dan perangkat hukum. Secara ekonomi, penurunan luas lahan sawah yang dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun
mengganti pada usaha non padi merupakan keputusaan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi penurunan luas lahan, yaitu : perubahan perilaku,
hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir
berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali
terjadinya penurunan luas lahan sawah. Namun hal tersebut hendaknya didukung oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi
dengan teknologi yang memadai. Artinya, jika tersedia data yang akurat pada tahun tertentu maka penyimpangan data pada tahun-tahun sebelumnya dapat
dikoreksi dengan faktor koreksi tertentu Suwarno, 1996.
2.2. Landasan Teori
Mekanisasi perubahan pengguaan lahan melibatkan kekuatan-kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan pemerintah, dan kepentingan
politik. Pemerintah di sebagian besar Negara di dunia pada kenyataannya memegang peran kunci dalam alokasi lahan misalnya hutan, daerah lahan
tambang, dan sebagainya Prayudho,2009. Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani guna memperoleh hasil
produksi, petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor yang dimiliki,
seperti luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit, dan lain-lain, tenaga
kerja, keahliaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi seperti luas tanah untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan
produktivitas ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, varietas bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai, baik jenis maupun dosis,
tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat, penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai, dan tersedianya tenaga
kerja Ace Partadiredja,1980. Menurut Warton. Jr dan Cliffton 1969, dalam kondisi nyata luas dan
kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan social ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada, maka
usahatani dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: a.
Usahatani yang bersifat subsisten, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Produksi subsisten subsistence production dengan tingkat komersial yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sendiri. 2.
Tingkat kehidupan subsisten subsistence living , yakni yang berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup
yang minimum. b.
Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan farm bussines dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang
dilakukan.
2. Pencapain tingkat efisiensi teknis penggunaan tenaga kerja dan
modal agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan pencapaian tingkat efisiensi ekonomis, yakni laba yang maksimum.
Walaupun ada perbedaan seperti yasng diuarikan di atas, dibalik itu ada pula kesamaan di antara petani ini, yakni mereka memandang pertanian sebagai suatu
sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil-hasil produksi pertanian Mosher, A. T, 1969.
Menurut Bangun 2007, faktor produktivitas menjelaskan hubungan faktor- faktor produktivitas dengan hasil produktivitas. Faktor produkstivitas dikenal
dengan istilah input, sedangkan hasil produktivitas disebut dengan output,dimana salah satu inputnya adalah luas lahan. Jika produktivitas padi meningkat
kemungkinan petani mengalihkan penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan menurun.
Menurut Adi 2009, jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak
mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok
tanam padi. Menurut Rizal 2004, bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan
lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill
bertani. Sehingga harga kelapa sawit mungkin tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif
terhadap luas lahan.
2.3. Penelitian Terdahulu