasan berlangsung di kawasan E1 Grey Area atau kelas 3 dan E2 atau kelas 2 Dark Grey Area, yaitu E1 untuk pengemasan primer dan E2
untuk pengemasan sekunder. Karyawan di kawasan E1 memakai pakaian berwarna biru muda, penutup kepala berwarna biru dan sepatu berwarna putih,
sedangkan karyawan di kawasan E2 memakai baju dan penutup kepala berwarna biru tua dan sepatu berwarna hitam. Dengan cara ini karyawan di E2 tidak bisa
langsung masuk di kawasan E1. Persiapan operasi pengemasan perlu dilakukan dengan seksama agar tidak
terjadi salah penandaan ataupun mixed up antar produkantar batch selama operasi pengemasan, tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan produk ruahan atau bahan
pengemas, sehingga dapat menjamin operasi pengemasan berjalan lancar untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Technical Services TS and Health, Safety and Environment HSE Department