Panen Bahan Bakar-Bio Kerja Paksa Terpidana

Selain membawa amunisi, air, makanan dan kayu bakar, warga desa sering juga diminta untuk bertindak sebagai penyapu ranjau, penjaga atau pemandu. Mereka dilaporkan membawa barang bawaan yang beratnya mencapai 40 Kg dan diminta untuk bekerja dengan frekuensi mulai dari sekali sebulan sampai hampir setiap hari. Kebutuhan rata-rata adalah sekali atau dua kali per minggu nya. Kondisi pekerjaan kuli pengangkutan barang bisa menjadi sangat sulit. Seperti yang dijelaskan oleh ILO, bebannya bisa termasuk: Umumnya mereka membawa barangnya dengan tenunan tebu atau keranjang bambu, dengan tali pengikat di bahu dan tali tambahan di dahi mereka. Ketika beban berlebihan dibawa untuk waktu yang lama, tali keranjang dan keranjang itu sendiri menekan ke dalam daging bagian bahu dan punggung mereka, menyebabkan luka yang serius dan terkadang mengekspos tulang mereka. Luka pada kaki juga biasa terjadi. 101 Namun bagaimanapun aspek paling berbahaya dari pemaksaan pengangkutan barang, adalah ketika pengangkutan itu terjadi di daerah pertempuran dan penduduk desa digunakan sebagai perisai manusia atau penyapu ranjau. 102

4. Panen Bahan Bakar-Bio

Sudah dua tahun Burma menjalani program nasional untuk membudidayakan ‘jatropha curcas’, tanaman minyak yang tidak dapat dimakan, utamanya digunakan untuk produksi biodiesel. Program ini dimulai oleh Jendral Than Shwe pada bulan Desember 2005 dan telah menjadi penyebab dari kasus kerja paksa yang tak terhitung jumlahnya, serta perampasan tanah dan hilangnya 101 Ibid. hal 43. 102 Burma Human Rights Yearbook, Loc. Cit. penghasilan bagi penduduk terutama di bagian desa. Hal ini telah menjadi ancaman serius bagi keamanan makanan dan telah menjadi faktor utama dalam perampasan mata pencaharian di banyak daerah di negara tersebut. 103 Publikasi dari Bio-fuel oleh Decree, laporan yang dihasilkan oleh forum pengembangan masyarakat etnis Ethnic Community Development Forum, sebuah organisasi naungan dari tujuh organisasi pengembangan masyarakat yang bekerja di Burma, dirilis pada 1 Mei 2008. Laporan tersebut menjelaskan bagaimana para petani, pekerja sipil, guru, murid sekolah, suster dan tahanan penjara telah terkena dampak dari proyek nasional bahan bakar-bio, sebagian besar melalui pemaksaan pembelian, penanaman dan pemeliharaan tanaman Jatropha. Laporan tersebut juga merinci kesalahan pengelolaan yang parah dari pelaksanaan proyek pada bagian di otoritas SPDC State Peace Development Council yang telah menyebabkan gagalnya panen berulang kali dan dianggap gagalnya program ini. 104

5. Kerja Paksa Terpidana

Penggunaan tahanan atau narapidana terus menjadi fitur dalam laporan kerja paksa. Laporan Amnesty International dalam kejahatan terhadap kemanusiaan pada Burma Timur mencatat penggunaan tahanan sebagai kuli dalam operasi militer di seluruh negara bagian Karen dan Kawasan Nyaunglebin di Divisi Pegu. Menurut laporan dari warga desa di wilayah tersebut, kuli narapadiana umumnya diperlakukan lebih buruk daripada warga sipil; mereka 103 Burma Human Rights Yearbook, Op. Cit. hal 299. 104 Ibid. yang mempunyai kesehatan buruk ditinggalkan begitu saja dan beberapa diketahui telah meninggal. 105 Amnesty Internasional juga mencatat laporan penggunaan kuli militer sebagai ancaman oleh otoritas penjara untuk mengambil suap dari tahanan. Ini berarti bahwa beban pengangkutan paksa pada tahanan miskin lebih tidak proporsional, karena mereka tidak mampu untuk menyuap para pejabat. 106 Dalam laporan mereka mengenai dampak hak asasi manusia dari Proyek Yadana, ERI Earth Rights International merujuk kepada perubahan yang dirasakan dalam kebijakan tentang kerja paksa di Burma yang menunjukkan bahwa laporan penurunan dalam kerja paksa sedang diimbangi dengan peningkatan dari kuli tahanan atau narapidana. 107

6. Wajib Militer Paksa

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS STATUS KEWARGANEGARAAN TERHADAP ORANG YANG TIDAK MEMILIKI KEWARGANEGARAAN (STATELESS) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

0 3 8

ANALISIS YURIDIS STATUS KEWARGANEGARAAN TERHADAP WARGA NEGARA YANG TIDAK MEMILIKI KEWARGANEGARAAN (STATELESS) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

0 2 15

tanggung jawab negara transit kepada kaum etnis minoritas rohingya yang tidak memiliki status kewarganegaraan (stateless persons) dalam melindungi hak kewarganegaraan menurut hukum internasional.

0 0 1

Tinjauan Yuridis mengenai Status Kewarganegaraan Etnis Rohingya di Myanmar berdasarkan Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954

0 0 13

Tinjauan Yuridis mengenai Status Kewarganegaraan Etnis Rohingya di Myanmar berdasarkan Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954

0 0 1

Tinjauan Yuridis mengenai Status Kewarganegaraan Etnis Rohingya di Myanmar berdasarkan Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954

0 1 21

Tinjauan Yuridis mengenai Status Kewarganegaraan Etnis Rohingya di Myanmar berdasarkan Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954

0 1 30

Tinjauan Yuridis mengenai Status Kewarganegaraan Etnis Rohingya di Myanmar berdasarkan Convention Relating to the Status of Stateless Persons 1954

0 2 7

ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR ANALISIS PEL

0 0 5

1 BAB I PENDAHULUAN - Urgensi Indonesia Meratifikasi The Convention Relating To The Status of The Refugees 1951 dan Protocol Relating To The Status of Refuges 1967 - UNS Institutional Repository

0 0 11