Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tabel 5.5

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 2 3 SD SMP SMA 2 4 14 10 20 70 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden, yakni 14 orang atau 70 berpendidikan SMA. Jumlah ini diikuti oleh responden berpendidikan SMP adalah 4 orang atau 20. Sementara responden berpendidikan SD adalah 2 orang atau 10. Distribusi pendidikan responden yang tergolong rendah merupakan cermin dari keluarga buruh yang secara umum tergolong ke dalam jajaran kelas bawah. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status KaryawanBuruh No Usia Tahun Jumlah Persentase 1 2 Tetap Tidak Tetap 7 11 35 55 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden, yakni 55 atau 11 orang berstatus tidak tetap, dan jumlah responden yang berstatus karyawan tetap berjumlah 7 orang atau 35. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden yang bernama Joni mengatakan : saya kontrak di sini bang sampai proses pembangunan kantor selesai. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Upah Tanpa Lembur No Usia Tahun Jumlah Persentase 1 2 3 4 900.000 – 1200.000 1.200.001 – 1.500.000 1.500.001 – 1.800.000 1.800.000 5 8 4 3 25 40 20 15 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Seperti dikemukakan dalam latar belakang penelitian ini, upah minimum yang berlaku di Kota Pematangsiantar untuk tahun 2015 adalah Rp 1.626.000. Oleh karena itu terdapat temuan yang menunjukkan 65 responden yang mendapat upah di bawah UMK Pemtangsiantar sebagi mana disajikan pada tabel 5. Seperti diketahui kebanyakan responden sudah menikah, dalam arti memiliki anak dan istri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan yang demikian secara umum dapat dikategorikan rendah, mengingat kebutuhan dengant tingkat harga pasar yang senantiasa naik. Oleh karena itu, setiap keluarga buruh memang memerlukan strategi tertentu untuk menyiasati kondisi pendapatan yang rendah dan mahalnya biaya hidup di daerah perkotaan sekarang ini. Salah satu strategi yang sangat logis ditempuh adalah dengan mencari tambahan pendapatan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Cukup Tidaknya Upah Tanpa Lembur Memenuhi Kebutuhan Keluarga No Usia Tahun Jumlah Persentase 1 2 3 Sangat Kurang Kurang Cukup 8 9 3 40 45 15 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Hidup di daerah perkotaan menuntut biaya yang cukup besar. Segalanya harus dibeli, tidak seperti hidup dipedesaan, dimana terdapat beberapa jenis kebutuhan hidup yang gratis atau lebih murah harganya, seperti sayuran, air dan lai-lain. Oleh karena itu, jawaban mayoritas responden yang menyatakan upah yang diterima tanpa lembur adalah kurang dan sangat kurang adalah logis. Sehubungan dengan data yang diperoleh, penulis justru lebih tertarik untuk lebih mendalami jawaban responden yang menyatakan upah yang mereka terima itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Penulis mencoba mendalami data ini, dengan mewawancarai 2 dari ketiga responden yang menyatakan cukup, sehingga diperoleh informasi, bahwa alasan utama responden menyatakan upah tanpa lembur cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah karena jumlah anggota keluarga, dimana kedua responden tersebut memiliki satu orang anak yang belum memasuki usia sekolah, sehingga kebutuhan keluarga relatif rendah. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Mulai Kapan Kesulitan Ekonomi Keluarga Dirasakan No Usia Tahun Jumlah Persentase 1 2 3 5 Tahun Terakhir 10 Tahun Terakhir 15 Tahun Teakhir 11 6 3 55 30 15 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Harus diakui, kajian tentang kinerja pemerintah di era reformasi ini menunjukkan kelemahan di bidang ekonomi. Kondis ini serinf dikaji oleh banyak pakar di berbagai media. Rendahnya kinerja Pemerintah di bidang ekonomi tergambar dari pengakuan respondedn tentang masa kesulitan ekonomi yang dialami. Jika kita menggunakan periode jangka menegah atau 5 tahun, apakah lima tahun terakhir, 10 tahun terakhir, maupun 15 tahun terakhir masih tetap menunjukkan kelesuan ekonomi, sehingga masa -masa tersebut oleh masyarakat banyak, termasuk buruh tetap merasakan eksisnya kesulitan ekonomi. Perbedaan dimensi waktu kesulitan ekonomiyang dirasakan oleh buruh tentu dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, kondisi ekonomi Indonesia yang memang tidak mengalami perbaikan, bahkan oleh banyak ahli dinyatakan makin buruk. Kedua, usia kawin responden. Tentu sebagian respondenbelim menikah 15 tahun yang lalu, sehinggga tidak terlalu merasakan kesulitan ekonomi keluarga pada saat itu. Artinya, mereka yang menjawab merasakan kesulitan ekonomi 5 atau 10 tahun terakhir bukan berarti bahwa sebelumnya ekonomi Indonesia baik, tetapi karena mereka belum memiliki tanggung jawab seperti yang ada saat ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Kesulitan Ekonomi Keluarga Yang Dirasakan No Usia Tahun Jumlah Persentase 1 2 3 Makin Sulit Biasa Saja Makin Baik 13 6 1 65 30 5 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Kecenderungan perkembangan perekonomian Indonesia sepertinya belum cerah. Setidaknya hal ini terlihat dari jawaban responden yang disajikan pada tabel 5.10, dimana mayoritas responden menyatakan bahwa ekonomi keluarga mereka bergerak ke arah yang makin sulit. Harus diakui, kondisi sosial ekonomi buruh sangat berbeda dengan mereka yang berstatus PNS. Jika PNS setiap tahunnya dipastikan mengalami kenaikan gaji, maka upah yang diterima buruh tidak selalu mengalami kenaikan, walaupun upah minimum mengalami kenaikan yang sangat kecil. Kondisi ini antara lain juga disebabkan oleh ketidaktaatan pengguna tenaga buruh atas upah minimum yang ditetapkan sebagaimana tergambar pada data yang disajikan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sulit dilakukan pengurangan angka kemiskinan, jika memang indikator yang dipakai itu manusiawi, dalam arti mencerminkan hidup layak bagi manusia. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Kesulitan Ekonomi Dibicarakan Dalam Keluarga No Pernah atau Tidak Jumlah Persentase 1 2 Pernah Tidak Pernah 17 3 85 15 Jumlah 20 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil, bahkan secara sosiologis merupakan kelompok primer. Oleh karena itu, selayaknya-lah permasalahan dalam keluarga seperti kesulitan ekonomi dibicarakan atau didiskusikan dalam upaya mencari solusi. Data yang disajikan pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa kesulitan ekonomi yang mereka hadapi pernah dibicarakan dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi keluarga merupakan kondisi yang tidak mengenakkan, dan keluarga buruh menginginkan keluar dari kondisi tersebut. Kondisi yang cukup menarik adalah adanya keluarga yang tidak pernah membicarakan kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Adapun alasan mereka untuk tidak mendiskusikannya pada umumnya adalah bahwa kesulitan ekonomi itu datangnya lebih bersumberkan pada keadaan perekonomian negara atau faktor eksternal keluarga yang kurang kondusif. Oleh karena itu mereka menganggap bahwa kesulitan itu tidak berhasil mendapatkan solusi dengan membicarakannya dalam keluarga, karena mereka menganggap keluarga mereka tidak akan mampu mencari solusi atas kesulitan yang ada. Artinya, keluarga buruh itu memang tidak berdaya, dan mereka menyadari ketidakberdayaan itu. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Ditemukantidaknya Jalan Keluar Menyelesaikan Kesulitan Ekonomi Keluarga No Ditemukan atau Tidak Jumlah Persentase 1 2 Ditemukan Tidak Ditemukan 11 6 64,7 35,3 Jumlah 17 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015 Dari 17 keluarga yang membicarakn masalah kesulitan ekonomi dalam keluarga tersebut, ternyata mayoritas mengaku menemukan penyelesaian atas masalah ekonomi keluarga. Hal ini berarti, bahwa keluarga sebagai kelompok primer masih cukup handal dalam menyelesaikan masalah keluarga. Paling tidak, diskusi keluarga menemukan jalan keluar, sehingga diskusi yang dilakukan mengakibatkan kelegaan secara psikologis. Hal ini berarti mereka benar-benar berhasil keluar dari kesulitan ekonomi, karena jalan keluar yang mereka temukan dalam pemikiran secara fakta belun tentu efektif berfungsi sebagai jalan keluar dalam memecahkan masalah kesulitan ekonomi keluarga, karena konsep yang mereka temukan akan berhadapab dengan berbagai rintangan secara fakta.

5.3 Starategi Dlam Mempertahankan Hidup Keluarga

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar

1 46 99

Evaluasi Sistem Transportasi Dipusat Kota Pematang Siantar

0 34 118

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT PETANI PADI DI MARIHAT III KELURAHAN PEMATANG MARIHAT KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANG SIANTAR.

0 4 26

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

0 2 15

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 11

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kelurahan Setianegara Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar

0 1 11