l. Sapu
Gambar 25. Produk Rotanyang digunakan sebagai Sapu. Sapu ini tongkatnya terbuat dari Hotang Mallo Khortalsia echinometra
yang batangnya kuat dan kokoh sehingga cocok digunakan sebagai tongkat. Alat ini digunakan untuk menyapu rumah agar bersih dari kotoran.
8. Sistem Pemanenan Rotan
Rotan merupakan penghasil devisa negara terbesar karena rotan memiliki keawetan, kekuatan dan keuletan yang cukup baik selain itu rotan mudah juga
dalam pengolahannya untuk berbagai keperluan baik untuk keperluan rumah tangga, perabotan, kerajinan tangan dan lain sebagainya. Menurut Kalima, dkk
2010 bahwa rotan merupakan salah satu tumbuhan hutan yang mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi, selain itu sebagai sumber devisa negara yang
pemanfaatannya banyak melibatkan petani dan menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Hutan Batang
Toru, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara sebagian besar ada yang memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari yang diperoleh dari hasil
pemungutan di hutan alam. Sekitar 40 masyarakat tersebut menggunakan rotan
Universitas Sumatera Utara
untuk keperluan rumah tangga dan ada juga yang mengolahnya menjadi sebuah produk untuk dijual jika ada permintaan.
Rotan merupakan jenis yang mulai diperhitungkan beberapa tahun terakhir ini. Masyarakat di daerah ini masih sedikit yang menyadari akan manfaat tersebut
sehingga tidak banyak yang memanen rotan dari hutan alam. Tahun terakhir ini telah terjadi penurunan permintaan bahan baku rotan sekitar 80 sehingga
masyarakat tidak banyak yang memanen rotan dari hutan alam. Kondisi ini diakibatkan permintaan rotan alam yang berkurang dari daerah ini dan juga
meningkatnya pengggunaan alternatif pengganti bahan baku rotan seperti misalnya bahan baku plastik. Masyarakat sangat mengetahui potensi bahan baku
rotan untuk berbagai penggunaan namun karena keterbatasan keahlian dalam pengolahannya sehingga tidak terlalu banyak masyarakat yang
menggunakannnya. Hal yang sangat penting yang dilakukan pada saat pemungutan rotan dan
pasca panen. Rotan memiliki sifat tumbuh yang merumpun dan mengelompok sehingga sulit dalam pemanenannya. Sistem pemanenan rotan yang dilakukan
masih secara sederhana yaitu dengan menggunakan alat yang sederhana diantaranya pisau dan parang. Rotan tumbuh merambat pada pohon penopangnya
sehingga mengakibatkan kesulitan pada saat melakukan proses pemanenan rotan. Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara 2008 bahwa rotan
merupakan tumbuhan merambat di pohon-pohon penopang turus dengan bantuan duri-duri sirus pengait yang tedapat di ujung tangkai daun pelepah daun.
Rambatan rotan tidak saja hanya pada pohon penopangnya, akan tetapi juga pada
Universitas Sumatera Utara
pohon-pohon sekitarnya dan kadang-kadang saja berjalin dengan cabang atau ranting pohon.
Pemanenan rotan dilakukan dengan terlebih dahulu memilih batang rotan yang telah siap panen. Kemudian batang dibersihkan dari duri-duri agar tidak
melukai tangan pada saat dilakukan proses penarikan batang rotan karena rotan tumbuh secara mengelompok dan mengait pada pohon perlu hati-hati dalam
pemanenannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahajeng 2013 yang menyatakan bahwa sistem pemanenan rotan melalui 5 tahap kegiatan diantaranya
adalah memastikan usia rotan sudah layak tebang, membersihkan pelepah berduri, agar rotan mudah ditebang, menguliti rotan, terkadang juga sering dibiarkan
sebagaimana adanya, memukuli batang rotan dengan menggunakan parang untuk memastikan tidak ada duri tersisa, mengangkut rotan dari hutan ke tempat.
pemrosesan lebih lanjut.
a b
Gambar 26. Alat pemanenan rotan : a Pisau, b Parang. Tidak cukup hanya 1 orang saja pada saat proses pemanenan dibutuhkan
2- 3 orang terkadang juga sampai 5 orang dalam 1 kelompok untuk membantu menarik batang rotan, termasuk pada saat dijumpai batang rotan yang sangat
panjang. Ada yang mengambil rotan sampai ke dalam hutan sehingga menginap untuk beberapa hari karena jarak yang cukup jauh dan ada juga yang
memanfaatkan rotan yang berada di pinggiran hutan jadi tidak perlu menginap.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Gautama 2008 menyatakan bahwa pada masa pencarian rotan pemanen berusaha mencari dan memanen rotan seharian dengan cara
berkelompok, dimana jumlah kelompok bisa mencapai 20 orang. Pemanen biasa berkumpul sebelum mencari rotan yang jaraknya 34 km dari tempat tinggal
pencari rotan. Setelah itu mereka pergi berpencar untuk rotan masing-masing di dalam hutan.
Volume rotan yang dipanen juga tergantung kebutuhan, dari hasil wawancara yang dilakukan ada beberapa masyarakat mengatakan bahwa
pemanenan rotan dilakukan sebagai kerja sampingan sebanyak 75 dan 25 sisanya sebagai pekerjaan utama. Responden yang menjawab kegiatan
pemungutan rotan sebagai pekerjaan sampingan, mereka mengakui bahwa bertani berladang, berkebun, bersawah merupakan sumber utama penghidupannya.
Seluruh responden menjawab alasan dilakukannya kegiatan pemungutan rotan adalah sebagai salah satu alternatif dari tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup.
9. Pengolahan Rotan Secara Sederhana