Deskripsi Spesies Rotan Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

4. Deskripsi Spesies Rotan

Deskripsi spesies rotan bertujuan untuk menggambarkan dan mengidentifikasi ciri-ciri dari tanaman rotan berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan sehingga dapat menentukan jenis-jenis rotan yang telah ditemukan di lapangan sebagai informasi yang dapat digunakan untuk membantu dalam pengenalan jenis. Deskripsi spesies rotan dilakukan dengan cara mengamati secara visual maupun dengan indera peraba berdasarkan morfologi rotan tersebut sehingga dapat ditentukan perbedaan marga dari jenis rotan yang telah ditemukan di lapangan. Pengelompokkan jenis-jenis rotan secara lazim didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan alat-alat tambahan. Dransfield 1974 menjelaskan bahwa bentuk dan sifat dari jenis rotan ditentukan menurut jumlah batang per rumpun, sistem perakaran, bentuk alat pemanjat, bentuk dan perkembangan dari daun, bunga dan buah. Sedangkan jumlah batang per rumpun setiap jenis rotan bervariasi baik batang tunggal maupun berkelompok. Untuk dapat mengenal identitas suatu spesies rotan berikut ini disajikan ciri-ciri morfologi dan taksonomi rotan yang telah ditemukan di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara : Universitas Sumatera Utara 1. Hotang Buar-Buar Calamus scipionum Loureiro a b c Gambar 5. Hotang Buar-Buar Calamus scipionum Loureiro : a Batang, bDaun, c Perawakan. Perawakan: memiliki sifat tumbuh merumpun secara masif, memanjat sampai tinggi mencapai panjang 50 m atau lebih. Batang: diameter batang tanpa pelepah daun 25 –35 mm, dengan buku-buku menonjol dan membengkak pada satu titik, sepanjang 10 mm atau lebih sepanjang kelilingnya, pembengkakan timbul memanjang dari antar buku, jarak antar buku sangat panjang kadang sampai melebihi 1 m. Permukaan batang coklat muda sampai coklat lebih tua di seluruh panjangnya, atau dengan bercak-bercak coklat. Batang rotan ini tidak tidak silindris. Daun: Berkucir sampai sekitar 2 m panjangnya. Duri pelepah daun Batang Anak daun Tangkai daun Universitas Sumatera Utara Pelepah daun: berwarna hijau, dilengkapi dengan duri-duri besar, berbentuk segitiga dan pipih, berwarna hitam dengan kekuningan terdapat pada pangkal dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1,5 cm, dan indumentum kelabu yang melimpah ketika masih muda; lutut mencolok; okrea pendek, flagela masif, berwarna hijau tua, panjangnya melebihi 7 cm, dilengkapi dengan barisan duri melengkung berujung hitam; tangkai daun berukuran sampai sekitar 30 cm; pinak daun sampai 25 lembar pada tiap sisi tertata secara teratur. Bunga: pembungaan jantan dan betina sepintas serupa dan panjangnya sekitar 6 m atau lebih dengan rakila yang melengkung ramping pada betina dan rakila yang bercabang halus pada jantan. Buah: masak bulat telur berukuran sampai 14 mm x 9 mm, berparuh sangat pendek, ditutupi sisik hijau kusam sekitar 14-15 berbaris secara vertikal. Biji: berbentuk bulat telur, sekitar 10 mm x 5 mm dengan ceruk yang bertebaran. Daun semai dengan 4 pinak daun yang tampak sebagai kipas. Ekologi: Calamus scipionum merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah yang tersebar luas dan terdapat di atas ketinggian 200 m. Tanaman ini menyukai tanah yang lebih baik seperti tanah aluvial. Tanaman ini sering terdapat di hutan sekunder. Universitas Sumatera Utara 2. Hotang Pulogos Calamus trachycoleus Beccari a b c d Gambar 6. Hotang Pulogos Calamus trachycoleus Beccari : a Perawakannya, b Daun, c Batang, d Batang rotan yang telah dikupas dan dikeringkan. Perawakan: memiliki sifat tumbuh berumpun, berselantar, memanjat sampai 60 meter atau lebih. Batang: batang dalam koloni terbuka dan baur berukuran sedang, berwarna hijau kekuningan, panjang batang mencapai 30 meter dengan diameter 4,5-13,5 mm dan panjang ruas 3-4 cm. Pelepah: panjang pelepah daun sampai 95 cm, bagian atas daun berduri dengan duri yang berserak, berwarna cokelat tua ujungnya dan hijau pangkalnya. Tulang daun Anak daun Duri pelepah daun Batang Universitas Sumatera Utara Daun: berkucir sampai 2,3 m panjangnya, bagian atas daun yang tersingkap berduri ditumbuhi duri besar yang berserak, cokelat tua ujungnya dan hijau pangkalnya, panjang 10 mmdan lebar pangkal 6 mm, penampang tangkai daun setengah lingkaran berduri seperti pelepah pada permukaan bawahnya. Bunga: buga jantan dan betina sepintas mirip, panjangnya sampai 170 cm dan terdapat 11-14 pasang pembungaan parsial. Buah: berbentuk bulat telur, diameter 1 cm, dengan 9 atau lebih baris terdapat sisik secara vertikal. Ekologi: Calamus trachycoleus tumbuh paling baik di tanah aluvial yang terhindar dari dataran banjir musiman tetapi tidak tahan pada air yang menggenang dan dapat tumbuh dengan baik di pinggiran sungai dan yang melimpah pencahayaannya. 3. Hotang Mallo Khortalsia echinometra Becc. a b Gambar 7. Hotang Mallo Khortalsia echinometra Becc. : a Batang, b Daun. Perawakan: tumbuh secara berumpun, memanjat dan bercabang pada kanopi hutan sampai 30 m tingginya; setelah berbunga tumbuhan mati. Tumbuhan bersifat hermaprodit. Diameter batang tanpa pelepah 1,8 cm dengan pelepah 2,5 cm; panjang ruas 12 cm-13 cm. Anak daun Duri pelepah daun Tulang daun Universitas Sumatera Utara Pelepah daun: pelepah warna hijau mengkilap; ditutupi oleh okrea yang menggelembung atau bentuk tonjolan kasar, berukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm, ditutupi duri warna hitam, rapat dan panjangnya 4 cm-5 cm; di dalam okrea terdapat banyak semut. Daun: panjangnya 1,8 m termasuk sirus 75 cm panjang dan tangkai daun 10 cm- 13 cm panjangnya. Anak daun: permukaan bawah anak daun berwarna putih seperti kapur, jumlah anak daun 10-36 pasang melekat di kanan-kiri rakis, tersusun menyirip teratur, bentuk anak daun garis atau mendekati lanset, ujung anak daun luncip, annak daun berukuran 25 cm- 31 cm x 2 cm – 5cm. Perbungaan dan Buah: tidak ditemukan. Tempat tumbuh: tumbuh pada hutan dataran rendah pada ketinggian 150 m di atas permukaan laut. Ciri khas: okrea bentuk tonjolan dengan ditutupi duri warna hitam yang panjang dan lansing; bentuk anak daun garis atau mendekati lanset Kalima, 2008. 4. Hotang Dokkan Plectocomiopsis geminiflora Griff. Beccari a b Gambar 8. Hotang Dokkan Plectocomiopsis geminiflora Griff. Beccari : a Batang, b Daun. Tulang daun Anak daun Duri pelepah daun Universitas Sumatera Utara Nama Botani: Plectomiopsis geminiflora Griff. Beccari. Sinonim: Calamus geminiflorus Griff., Calamus turbinatus Ridl., Plectocomia geminiflora Griff. H. Wendl., Plectocomiopsis geminiflora var. Billitonensis Beccari, Plectocomiopsis geminiflora var. Borneensis Beccari. Daerah persebaran: Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia dan Thailand Selatan. Perawakan: tumbuh berumpun, memanjat sampai 30 m tingginya. Diameter batang dengan pelepah daun 35 mm. Batang: diameter tanpa pelepah 15-31 mm dengan panjang ruas 28-38 cm, tinggi buku rata-rata adalah 1,4-4,8 mm. Batang berwarna cokelat kehitaman. Pelepah daun: berwarna hijau tua dengan indumentum warna cokelat keabu- abuan. Lutut tidak ada. Terdapat okrea. Daun : termasuk sirus panjangnya 376 cm, tangkai daun sampai 7 cm; tangkai daun sirus dengan duri kelompok 1-5. Helaian anak daun berjumlah 28-30 pada satu sisi rakis, tersusun menyirip teratur, berukuran 30-48 cm x 3,4-4,5 cm, berbentuk ellips, berwarna hijau terang berkilau, tulang sekunder jelas berjumlah sebanyak 5. Silvikultur: tempat tumbuh Plectocomiopsis geminiflora di hutan primer dipterokarpa dataran rendah, pada berbagai jenis tanah. Universitas Sumatera Utara 5. Hotang Dekke Calamus tetradactylus Hance a b c Gambar 9. Hotang Dekke Calamus tetradactylus Hance : a Batang, b Daun, c Perawakan. Batang: diameter batang tanpa pelepahdaun berkisar 5-8 mm. Perawakan: berbentuk ramping, merumpun, memanjat samapai 30 m atau lebih. Daun: keseluruhan panjangnya 80 cm termasuk pelepahnya. Pelepah daun berwarna hijau kusam, berduri yang terserak dengan ukuran kira-kira 0,5 mm x 0,2 mm; tangkai daun panjangnya sampai 15 cm pada batang yang masih muda, dan sangat pendek pada batang dewasa yang bersifat memanjat, ditumbuhi duri pendek, segitiga dan terserak; flagelum muncul pada pelepah daun, ditumbuhi duri pendek. Batang Duri pelepah daun Tulang daun Anak daun Universitas Sumatera Utara Bunga: perbungaan muncul pada pelepah daun panjangnya sampai 1 m, bunga jantan dan bunga betina sepintas kelihatan serupa, banyaknya percabangan beragam sebanyak 4-7 percabangan. Buah: buah masak berbiji 1 umumnya berbentuk bulat dengan ukuran diameter 7- 10 mm, berparuh agak mencolok, ditutupi sisik kuning keputih-putihan yang terkeluk rapi dalam barisan berbentuk vertikal, terdapat 10-12 sisik dalam tiap baris. Biji: biji membulat berdiameter samapi 7 mm, dengan memiliki bobot kira-kira 0,1 gram, berlubang dan embrio terdapat pada pangkalnya. Ekologi: Calamus tetradactyllus terdapat di dataran rendah sampai lereng bukit, di hutan tropis primer atau sekunder atau di dalam hutan daun lebar. Suhu udara untuk persyaratan pertumbuhan normal bagi tanaman ini adalah 20 -30 C, curah hujan tahunan lebih dari 1300 mm dengan kelembapan di atas 78, 50 cahaya matahari. Tanah yang subur dan lembab dengan kuantitas humus sedang sampai dengan tinggi dan nilai pH antara 4,5-6,5. 6. Hotang Hotari Calamus caesius Blume a b Anak daun Duri pelepah daun Tangkai daun Universitas Sumatera Utara c Gambar 10. Hotang Hotari Calamus caesius Blume : a Perawakan, b Daun, c Batang rotan yang telah dikupas dan dikeringkan. Perawakan: rotan merumpun, ukuran sedang dan memanjat tinggi, dan diesis. Dalam setiap rumpunnya bisa mencapai 100 batang dengan panjang setiap batang yang sudah mencapai dewasa 50 meter atau lebih. Batang: berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi kuning telur dan mengkilap apabila sudah dirunti dan kering, panjangnya 100 m atau lebih, dengan rumpun cenderung berdekatan dengan tebal. Batang tanpa pelepah daun berdiameter 7-12 mm, dengan pelepah menjadi sekitar 20 mm; jarak antar ruas sampai 50 cm atau lebih. Daun: daun sampai 2 m panjangnya termasuk pelepahnya;pelepah daun berwarna hijau suram, dilengkapi dengan duri berbentuk segitiga, berwarna pucat yang jarang sampai 10 mm x 5 mm, antara duri-duri terdapat bulu abu-abu dan kadang dengan spikula paku kecil danatau sisik coklat; tangkai sampai 50 cm panjangnya pada pohon muda, sangat pendek ukurannya pada batang dewasa; rakis sekitar 75 cm panjangnya, berduri yang melengkung tersebar pada permukaan bawah, pada ujungnya rakis memanjang menjadi suatu kucir cemeti dengan panjang 75 cm, yang dilengkapi dengan kelompok duri melengkung mirip Universitas Sumatera Utara jangkar; pinak daun sekitar 15 pada tiap sisi rakis, yang tertata secara tak teratur, biasanya dalam pasangan selang-seling, melanset, kira kira sampai 30 cm x 5 cm, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah biasanya putih kebiru-biruan yang mencolok. Perbungaan: muncul pada pelepah daun dari daun di atas ketiak yang berseberangan, panjang hingga 2 m, sepintas bunga jantan dan bunga betina mirip, yang jantan bercabang samapi tingkat 3, yang betina sampai tingkat 2, berdui dan berbulu jarang, cabang-cabang tingkat pertama 5-8 agak berjauhan; cabang memuat bunga yang agak ramping, panjangnya sampai 10 cm dalam bunga betina, lebih pendek dalam bunga jantan, bunga jantan kunig-kehijauan, kira-kira 5 mm x 3 mm; bunga betina lebih besar daripada jantan, masing-masing muncul dalam suatu pasangan bersama-sama bunga jantaan yang mandul. Buah masak berbiji 1, bulat telur, kira-kira 15 mm x 10 mm, dibungkus sisik putih kehijauan yang melengkung rapi, yang mengering menjadi kekuningan. Buah: berbentuk lonjong, panjang mencapai 1,5 cm, kulit buahnya bersisik berwarna hijau dan akan berubah menjadi cokelat kekuning-kuningan bila sudah masak. Biji: biji kira-kira berukuran 12 mm x 7 mm, dengan suatu salut, biji berdaging sarkostesta; endosperma termamah. Daun semai menggarpu dengan dua cuping runcing hanya seperampat daun secara keseluruhan, dan terpasang sejajar satu sama lain, permukaan atas hijau tu, permukaan bawah kelabu putih. Ekologi: biasanya Calamus caesius dijumpai di dataran rendah pada dataran aluvial, pinggiran sungai yang secara musiman tergenang banjir, dan tepi air tawar tau hutan rawa gambut tetapi tidak di dalam rawa yang abadi. Rotan ini juga di Universitas Sumatera Utara jumpai pada lokasi yang lebih kering. Pada lokasi yang lebih kering ini, pertumbuhan kurang pesat. Meskipun rotan ini berkembang di daerah banjir musiman dan banjir sedang, semainya tidak tahan terhadap banjir yang hebat. 7. Hotang Pahu Calamus exilis Griffith a b c Gambar 11. Hotang Pahu Calamus exilis Griffith : a Batang, b Daun, c Batang rotan yang telah dikupas. Perawakan: hidup menyendiri atau merumpun. Batang: memanjat sampai 10 m atau kadang 15 m tingginya; batang tanpa pelepah daun berdiameter 4-8 mm, dengan pelepah 8-20 mm; jarak antar buku 15 cm atau lebih. Daun: panjang daun 45-90 cm termasuk tangkai; pelepah daun berwarna cokelat kelabu kusam, armaturnya beragam, selalu tertutup rapat oleh duri-duri sangat Anak daun Batang Tulang daun Universitas Sumatera Utara kecil dan kasap, sering tidak ada lagi duri lain, dua atau lebih duri segitiga terdapat pada satu pelepah daun, atau pelepah daun rapat dilengkapi dengan duri segitiga pipih yang tertata secara tak teratur atau tertata dalam alur-alur parsial; terdapat lutut dan cemeti flagellum pada pelepah daun, tangkai daun panjang samapi 30 cm, kasap seperti pelepah; rakis sampai 60 cm panjangnya, dengan rambut-rambut warna karat sepanjang permukaan atass, dilengkapi dengan duri- duri tertebar pada permukaan bawah, pinak daun 22-40 pasang, tertata dengan sangat teratur, pita melanset, sampai 40 cm x 2 cm, permukaan atas biasanya berbulu lebat. Perbungaan: sampai 1,5 m panjangnya, dengan cemeti terminal, secara sepintas bunga jantan dan betina mirip, biasanya bunga betina lebih kekar, percabangaan jantan samapi 3 orde, dan betina sampai 2 orde, seluruh perbungaan kasap seperti pelepahnya, bunga jantan kekuning-hijauan, bunga betina pada cakaram yang tangkainya mencolok. Buah: buah masak bulat telur sampai lonjong, berukuran 22 mm x 8 mm, dengan sisik warna jerami. Biji: berukuran 12 mm x 3 mm, beralur yang berkelok-kelok, mirip otak, tertutup dengan sarkotesta tipis hijau sangat pahit dan berbau busuk; endospermanya homogen, embrionya menyisi. Daun semai menyirip dengan bulu-bulu berwarna karat, sepanjang rakis dan kira-kira 10 pinak daun pada tiap sisi rakis, pinak teratas lebih besar dan luas daripada bagian bawahnya. Ekologi: rotan ini dijumpai pada tipe hutan yang sangat beragam. Dijumpai dalam hutan rawa gambut, tetapi kebanyakan pada punggung bukit dan hutan pegunungan rendah. Universitas Sumatera Utara 8. Hotang Maranak Calamus ornatus Blume a b Gambar 12. Hotang Maranak Calamus ornatus Blume : a Batang, b Perawakan. Perawakan: rotan merumpun secara masif, memanjat setinggi 50 m, diesis. Batang: batang tanpa pelepah daun sampai 40 mm, dengan pelepah sampai 70 mm, bukunya menonjol, jarak antar buku 30 cm. Daun: masif, pelepah daun hijau pucat sampai hijau tua, ditumbuhi duri hitam dengan kelebatan yang beragam, berbentuk segirtiga pipih, ramping sampai besar, pangkal kekuningan 4 cm x 1 cm, duri ini tertata tak teratur dan agak berarah ke atas; lutut mencolok. Okrea pendek, compang-camping, flagela masif, hijau tua, panjang sampai 10 m atau lebih, ditumbuhi duri pendek hitam dengan pangkal kuning dalam lingkaran parsial, tangkai daun memita, sampai 1 m x 4 cm, biasanya kurang; pinak daun teratur. Perbungaan: mirip cemeti sampai 8 m panjangnya, ditumbuhi 4-6 perbungaan parsial yang panjangnya samapi 80 cm, bunga betina mempunyai rakila terkeluk balik yang kokoh, bunga jantan mempunyai lebih banyak rakila yang bercabang,. Buah: masak elipsoid, berukuran 3 cm x 2 cm, berparuh pendek, tertutup dalam Anak daun Duri pelepah daun Tangkai daun Batang Universitas Sumatera Utara 15 baris vertikal sisik coklat kuning sampai hitam kusam, sedikit lebih muda pada bagian pangkal. Biji elipsoid 2 cm x 0,8 cm, agak menyudut dengan alur pada muka samping yang memipih, terbalut dengan sarkotesta masam, endosperma homogen. Ekologi: rotan ini sangat lazim dan tersebar luas di hutan hujan tropis baik primer maupun sekunder pada ketinggian sampai 1000 m. Rotan ini tidak dijumpai di rawa gambut atau tanah puncak bukit yang tidak subur. 9. Hotang Bas-bason Daemonorops hystrix Griff. a b Gambar 13. Hotang Bas-bason Daemonorops hystrix Griff. : a Daun, b Perawakan. Perawakan: memiliki sifat tumbuh merumpun dan memanjat sampai ketinggian 15 m, tidak bercabang pada kanopi hutan. Batang: diameter tanpa pelepah daun sampai 1 cm -1,5 cm, dengan pelepah sampai 3-3,5cm dengan panjang ruas 12 cm. Pelepah: ditumbuhi duri tegak tinggi tersebar, dengan panjang duri 1 - 3 cm, berwarna hijau pudar. Daun: bersirus panjang daun 2,25 m dengan panjang tangkai daun 40 – 50 cm, permukaan atas tangkai daun berduri tunggal dan berderet tidak teratur. Ujung Tangkai daun Anak daun Universitas Sumatera Utara anak daun lancip, berjumlah 50 – 60 pasang menyirip teratur di kanan kiri rakis, berukuran 2 cm = 35 cm. Bunga: terdapat di sepanjang poros, berbentuk seperti paruh. Pembungaan jantan dan betina sangat serupa, melekat sampai 40 cm bentuk silindris dalam kuncup. Buah: buah matang berbentuk bulat telur sampai lonjong, warna cokelat, berukuran 1,5 cm x 1,1 cm, ditutupi sisik, biji berbentuk bulat telur. Ekologi: Daemonorops hystrix biasanya dijumpai pada lereng rendah, di pinggir sungai dan puncak punggung bukit di hutan dataran rendah. Universitas Sumatera Utara

5. Persepsi Masyarakat Terhadap Rotan

Dokumen yang terkait

Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

8 52 73

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 2 13

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 1 2

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 3

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 11

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 2

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 25

Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 8

Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 2

Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga Pinnanta Merr) (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 4