Sejumlah besar instrumen internasional mengatur mengenai hak seseorang atas kewarganegaraan. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 sendiri
menyatakannya pada Pasal 15 yaitu bahwa setiap orang memiliki hak untuk berkewarganegaraan, dan bahwa tidak seorangpun dapat secara sewenang-
wenang dicabut kewarganegaraannya, atau ditolak haknya untuk mengganti kewarganegaraannya”.
49
1. Convention Relating to the Status of Stateless Persons
Konvensi 1954 mengakui status hukum internasional “orang-orang tanpa kewarganegaraan”.
Pasal 1
menetapkan rumusan
bagi orang
tanpa kewarganegaraan dalam hukum internasional:
“For the purpose of this Convention, the term “stateless person” means a person who is not considered as a national by any State under the
operation of its law.”
50
Berarti orang tanpa kewarganegaraan adalah “seseorang yang tidak dianggap sebagai warga negara oleh Negara manapun dalam pelaksanaan hukum
negara tersebut”. Rumusan ini sekarang juga diakui sebagai hukum kebiasaan internasional.
Orang-orang yang memenuhi definisi ini berhak akan hak-hak dan kewajiban- kewajiban tertentu yang terdapat dalam Konvensi 1954. Konvensi ini tidak
mencakup apa yang disebut orang-orang yang secara de facto tidak memiliki kewarganegaraan, yang mana tidak terdapat dalam rumusan yang diterima secara
umum dalam hukum internasional.
49
Universal Declaration of Human Rights, Pasal 15 ayat 1 dan 2.
50
Convention relating to the Status of Stateless Persons, Pasal 1.
Akan tetapi, orang-orang yang secara de facto tidak memiliki kewarganegaraan berhak akan perlindungan di bawah hukum hak-hak asasi
manusia internasional. Para pengungsi tanpa kewarganegaraan tercakup dalam Konvensi 1951 mengenai Status Pengungsi dan harus diperlakukan sesuai dengan
hukum pengungsi internasional.
51
Konvensi 1954 menjamin hak akan bantuan administrasi kepada orang- orang tanpa kewarganegaraan administrative assistance,
52
suatu hak akan identitas diri identity papers,
53
dan dokumen perjalanan travel documents,
54
dan mengecualikan mereka dari persyaratan-persyaratan timbal balik exemption from reciprocity
55
. Konvensi ini menyatakan bahwa orang-orang tanpa kewarganegaraan
dapat mempertahankan hak dan kebebasan mendasar tanpa diskriminasi non- discrimination.
56
Hak tersebut termasuk hak milik movable and immovable property,
57
akses gratis ke pengadilan access to courts,
58
akses terhadap pekerjaan wage-earning employment,
59
perumahan setidaknya seperti yang diberikan kepada orang asing housing,
60
dan pendidikan dasar dan bantuan publik setara dengan apa yang warga negara terima public education.
61
51
UNHCR, “Melindungi Hak-Hak Orang Tanpa Kewarganegaraan”, Op. Cit. hal 4.
52
Convention Relating to the Status of Stateless Persons, Pasal 25
53
Ibid. Pasal 27.
54
Ibid. Pasal 28.
55
Ibid. Pasal 7.
56
Ibid. Pasal 3.
57
Ibid. Pasal 13.
58
Ibid. Pasal 16.
59
Ibid. Pasal 17.
60
Ibid. Pasal 21.
61
Ibid. Pasal 22.
Ketentuan-ketentuan yang diselaraskan ini dirancang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
khusus yang
dihadapi oleh
orang-orang tanpa
kewarganegaraan dikarenakan mereka tidak mempunyai kewarganegaraan manapun, misalnya dengan memberi mereka sebuah dokumen perjalanan yang
diakui bagi orang-orang tanpa kewarganegaraan yang berfungsi sebagai pengganti sebuah paspor.
Hal-hal ini tidak diatur di manapun dalam hukum internasional namun berada di antara manfaat-manfaat hukum pokok untuk orang-orang tanpa
kewarganegaraan dalam Konvensi 1954.
2. International Covenant on Civil and Political Rights ICCPR