guna  mengetahui  perilaku  antara  interaksi  yang  dilakukan  oleh  peneliti  dengan informan.  Metode  observasi  dibedakan  menjadi  dua  yakni  observasi  partisipan
dan observasi nopartisipan. Observasi partisipan merupakan observasi yang mana peneliti  adalah  bagian  dari  keadaan  alamiah,  tempat  dilakukannya  observasi.
Sedangkan  observasi  nonpartisipan  adalah  observasi  yang  dengan  peneliti mengamati  tingkah  laku  orang  lain  dalam  keadaan  ilmiah,  tetapi  peneliti  tidak
melakukan  partisipasi  terhadap  kegiatan  di  lingkungan  yang  diamati  Champion, 2001: 289.
Di sini, peneliti juga melihat perilaku yang mendasari partisipasi elit lokal dalam  program  pemerintah.  Sehingga,  dari  metode  observasi  ini,  peneliti
diharapkan dapat memperoleh informasi berdasarkan perilaku baik saat mengikuti kegiatan  maupun  perilaku  sehari-hari  pada  informan.  Peneliti  melihat  atau
mengamati  bagaimana perilaku dari  informan selama berada di  lapangan  dengan melihat  dan  menilai  sendiri  yang  nantinya  melalui  metode  observasi  atau
pengamatan dapat  menghasilkan data  yang maksimal  dan dapat  mendukung data yang telah didapatkan. Dalam penelitian ini, penulis mengamati perilaku informan
pada waktu pagi hari, siang hari sampai sore hari. Sebab dalam waktu tersebut elit lokal  banyak  melakukan  aktifitas  baik  aktifitas  dalam  pekerjaannya  maupun
kegiatan  lain.  Sehingga,  penulis  dapat  memperoleh  data  yang  valid  melalui observasi yang dilakukan dilapangan.
3.4.2 Metode Wawancara
Wawancara  merupakan  salah  satu  metode  yang  digunakan  dalam  setiap penelitian.  Dalam  penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  metode  wawancara  yang
mana peneliti melakukan wawancara secara langsung terhadap informan baik elit lokal, fasilitator maupun pemerintah yang mana disini adalah BPBD. Wawancara
ini  akan  dilakukan  guna  memperoleh  hasil  informasi  dari  para  informan. Wawancara  dilakukan  dalam  sebuah  interaksi  antara  peneliti  dengan  informan.
Wawancara  adalah  teknik  penelitian  yang  paling  sosiologis  dari  semua  teknik penelitian social, bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dan
responden  Champion,  2001:  305.  Dalam  menganalisis  data  yang  kita  dapatkan selama  di  lapangan,  kita  dapat  menganilisinya  dengan  pendekatan-pendekatan
teori dan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai informan untuk mendapatkan
informasi  yang valid. Wawancara  dilakukan dengan  masyarakat  Desa Mayangan yang  tergabung  dalam  tim  penyusunan  dokumen  Rencana  Penanggulangan
Bencana  Tsunami.  Selain  itu,  wawancara  juga  dilakukan  bersama  pemangku kebencanaan  yakni  BPBD  Jember  dan  badan  usaha  yang  terdapat  di  Desa
Tersebut.  Kegiatan  wawancara  dilakukan  pada  pagi  hari  karena  informan  lebih mudah  ditemui  ketika  pagi  hingga  sore  hari.  Dari  wawancara  diharapkan  dapat
menemukan  hasil  data  yang  dapat  diolah  dan  dideskripsikan  untuk  disajikan. Secara teknis, peneliti mendatangi para informan kemudian mewawancarai beliau
dengan  waktu  yang  sudah  ditentukan  sebelumnya  oleh  informan.  Peneliti  dalam penelitian  nantinya  menggunakan  metode  wawancara  melalui  dialog  dengan
informan  untuk  medapatkan  data  yang  akurat.  Dari  dialog  diharapkan  informan dapat  memberikan  informasi  sebanyak  mungkin  dengan  kejujuran  informan
kepada peneliti. Wawancara ini dilakukan kepada lima belas belas informan yang menjadi  bagian  dalam  tim  penyusunan  kegiatan,  ditambah  lagi  dengan  pihak
BPBD,  kemudian  sekertaris  Desa  dan  dua  orang  dari  kalangan  masyarakat. Dengan wawancara peneliti juga mengetahui perilaku informan, apakah suka atau
tidak dengan pertayaan yang diajukan oleh peneliti.
3.4.2 Metode Dokumentasi