tidak menyerang sasaran spesifik, sehingga ia juga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel, organel sel, atau DNA, sehingga
dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel Winarsi, 2007
Senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh prooksidan dapat berasal dari luar tubuh eksogen atau terbentuk di dalam tubuh endogen
dari hasil metabolisme zat gizi secara normal Muchtadi, 2000. Secara eksogen,senyawa radikal antara lain berasal dari polutan, makanan atau
minuman,radiasi, ozon dan pestisida Supari, 1996. Sedangkan secara endogen, radikal bebas dapat terbentuk akibat proses kimia komplek dalam
tubuh, berupa hasil samping dari metabolisme sel, proses oksidasi dan makanan yang tidak sehat sebagai sumber radikal bebas Young et al. 1999
2.4Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies
oksigen reaktif Lautan,1997. Dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, substansi antioksidan berfungsi untuk menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai Windono et al., 2001.
Antioksidan bereaksi
dengan radikal
bebas dengan
cara mengurangikonsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen
yang reaktif, mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer
seperti radikal
hidroksil, mengikat
katalis ion
logam, mendekomposisi produk-produk primer radikal menjadi senyawa non-
radikal, dan memutus rantai hidroperoksidaShahidi, 1997.
2.5 DPPH
Metode yang dapat dilakukan untuk uji aktivitas antioksidan adalah metode DPPH 1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil. Metode DPPH memberikan
informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dipilih karena ujinya
sederhana, mudah, cepat dan peka sera hanya memerlukan sedikit sampel Hanani et al., 2005.
Radikal stabil memiliki warna violet intens yang berkurang dengan kehadiran antioksidan yang mampu menangkap elektron bebas atau
radikal lain, yang memungkinkan mengukur efek bleaching yang disebabkan oleh senyawa tertentu.
Ketika larutan DPPH dicampur dengan zat yang dapat menyumbangkan atom hidrogen, maka ini menimbulkan bentuk tereduksi
dengan hilangnya warna ungu. Mewakili radikal DPPH dengan Z • dan
pendonor molekul dengan AH, reaksi utama yang terjadi adalah: Z• +AH = ZH+A•
dimana ZH adalah bentuk tereduksi dan A• adalah radikal bebas yang
diproduksi di langkah pertama ini. Radikal bebas ini kemudian akan mengalami reaksi lebih lanjut yang mengontrol stoikiometri keseluruhan,
yaitu, jumlah molekul DPPH tereduksi decolorised oleh satu molekul reduktan Molyneux, P. 2004.
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC50 “Inhibition Concentration” dinyatakan lain sebagai EC50 “Efficient
Concentration ”. IC50 adalah konsentrasi larutan sampel yangdibutuhkan
untuk menghambat 50 radikal bebas DPPH. Zat antioksidan yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi akan mempunyai nilai IC50 yang
rendah.
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupuncair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus
dapatmengekstrak substansi yang diinginkan tanpamelarutkan material lainnya Ditjen POM, 1995. Pelarut organik yang paling sering digunakan
dalam mengekstraksizat aktif dari sel tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, hexan, aseton,benzen dan etil asetat Dtrjen POM, 1995. Selama
proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material padat dari
tumbuhandan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya Tiwari, et al., 2011.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin Dirjen POM, 2000.
2.6.1 Ekstraksi Cara Dingin a Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan kamar Dirjen POM, 2000. Dalam maserasi untuk ekstrak cairan, serbuk halus atau kasar dari
tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering,
sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil Tiwari, et al., 2011.
b Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umunya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap maserasi
antara, tahap
perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak, terus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan Ditjen POM, 2000.
2.6.2 Ekstraksi Cara Panas a Soxhlet
Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM, 2000.
b Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurnaDitjen POM, 2000.
c Infus Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur
penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
C selama waktu tertentu 15-20 menit Ditjen POM, 2000.
d Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30
o
C dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
e Digesti Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C Ditjen POM, 2000.
2.6.3 Macam-macam Teknik Ekstraksi Lain a Ekstraksi Berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun
berturutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi jumlah pelarut dan dirancang untuk bahan dalam jumlah
besar yang terbagi ke dalam beberapa bejana ekstraksi Ditjen POM, 2000.
b Superkritikal Karbondioksida Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk
simplisisa, dan
umumnya digunakan
gas karbondioksida.
Penghilangan cairan pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah, sehingga hampir langsung
diperoleh ekstrak Ditjen POM, 2000.
c Ekstraksi Ultrasonik Getaran ultrasonik 20.000 Hz. memberikan efek pada proses
ekstrak dengan prinsip meningkatkan permiabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung spontan cavitation sebagai stres dinamik
serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonikasi Ditjen
POM, 2000.
d Ekstraksi Energi Listrik Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan
magnet serta “electric-discharges” yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelembung
spontan dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik Ditjen POM, 2000.
2.7 Spektrofotometer UV Vis