Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar

(1)

KONTRIBUSI ANAK JALANAN DALAM EKONOMI

KELUARGA DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN

SIANTAR BARAT KOTA PEMATANG SIANTAR

Diajukan guna memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar SarjanaSosial Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Oleh:

RIRI SANDO SIAHAAN

060902024

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : RIRI SANDO SIAHAAN

NIM : 060902024

ABSTRAK

Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 83 halaman, 35 tabel, 3 lampiran serta 24 kepustakaan)

Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga yang dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah Anak Jalanan yang berjumlah 20 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar adalah ada. Hal ini dapat dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : RIRI SANDO SIAHAAN NIM : 060902024

ABSTRACT

Contribution of Street Children in the Family Economy in the Dwikora Village, West Siantar District, Pematang Siantar City

(Thesis consists of 6 chapters, 83 pages, 35 tables, 3 appendix as well as 24 libraries)

Currently, issues related to the child the more numerous and varied. The indication is the increasing number of abandoned children and orphans are not neglected, the empowerment of children who are not in place as employed on work time is outrageous and absurd salaries, etc.. While we all know that children's lives should be filled with play, learn, and merriment. So also with the problems of street children in urban areas is a matter that is considered normal by society, whereas it should be an unusual thing happened. Problems of street children is one of the effects of lack of awareness and social awareness in society about the condition of children. Problems discussed in this thesis was to see firsthand how the contribution of street children in the family economy as seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.

The research was carried out at Village West Siantar City District Dwikora Siantar. The number of population in this study were street children, amounting to 20 people and instruments used were questionnaires. The research method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the results of research and data analysis, it is known that the contribution of Street Children in the Family Economy in the Village of West City Dwikora District Siantar Siantar is there. It can be seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat anugerahNya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Kontribusi Anak Jalanan dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan dorongan kepada penulis selama berkuliah.


(5)

3. Bapak Husni Thamrin, S.sos, M.Sp, selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya. Semoga sehat selalu, Amin. 5. Kepada Kedua Orangtua saya, Bapak Liberty Siahaan dan Tiorina

Br.Haloho, yang telah mendoakan saya sehingga skripsi ini dapat selesai. Terkhusus buat mama tersayang yang bukan hanya menjadi figur seorang ibu tetapi menjadi segalanya yang memiliki pengaruh besar di setiap langkah anak – anaknya.

6. Kepada kakak – kakak saya Swendang H.R. Siahaan A.Md.Per, Yustika R. Siahaan SE, Briptu Mangara Siahaan dan adik saya Norma V Siahaan A.Md.Per, yang telah banyak memberikan saya inspirasi dan motivasi. 7. Kepada Alwi A.L.Gaol, selaku Kepala Kelurahan Dwikora Kecamatan

Siantar Barat Kota Pematang Siantar, serta seluruh staff yang bertugas, maaf tidak dapat menyebutkan nama satu – persatu. Semoga sehat-sehat selalu, Amin.

8. Buat teman-teman satu angkatan 2006, Rahmat, Immanuel, Dicky, Feri, Bobby dan semua yang tidak disebutkan, “akhirnya aku ngejar kalian juga, hehe..” Kepada senior saya, Bang Kiel, Bang JD, bang Maxwel, begitu juga dengan adek – adek junior, Poppy, Nova, Odel, Hotna dan semua yang tidak bias saya sebutkan. Semoga makin sukses.


(6)

9. Kepada Jontar Sinaga SE selaku Direktur Eksekutif LSM Hanuba atas segala dukungan moril maupun materiil, beserta seluruh Staff Juli, Sultan, Wanto, Hotna, Odel, Hohas, herlina, semoga makin sukses.

10.Buat Ira Dabukke yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan, dan doa yang tulus, “thank’s, I love u..”

11.Buat teman-teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan. Semoga ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan almamater kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, Januari 2012

Penulis, Riri Sando Siahaan


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 7

2.1. Kotribusi ... 7

2.2. Anak jalanan ... 8

2.2.1. Pengertian Anak jalanan ... 8


(8)

2.2.3. FAktro-faktor Keberadaan Anak jalanan ... 16

2.3. Keluarga ... 18

2.3.1. Pengertian Keluarga ... 18

2.3.2. Tipe Keluarga ... 19

2.3.3. Peranan Keluarga ... 19

2.3.4. Tugas Keluarga ... 20

2.3.5. Fungsi Keluarga ... 20

2.3.6. Bentuk Keluarga ... 22

2.3.7. Subsistem Keluarga ... 23

2.4. Sosial Ekonomi ... 24

2.4.1. Pendapatan ... 26

2.4.2. Pangan ... 26

2.4.3. Pendidikan ... 27

2.4.3.1 Jenjang Pendidikan ... 28

2.4.3.2 Jalur Pendidikan ... 29

2.4.4. Kesehatan ... 30

2.4.5. Perumahan ... 32

2.5. Kesejahteraan Sosial ... 33

2.6. Kerangka Pemikiran ... 34

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 35


(9)

2.8.2. Defenisi Operasional ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN. ... 37

3.1. Tipe Penelitian... 37

3.2. Lokasi Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 38

3.5. Tehnik Analisa Data ... 39

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. ... 40

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.2. Luas Wilayah... 40

4.3. Kependudukan ... 41

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Usia ... 41

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Agama ... 42

4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

4.3.5 Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 45

4.3.6 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 46

4.4. Fasilitas/ Prasarana ... 47

4.4.1 Fasilitas Pendidikan ... 47


(10)

4.4.3 Fasilitas Agama ... 48

4.5. Potensi Kelurahan Dwikora ... 49

4.6. Letak Titik Aktivitas Anak jalanan di Kelurahan Dwikora ... 50

4.7. Struktur Pemerintahan ... 50

BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN. ... 52

5.1. Identitas / Karakteristik Responden ... 52

5.1.1 Data Umur Responden ... 53

5.1.2 Data Jenis Kelamin Responden ... 54

5.1.3 Data Agama Responden ... 54

5.1.4 Data Suku Responden ... 55

5.1.5 Data Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 56

5.1.6 Data Asal Responden ... 57

5.2. Analisis Aktivitas Anak Jalanan... 58

5.2.1. Data Jenis Aktivitas Responden ... 58

5.2.2. Data Lamanya Responden Bekerja ... 59

5.2.3. Data Lamanya Responden Beraktivitas dalam Satu Hari ... 60

5.2.4. Data Modal Awal Responden Bekerja ... 61

5.2.5. Data Pendapatan Responden ... 62

5.2.6. Data Alasan Responden Bekerja ... 63

5.3. Analisis Sosial Ekonomi Keluarga ... 64


(11)

5.3.2. Kondisi Pangan ... 67

5.3.3. Kondisi Kesehatan ... 68

5.3.4. Kondisi Pendidikan ... 70

5.3.5. Kondisi Pendapatan ... 72

5.4. Analisis Kontribusi Anak jalanan ... 73

5.3.1. Kontribusi Dalam Perumahan Keluarga ... 73

5.3.2. Kontribusi Dalam Pangan Keluarga ... 74

5.3.3. Kontribusi Dalam Kesehatan Keluarga ... 74

5.3.4. Kontribusi Dalam Pendidikan Keluarga ... 75

5.3.5. Kontribusi Dalam Pendapatan Keluarga ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA. ... 81 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Hal

1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 41

2. Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 42

3. Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4. Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

5. Tabel 4.5 Komposisi Pendudu Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 45

6. Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

7. Tabel 4.7 Fasilitas Pendidikan Kelurahan Dwikora... 47

8. Tabel 4.8 Fasilitas Kesehatan Kelurahan Dwikora ... 48

9. Tabel 4.9 Fasilitas Agama Kelurahan Dwikora ... 49

10. Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 53

11. Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

12. Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 54

13. Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 55

14. Tabel 5.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 56

15. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Responden ... 57

16. Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Aktivitas ... 58 17. Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjalani


(13)

18. Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Beraktivitas Per

Hari ... 60

19. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Modal Awal Bekerja ... 61

20. Tabel 5.11 Distrbusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Perhari ... 62

21. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja ... 63

22. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah ... 64

23. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Utama Air Bersih... 65

24. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan Rumah ... 66

25. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Makan Dalam Sehari ... 67

26. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Mengobati Penyakit ... 68

27. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Untuk Mengobati ... 69

28. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Pendidikan Anggota Keluarga ... 70

29. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Orang Tua ... 71

30. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Per Hari ... 72

31. Tabel 5.22 Kontribusi Responden Dalam Perumahan Keluarga ... 73

32. Tabel 5.23 Kontribusi Responden Dalam Pangan Keluarga ... 74

33. Tabel 5.24 Kontribusi Responden Dalam Kesehatan Keluarga ... 74

34. Tabel 5.25 Kontribusi Responden Dalam Pendidikan Keluarga ... 75


(14)

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Hal

1. Kerangka Pemikiran ... 36


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : RIRI SANDO SIAHAAN

NIM : 060902024

ABSTRAK

Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 83 halaman, 35 tabel, 3 lampiran serta 24 kepustakaan)

Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga yang dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah Anak Jalanan yang berjumlah 20 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar adalah ada. Hal ini dapat dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.


(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : RIRI SANDO SIAHAAN NIM : 060902024

ABSTRACT

Contribution of Street Children in the Family Economy in the Dwikora Village, West Siantar District, Pematang Siantar City

(Thesis consists of 6 chapters, 83 pages, 35 tables, 3 appendix as well as 24 libraries)

Currently, issues related to the child the more numerous and varied. The indication is the increasing number of abandoned children and orphans are not neglected, the empowerment of children who are not in place as employed on work time is outrageous and absurd salaries, etc.. While we all know that children's lives should be filled with play, learn, and merriment. So also with the problems of street children in urban areas is a matter that is considered normal by society, whereas it should be an unusual thing happened. Problems of street children is one of the effects of lack of awareness and social awareness in society about the condition of children. Problems discussed in this thesis was to see firsthand how the contribution of street children in the family economy as seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.

The research was carried out at Village West Siantar City District Dwikora Siantar. The number of population in this study were street children, amounting to 20 people and instruments used were questionnaires. The research method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the results of research and data analysis, it is known that the contribution of Street Children in the Family Economy in the Village of West City Dwikora District Siantar Siantar is there. It can be seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Tetapi juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kemiskinan perkotaan yang melanda kota-kota besar di Indonesia disebabkan oleh gejolak ekonomi yang semakin menyengsarakan masyarakat dan menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup kompleks.

Masalah-masalah yang cukup kompleks itu misalnya makin banyaknya pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, munculnya anak-anak jalanan, dan lain-lain. Diperparah lagi oleh keadaan birokrasi terhadap pelayanan masyarakat yang tidak berpihak kepada masyarakat bawah, bahkan lebih cenderung memojokkan masyarakat bawah.

Di zaman pembangunan dan modernisasi sekarang ini, begitu banyak persaingan global dalam setiap memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan keluarga. Hal tersebut tidak jarang menimbulkan munculnya keluarga yang bermasalah yang menyebabkan makin banyaknya anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka. Bahkan banyak kasus yang menunjukkan meningkatnya penganiayaan terhadap anak-anak, mulai tekanan batin, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, baik


(18)

Keterlibatan anggota keluarga khususnya anak menjadi sangat dibutuhkan dalam segala sektor dalam memenuhi serta membantu ekonomi keluarganya. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah dalam menaikkan pendapatannya dengan menggunakan potensi seluruh anggota keluarganya termasuk anaknya sendiri, sehingga tidak memikirkan efek dari masa depan si anak yang terfokus dalam pencarian serta pemenuhan kebutuhan hidup di dalam keluarganya tersebut. Profesi mereka inilah yang selanjutnya dikenal sebagai profesi anak jalanan.

Dipilihnya ”profesi” anak jalanan semata-mata karena menjadi anak jalanan tidak memerlukan keahlian khusus. Asalkan mau menengadahkan tangan dengan wajah memelas, anak-anak sudah bisa menjadi pengemis jalanan. Untuk mengamen pun tidak harus hebat memainkan alat musik dan memiliki suara bagus. Asalkan bisa memetik gitar atau memainkan ”kecrekan” dari tutup botol dan bergumam, anak-anak sudah bisa menjadi pengamen jalanan dan menghasilkan uang. Kemudahan menjadi anak jalanan ini didukung pula oleh tindakan masyarakat yang ”berbaik hati” memberikan uang kepada mereka, ditambah belum optimalnya perhatian pemerintah menanggulangi persoalan ini.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk miskin perkotaan 2007 tercatat 47,11 persen dari 1,78 juta jiwa. Hal inilah salah satu penyebab banyaknya anak jalanan walaupun pada dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan mereka turun ke jalan. Tetapi juga, karena keinginan mereka sendiri untuk merasakan kebiasaan tanpa banyak aturan dan norma dari orangtua (2007, http://


(19)

yayasan-kksp. Blogspot.com2008. diakses pada tanggal 28 April 2011 pukul 13:10 WIB).

Berdasarkan data BPS tahun 2009, tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita terlantar, 5,4 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak

dasarnya masih belum terpenuhi

Mei 2011 pukul 12:40 wib)

Secara nasional pada tahun 2010 jumlah anak jalanan berjumlah sekitar 230.000 anak, sedangkan jumlah anak telantar berjumlah sekitar 5,4 juta.

pada tanggal 15 Mei 2011 pukul 12.50)

Sesuai data Depsos, jumlah anak telantar pada tahun 2006 di Sumatera Utara

331.113 anak. diakses pada tanggal 15 Mei 2011

16.55 WIB). Saat ini tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah anak jalanan di Sumatera Utara sendiri pada tahun 2007, KKSP (Kelompok Kerja Sosial Perkotaan) memperkirakan jumlah anak jalanan di seluruh kabupaten dan kota

sekitar 5000 anak diakses pada tanggal16 Mei 2011 pukul

20.00 WIB).

Data tahun 2007 yang diperoleh harian surat kabar waspada dari Dinsos Sumut menunjukkan jumlah gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak terlantar mencapai 95.791 orang. Dengan rincian 3.300 orang pengemis, 4.823 orang gelandangan, 18.741 orang anak jalanan, 68.927 orang anak telantar, sedangkan anak balita telantar berjumlah 62.428 orang (http://yayasan


(20)

Dewasa ini pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, Pematangsiantar contohnya, dimana kita akan sangat mudah menemui anak jalanan di berbagai tempat, mulai dari stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan bahkan mall. Dan yang lebih memprihatikan, kondisi ini seringkali atas persetujuan dari orang tua mereka sendiri. (harjasaputra.wordpress.com).

Adapun saya tertarik mengambil penelitian di Kecamatan Siantar Barat, dikarenakan begitu banyak anak jalanan berada di jalur sepanjang Pajak Horas, Karena daerah ini merupakan daerah yang paling sibuk khususnya di bidang ekonomi dan merupakan daerah yang paling padat di kota Pematangsiantar. Dan dalam kehidupan kesehariannya, anak-anak jalanan melakukan interaksi dengan berbagai elemen sosial yang ada dijalan, baik sesama anak maupun orang dewasa dengan berbagai latar belakang profesi. Ketika mereka sudah berada dijalan, semua sumber-sumber daya yang mereka miliki dikerahkan untuk memperoleh penghasilan berupa uang secara singkat. Mengamen, menyemir sepatu, berjualan rokok, koran hingga mengemis adalah pekerjaan favorit yang ditekuni oleh anak-anak jalanan disitu.

Berdasarkan informasi dan peristiwa tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar”


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Adakah Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar”.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan konstribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat yang menangani anak jalanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anak tersebut.

2. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP USU serta menambah wawasan bagi penulis.

3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.


(22)

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, bagan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari kontribusi adalah sumbangan, sokongan, pemberian sebagai bantuan. Sumbangan adalah sebuah pemberian yang umumnya bersifat riil baik oleh perorangan maupun badan hukum. Pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan. Pemberian donasi dapat berupa makanan, barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan, akan tetapi tidak selalu demikian. Pada peristiwa darurat bencana alam atau dalam keadaan tertentu lain donasi dapat berupa bantuan hal perawatan medis donasi dapat pemberian penggantian pemberian bentuk

Secara umum sumbangan dapat diartikan sebagai sebuah pemberian bebas sehingga dapat disimpulkan bahwa sumbangan adalah sebuah "imperfect contract void for want of consideration." Maksudnya adalah bahwa sumbangan sebenarnya tidak mendapatkan status hukum sebagaimana pemindahan hak dalam wilayah hukum perdata. Dalam hal politik, donasi dapat dilakukan pada saat kampanye dan beberapa negara memberikan pengaturan dengan adanya beberapa pembatasan.


(24)

2.2. Anak Jalanan

2.2.1. Pengertian Anak Jalanan

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan untuk menerjemahkan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah.

Menurut Atika, bahwa anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang anak. Faktor keterbatasan kemampuan karena anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum dewasa, disebabkan kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan dan mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa (Huraerah, 2004: 34).

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1/1974 pasal 47 (1) dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada dibawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Dalam Undang-Undang No.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah.


(25)

Konvensi Hak Anak (KHA), mendefenisikan “anak” secara umum sebagai yang umumnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalm Perundangan Nasional. Namun pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam Perundangan Nasional dari tiap-tiap Negara peserta (UNICEF, 2003 : hal 3&21).

Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak juga yang masih dalam kandungan(UNICEF, 2003: 23). Di dalam Keputusan Presiden No.36 Tahun 1990 tentang hak-hak anak dinyatakan, anak-anak seperti juga halnya dengan orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan khusus dan kerawanannya, maka hak-hak anak perlu diperlakukan dan diperhatikan secara khusus.

Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagi berikut : 1. Hak untuk hidup layak

Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang laak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2. Hak untuk berkembang

Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, bermain bebas, mengeluarkan pendapat, setiap anak berhak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar tanpa halangan. Memilih agama, mempertahankan keyakinannya dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya.


(26)

3. Hak untuk dilindungi

Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekuatan, ketidakpedulian dan eksploitasi.

4. Hak untuk berperan serta

Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya termasuk kebebasan untuk berperan, berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota perkumpulan.

5. Hak untuk memperoleh kehidupan.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat lanjut harus dianjurkan dan motivasi agar dapat diikuti oleh sebanyak mungkin anak. (Atika, 2004: 94)

Di tengah ketiadaan defenisi yang dapat dijadikan sebagai dasar pegangan oleh berbagai pihak, dijumpai adanya pengelompokkan anak jalanan berdasarkan hubungan mereka dengan keluarga. Pada awalnya ada dua kategori, yaitu :

1. Children on the street, dan

2. Children from families of the street.

Anak jalanan merupakan kelompok anak marjinal perkotaan. Fenomena keberadaan mereka semakin dirasakan ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997. Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran umum yang menunjukkan 60 % anak jalanan putus sekolah dan 80 % anak jalanan masih tinggal dengan orangtua mereka (Departemen Sosial RI kerjasama YKAI, 1996 : 63).

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam meningkatnya anak jalanan. Meningkatnya gejala masalah keluarga seperti kemiskinan, pengangguran,


(27)

perceraian, kawin muda serta kekerasan dalam keluarga sebagai akibat dari memburuknya kondisi ekonomi dan kondisi politik di Indonesia membuat keluarga tidak memiliki lagi keberadaan dalam melindungi anggota keluarganya. Semakin menyudutnya ketidakberdayaan masyarakat, kasus-kasus pengangguran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka dengan alasan “demi pembangunan” merupakan salah satu penyebab meningkatnya anak turun ke jalanan.

Pembangunan juga telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan, taman dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat berpengaruh pada daerah-daerah kumuh perkotaan dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja. Selain hal tersebut, meningkatnya anak putus sekolah juga telah banyak menyebabkan sebagian anak mencari pekerjaan dan jalanan, mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang.

Defenisi anak jalanan terus meluas. Dari anak-anak yang baik siang dan malamnya berada dijalanan, hingga anak-anak yang sebagian besar waktunya ada di jalan, tetapi malamnya beristirahat di rumah.

Departemen Sosial Republik Indonesia mendefenisikan, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya.

Anak jalanan mempunyai ciri khas yang berbeda dari anak biasa. Untuk memahami anak jalanan ini, berikut yang dirumuskan dalam loka karya Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselenggarakan Departemen Sosial pada tanggal 25-26 Oktober 1995, akan membantu kita dalam memahami permasalaha anak jalanan. “Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya


(28)

untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya”. Defenisi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Ferry Johannes pada seminar tentang Pemberdayaan Anak Jalanan yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung pada bulan oktober 1996, yang menyebutkan “anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya untuk bekerja ataupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan keluarga/orangtua” (Huraerah, 2006 : 80).

Saat ini ada dua macam kategori anak jalanan yang umum dibinakan oleh berbagai lembaga yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan anak jalanan. Pertama, anak yang bekerja atau mencari uang di jalanan tetapi masih pulang kerumah dan masih berhubungan dengan orangtuanya. Kedua, anak yang seluruh waktunya dihabiskan di jalanan untuk bertahan hidup, serta tidak pernah berhubungan dengan orangtuanya.

Berdasarkan hasil survei dari Departemen Sosial dan lembaga-lembaga anak yang ada di Indonesia, anak jalanan dikelompokkan kedalam 3 kategori :

1. Anak jalanan yang hidup di jalanan dengan kriteria :

a) Putus hubungan atau tidak bertemu dengan orangtuanya.

b) 8-10 jam berada di jalanan untuk “bekerja” (mengamen, mengemis, memulung) dan sisanya mengelandang/tidur.

c) Tidak bersekolah lagi.

d) Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.

2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria : a) Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya.


(29)

b) 8-16 jam berada di jalanan.

c) Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orangtua/saudara, umumnya tinggal di daerah kumuh.

d) Tidak lagi bersekolah.

e) Pekerjaan : penjual koran, pedagang asongan, pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu dan lain-lain.

f) Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.

3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria :

a) Bertemu teratur setiap hari, tinggal dan tidur dengan keluarganya. b) 4-6 jam berada di jalanan.

c) Masih bersekolah.

d) Pekerjaan : penjual koran, penyemir sepatu, pengamen dan lain-lain.

Pada awalnya kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utamanya muncul anak jalanan. Belakangan pernyataan ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan dipandang sebagai salah satu faktor resiko yang memunculkan anak jalanan tetapi bukan satu-satunya. Ada variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam keluarga atau pengaruh lingkungan.

Seseorang bisa dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun dan menggunakan jalan sebagai tempat mencari nafkah dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari. Ada beberapa tipe anak jalanan, yaitu :


(30)

1. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua dan tinggal dengan orang tua.

2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua.

3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.

4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga.

2.2.2 Kriteria Anak Jalanan

Berdasarkan data yang dihasilkan melalui survei oleh berbagai lembaga anak diperoleh bahwa anak jalanan memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usia berkisar antara 6-18 tahun. 2. Intensitas hubungan dengan keluarga.

a. Masih berhubungan maksimal sekali perminggu b. Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga 3. Waktu yang dihabiskan dijalan lebih dari 4 jam sehari 4. Tempat tinggal :

a. Tinggal bersama orangtua

b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya c. Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap 5. Tempat anak jalanan sering dijumpai :

a. Pasar


(31)

c. Stasiun kereta api d. Taman-taman kota e. Daerah lokalisasi WTS

f. Perempatan jalan atau di jalan raya g. Pusat perbelanjaan atau mall h. Kendaraan umum (ngamen) i. Tempat pembuangan sampah 6. Aktifitas anak jalanan :

a. Penyemir sepatu b. Mengasong

c. Menjadi calo secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari d. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minimal, e. Menjajakan majalah/koran

f. Mengelap mobil g. Mencuci kendaraan h. Menjadi pemulung i. Menjadi kuli angkot j. Menyewakan payung k. Pengamen

l. Menjadi penghubung atau penjual jasa 7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan :

a. Modal sendiri b. Modal kelompok c. Modal majikan/patron


(32)

d. Stimulasi/bantuan e. Permasalahan :

f. Korban eksploitasi pekerjaan dan seks g. Rawan kecelakaan lalu lintas

h. Ditangkap petugas i. Konflik dengan anak lain j. Terlibat tindakan kriminal

k. Ditolak masyarakat lingkungannya 8. Kebutuhan anak jalanan :

a. Aman dalam keluarga b. Bantuan usaha

c. Pendidikan bimbingan keluarga d. Gizi dan kesehatan

e. Hubungan harmonis dengan orangtua, keluarga dan masyarakat (Nurdin:1989).

2.2.3. Faktor-Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Secara umum ada 3 tindakan sebab masalah anak jalanan yaitu :

1. Tingkat Mikro (Immudiate Cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya. Pada tingkat mikro ini yang biasa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga biasa berdiri sendiri, yakni :


(33)

a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus sekolah, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.

b. Sebab dari keluarga adalah terlantar. Ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orangtua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga/tetangga, terpisah dengan orangtua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial.

2. Tingkat Messo (Underlying Cause), yaitu faktor di masyarakat.Pada tingkat masyarakat, sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :

a. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu peningkatan keluarga, anak-anak diajakan bekerja yang mengakibatkan drop out dari sekolah.

b. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti.

c. Penolakan mayarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal.

3. Tingkat Makro (Basic Cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro. Pada struktur makro, sebab yang dapat diidentifikasi adalah :

a. Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian, mereka harus lama


(34)

di jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.

b. Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, prilaku guru yang deskriminatif. Dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokrasi yang mengalahkan kesempatan belajar.

c. Belum seragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai Trouble Maker/pembuat masalah (Security Approach/pendekatan keamanan) (Nurdin, 1989: 12).

2.3. Keluarga 2.3.1. Pengertian

Keluarga berasal dari bahasakula berarti

"ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubunga


(35)

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suat

2.3.2. Tipe Keluarga

Ada beberapa tipe keluarga yakni dan anak atau anak-anak, (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.Keluarga luas ini meliputi hubungan antara bibi, paman, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

2.3.3. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu


(36)

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya bai

2.3.4. Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.3.5 Fungsi keluarga

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :

1. Fungsi

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak


(37)

2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman

4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia

6. Fungsi

penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga

7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya

8. Fungsi

keturunan sebagai generasi selanjutnya

9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.


(38)

2.3.6 Bentuk keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.

a) Berdasarkan lokasi

1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;

2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;

3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri; 4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang

suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);

5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri; 6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang

suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;


(39)

7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .

b) Berdasarkan pola otoritas

1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki-laki-laki tertua, umumnya ayah)

2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)

3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

2.3.7 Subsistem sosial

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.


(40)

2.4. Sosial Ekonomi

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993 : 5).

Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto :“Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak” (Soekanto, 1990 : 48).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah,


(41)

ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 : 35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly dalam Susanto, 1984: 120).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.


(42)

2.4.1 Pendapatan

Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan yang terdiri atas:

a. Pendapatan Berupa Uang

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atu penjualan dari kerajinan rumah.

2. Hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah.

3. Keuntungan sosial yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial.

b. Pendapatan berupa barang

1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau di sewa yang seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati. 3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan

penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan atau menang judi (Mulyanto Sumardi, 1985: 45).

2.4.2 Pangan


(43)

yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :

a. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belu mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan olahan tertentu

Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

2.4.3 Pendidikan


(44)

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.4.3.1 Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1. Pendidikan anak usia dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.


(45)

3. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

4. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.

2.4.3.2.Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.


(46)

2. Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

3. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

2.4.4 Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, memungkinkan setiap orang hidup Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.


(47)

Indonesia tidak mampu mendapat atau Jamsostek Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendir

Menurut UU No.23 Tahun 1992 Tentang Tesehatan, menyatakan bahwa :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3.

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4.

menyelenggarakan upaya kesehatan.

5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.


(48)

kesehatan ini, akan muncul generasi sehat yang mampu memberikan kontribusi optimalnya dalam membangun negara ini. Jiwa yang sehat secara fisik dan batin diharapkan memiliki kemampuan untuk berkontribusi dengan baik dan nyaman dalam berbagi ide dan pemikiran mereka ke dalam bentuk nyata sesuai aspek dan bidang yang ditekuni masing-masing bagi masa depan yang lebih baik.Kesehatan masyarakat sendiri mencakup banyak hal, baik misalnya dari kesehatan keluarga, reproduksi, hingga kesehatan kejiwaan. Kesemua ilmu dan keterampilan mengenai kesehatan tersebut dibahas dan dipelajari demi terwujudnya kesehatan yang lebih baik dan komprehensif bagi masyarakat.

2.4.5. Perumahan

Menurut UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaaan keluarga.

Turner (dalam Jenie, 2001: 45), mendefenisikan tiga fungsi utama yg terkandung dalam sebuah rumah, yaitu :

1. Sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.

2. Sebagai penunjang kesehatan (opportinity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi.

3. Sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah.


(49)

2.5. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Menurutr Elizabeth Wickenden kesejahteraan sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketenteraman dalam masyarakat. Sementara itu dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan umum Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri , sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. (Grafika, 2009 : 2)

Berdasarkan defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

2.6. Definisi Konsep

Defensi konsep adalah istilah dari defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstraksi kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).


(50)

Konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan istilah dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tecipta suatu persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian pemakaian istilah yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk memperjelas penelitian ini, maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Kontribusi ialah sumbangan yang diberikan seseorang atau individu maupun kelompok yang bersifat riil yang bertujuan untuk melihat dampak dan pengaruhnya kepada individu maupun kelumpok lainnya. . 2. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu

mereka untuk beraktivitas di jalanan, atau di tempat-tempat umum lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan, pusat perbelanjaan, atau taman kota.

3. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

4. Keluarga adalah unsur terkecil dalam suatu kelompok sosial masyarakat yang terdiri dari, Ayah, ibu, beserta anak-anak yang berhubungan dengan anggota keluarga.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Sianta Barat adalah sumbangan yang diberikan oleh anak jalanan yang bersifat riil kepada keluarga anak jalanan itu sendiri yang dapat dilihat dari tingkat


(51)

sosial ekonomi keluarga yang dapat dilihat dari keadaan pendidikan, perumahan, kesehatan, pendapatan dan pangan keluarganya.

2.7. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 33). Dengan defenisi operasional dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang akan diukur dan dianalisa dalam variabel yang ada.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontribusi yang indikatornya adalah : Ada atau tidaknya kontribusi 2. Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui :

a. Aktifitas Pekerjaan. b. Waktu dalam bekerja c. Motif untuk berkerja d. Modal yang digunakan e. Pendapatan yang diperoleh.

3. Sosial ekonomi keluarga yang indikatornya diukur melalui : a. Kondisi Kesehatan

b. Kondisi Perumahan c. Kondisi Pendidikan d. Kondisi Pendapatan e. Kondisi Pangan


(52)

KONTRIBUSI ANAK JALANAN

SOSIAL EKONOMI KELUARGA

PANGAN

KESEHATAN PENDAPATAN PERUMAHAN PENDIDIKAN

2.8. Kerangka Pemikiran

Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia harus bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula keluarga anak jalanan, anak mereka harus turun ke jalanan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari keluarga.

Kontribusi yang diberikan oleh anak jalanan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari keluarga berupa peningkatan kondisi sosial ekonomi keluarga. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah bagan alur pemikiran.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga atau masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991: 16). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi tersebut dikarenakan terdapatnya banyak anak jalanan yang melakukan aktivitas di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit analisis atau objek yang akan diteliti yang memenuhi karakteristik yang menjadi perhatian peneliti (Irawan , 2004: 57). Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini anak jalanan yang yang berada di sekitar Pajak Horas yang berjumlah 20 orang.


(54)

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.(Soehartono, 2004: 57). Jika populasi dibawah 100 orang, maka keseluruhan populasi yang berjumlah 20 orang dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan sampling jenuh dimana semua populasi dijadikan sampel.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui :

1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui :

a. Wawancara, yaitu data variabel (kata-kata) sebagai data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab.

b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dilakukan dengan cara menyebar suatu daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk tanya jawab oleh responden.

c. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan


(55)

mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sehingga nantinya penulis dapat mendeskripsikan informasi dan data yang diperoleh dalam penelitian, dimana pengolahan data dilakukan dengan manual, data dikumpulkan dari hasil kuesioner (angket) dan wawancara. Kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa.


(56)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Dwikora adalah salah satu dari beberapa kelurahan yang berada di Kecamatan Siantar Barat. Kelurahan ini merupakan pusat perekonomian Kota Pematang Siantar sehingga kelurahan ini adalah daerah paling sibuk di Kota Pematang Siantar. Hal ini terutama disebabkan oleh keberadaan Pajak Horas sebagai pusat perbelanjaan masyarakat Kota Pematang Siantar.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Proklamasi b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bantan c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simarito d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teladan

4.2 Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Dwikora yang merupakan wilayah kerja Kecamatan Siantar Barat mempunyai luas 25,5 Ha yang terdiri dari jalan raya, pertokoan/perdagangan,pasar,stasiun kereta api, gedung sekolah,tempat beribadah dan perumahan. Kelurahan Dwikora dibagi atas 2 lingkungan, masing-masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan.


(57)

4.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Dwikora tahun 2011 adalah 3.916 jiwa yang terdiri dari 1.001 kk. Berikut ini diura ikan distribusi penduduk berdasarkan usia,

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah penduduk kelurahan Dwikora terdiri dari berbagai kelompok usia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia Frekuensi %

1 0-5 tahun 332 8,8

2 6-12 tahun 423 10,8

3 13-18 tahun 497 12,6

4 19-30 tahun 873 22,2

5 31-60 tahun 1.718 43,8

6 61 tahun ke atas 73 1.8

Jumlah 3.916 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok usia yang paling dominan di Kelurahan Dwikora adalah 31-60 tahun yang berjumlah 1.718 orang (43,8%). Sedangkan kelompok usia 60 tahun ke atas merupakan yang terkecil dengan jumlah 73 orang (1,3%).


(58)

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Agama

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan agama adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Kelurahan Dwikora Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi %

1 Islam 95 2,4

2 Kristen Protestan 191 4,9

3 Kristen Katolik 75 1,9

4 Buddha 3.555 90,8

Jumlah 3.916 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa agama yang paling dominan dianut penduduk Kelurahan Dwikora adalah Budha yakni sebanyak 3.555 orang (90,8%). Hal ini disebabkan oleh banyaknya WNI keturunan China yang mendiami kelurahan ini. Sebanyak 95 orang (2,4%) menganut agama Islam, 191 orang (4,9%) menganut agama Kristen Protestan, 75 orang (1.9%) menganut agama Kristen Katholik.


(59)

4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 1.927 49,2

2 Perempuan 1.989 50,8

Jumlah 3.916 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang, yaitu sebanyak 1.927 orang (49,2%) laki-laki dan 1.989 orang (50,8%) perempuan.


(60)

4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan mata pencaharian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Kelurahan Dwikora Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah %

1 Pegawai Negeri 13 0,7

2 Karyawan Swasta 451 22,8

3 Pedagang 930 46,9

4 Pensiunan 6 0,3

5 Wiraswasta 580 29,3

Jumlah 1.980 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pedagang adalah profesi yang paling mendominasi di Kelurahan Dwikora yaitu 930 orang (46,9%). Hal ini didukung oleh keberadaan Pajak Horas sebagai pusat perbelanjaan di Kota Pematang Siantar. Selain itu banyaknya pertokoan di sepanjang ruas jalan di Kelurahan Dwikora juga turut mendukung banyaknya warga yang berprofesi sebagai pedagang. Kemudian 580 orang (29,3%) wiraswasta, 451 orang (22,8%) karyawan swasta, 13 orang (0,7%) pegawai negeri dan yang terkecil adalah pensiunan 6 orang (0,3%)


(61)

4.3.5 Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Kelurahan Dwikora Berdasarkan Status Kewarganegaraan

No Kewarganegaraan Jumlah %

1 WNI 297 7,6

2 WNI Keturunan 3.619 92,4

Jumlah 3.916 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Dwikora didominasi oleh WNI keturunan yang mayoritas berasal dari negara China yang berjumlah 3.619 orang (92,4%). WNI asli adalah penduduk minoritas yang berjumlah 297 orang (7,6%)>


(62)

4.3.6 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Dwikora berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Kelurahan Dwikora Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi %

1 Belum Sekolah 792 20,3

2 Tamat SD 585 14,9

3 Tamat SLTP 699 17,8

4 Tamat SLTA 1.594 40,7

5 Tamat S1 246 6,3

Jumlah 3.916 100

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Dwikora di dominasi oleh tamatan SLTA yaitu sebanyak 1.594 orang (40,7%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di kelurahan ini tinggi yang dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga yang tinggi.


(63)

4.4 Fasilitas/Prasarana

Adapun data yang dibuat mengenai fasilitas/prasarana di Kelurahan Dwikora adalah sebagai berikut :

4.4.1 Fasilitas Pendidikan

Sarana pendidikan di Kelurahan Dwikora sangat memadai, hal ini terlihat dengan adanya sekolah – sekolah seperti TK, SD, SLTP, SLTA, bahkan universitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 4.7.

Tabel 4.7

Fasilitas Pendidikan Kelurahan Dwikora

No Fasilitas Kesehatan Frekuensi

1 TK 3

2 SD 3

3 SLTP 2

4 SLTA 2

5 Universitas 2

Jumlah 12


(64)

4.4.2 Fasilitas Kesehatan

Adapun fasilitas kesehatan di Kelurahan Dwikora dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.8

Fasilitas Kesehatan Kelurahan Dwikora

No Fasilitas Kesehatan Frekuensi

1 Apotik 10

2 Praktek Dokter 5

Jumlah 15

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

4.4.3 Fasilitas Agama

Dalam melaksanakan segala kegiatan keagamaan di Kelurahan Dwikora Siantar Barat telah dibangun sarana ibadah, baik berupa mesjid bagi pemeluk agama Islam maupun gereja bagi pemeluk agama Kristen. Adapun fasilitas agama di Kelurahan Dwikora dapat dilihat pada tabel 4.9.


(65)

Tabel 4.9

Fasilitas Agama Kelurahan Dwikora

No Fasilitas Agama Frekuensi

1 Mesjid 1

2 Gereja 2

Jumlah 3

Sumber : Profil Kelurahan Dwikora 2011

4.5 Potensi Kelurahan Dwikora

Potensi utama Kelurahan Dwikora terutama di bidang perdagangan. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Pajak Horas di daerah ini dan banyaknya pertokoan. Usaha perdagangan ini memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakatnya. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang paling ramai dikunjungi masyarakat setiap harinya. Berbagai elemen masyarakat mengunjungi kelurahan ini dengan tujuan yang bervariasi. Jadi bisa dikatakan wilayah Kelurahan Dwikora adalah urat nadi perekonomian Kota Pematang Siantar. Keadaan ini juga dimanfaatkan penduduk dari luar daerah ini, bahkan dari luar Kota Pematang Siantar.


(66)

4.6 Letak Titik Aktivitas Anak Jalanan di Kelurahan Dwikora

Adapun yang menjadi letak titik objek settingan si peneliti di Kelurahan Dwikora adalah Pajak Horas. Karena di tempat inilah anak jalanan banyak melakukan aktifitas. Pajak horas merupakan daerah yang paling ramai di Kota Pematang Siantar yang terletak tepat di jantung kota di antara ruas Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka. Anak jalanan memanfaatkan keadaan tersebut sebagai ajang untuk mencari uang.

4.7. Struktur Pemerintahan

Dalam menjalankan tugasnya , Kepala Kelurahan Dwikora yang dipimpin oleh Bapak Alwi A L.Gaol dibantu oleh Sekretaris Kelurahan dan juga dibantu kepala – kepala bagian yang menangani bidang masing – masing, misalnya Kepala Bagian Pemerintahan dan Ketertiban, Kepala Bagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat, dan Kepala Bagian Pelayanan Umum dan Pendapatan. Berikut ini bagan struktur pemerintahan Kelurahan Dwiokora


(67)

(68)

BAB V

ANALISA DATA

Bab ini berisikan data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil penelitian yang berasal dari lapangan sesuai dengan metode yang digunakan, terutama dengan kuesioner yang diberikan kepada responden. Menganalisa data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok jawaban responden. Analisa data yang dimaksud adalah suatu interprestasi langsung yang berdasarkan data informasi yang diproleh di lapangan dengan tetap berpedoman pada tujuan penelitian. Berikut ini adalah karakteristik umum dari respoden .

5.1 Karakteristik Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang berada di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat yang berjumlah 20 orang. Alasan peneliti tertarik dengan objek anak jalanan ini dikarenakan banyaknya aktivitas anak jalanan tersebut yang dilakukan di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat.

Berikut ini adalah karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, agama, dan suku bangsa, asal daerah :


(69)

5.1.1 Data Umur Responden

Tabel 5.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi %

1. 2. 3

6 – 10 11 – 15 16 – 20

2 12

6

10 60 30

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner 2011

Umur merupakan jenjang waktu dan tahapan proses diri untuk dapat berkembang, berkemampuan sesuai dengan apa yang dapat dilakukannya secara wajar dan terarah. Berdasarakan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa usia responden berada diantara 6 sampai 20 tahun dan ini sudah sesuai dengan batasan usia dalam pengertian anak jalanan yang ada pada bab II. Pada batasan usia inilah anak rawan menjadi korban eksploitasi. Proporsi umur terbesar pada responden terletak pada rentang usia 11 sampai 15 tahun yaitu 12 orang (60%) dan diikuti oleh umur 16 sampai 20 6 orang (30%) serta yang terakhir terletak pada proporsi umur yang terkecil 6 sampai 10 tahun yaitu 2 orang (10 %).

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan responden masih kategori di bawah umur untuk bekerja tetapi sudah harus ikut membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Seperti pernyataan Riduan Sihaloho “aku bekerja untuk membantu ekonomi keluargaku, bapakku juga mendukung aku untuk bekerja, karena penghasilan bapakku sebagai tukang becak tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku.”


(70)

5.1.2 Data Jenis Kelamin Responden Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi % 1 2 Laki-laki Perempuan 18 2 90 2

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner 2011

Seperti yang terlihat pada table 5.2, responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 18 orang (90%), sedangkan perempuan berjumlah 2 orang (10%).

5.1.3 Data Agama Responden

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi %

1 2 3 Islam Katolik Protestan 8 1 11 40 5 55

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner 2011

Agama adalah hak yang paling mendasar dan sudah diatur dalam UUD ‘45 Pasal 29 ayat 1 dan 2. Maka dari itu, kebebasan beragama tiap-tiap warga negara diberikan dan dijaga oleh negara agar tidak dapat menimbulkan konflik horizontal (sesama umat beragama) atau isu-isu yang berbau SARA (Suku, Agama dan Ras).


(71)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa 8 orang responden menganut agama Islam atau sebesar 40%, 1 orang responden menganut agama Katolik atau sebesar 5%, dan 11 orang responden menganut agama Kristen Protestan atau sebesar 55%.

5.1.4 Data Suku Responden

Tabel 5.4

Deskripsi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi % 1

2 3 4

Jawa Toba Karo

Simalungun

4 9 1 6

20 45 5 30

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner 2011

Keanekaragamaan budaya dan suku bangsa tidak menyurutkan perbedaan diantara mereka. Kebanyakan anak jalanan yang berada di Pajak Horas Kelurahan Dwikora memiliki keragaman suku bangsa. Seperti yang terlihat pada tabel 5.4 sebanyak 9 orang (45%) suku Batak Toba, 6 orang (30%) suku Batak Simalungun, 4 orang (20%) suku Jawa, dan 1 orang (5%) adalah suku Karo.


(72)

5.1.5 Data Jumlah Anggota Keluarga Responden Tabel 5.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No Aktivitas Frekuensi %

1 2 3 4

3 – 4 5 - 6 7 - 8 9 – 10

3 8 3 6

20 40 10 20

Jumlah 20 100

Sumber: Kuesioner 2011

Dalam hal ini, anggota keluarga sudah termasuk orang tua responden. Dari tabel 5.5 dapat di ketahui bahwa mayoritas responden memiliki anggota keluarga sebanyak 5 – 6 orang. Ada juga responden yang memiliki anggota keluarga 7 – 10 orang. Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan, karena keluarga tersebut akan kesulitan dalam mengelola ekonomi rumah tangga.


(1)

2. Kondisi Pangan

Berdasarkan analisis kontribusi anak jalanan terhadap pangan keluarga dapat disimpulkan bahwa sebanyak 12 responden berkontribusi dan 8 responden tidak berkontribusi.

3. Kondisi Pendapatan

Berdasarkan analisis kontribusi anak jalanan terhadap pendapatan keluarga dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 responden berkontribusi dan 10 responden tidak berkontibusi.

4. Kondisi Perumahan

Berdasarkan analisis kontribusi anak jalanan terhadap kondisi perumahan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 responden berkontribusi dan10 responden tidak berkotribusi.

5. Kondisi Pendidikan

Berdasarkan analisis kontribusi anak jalanan terhadap kondisi pendidikan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16 responden berkontribusi dan 4 responden tidak berkontribusi.

6.2 Saran

Setelah menjelaskan dan mendeskripsikan dalam bab V dari analisis data mengenai kondisi serta gambaran anak jalanan beserta sosial ekonominya yang terdapat di Pajak Horas di Kelurahan Dwikora Siantar barat, maka peneliti dapat memberikan sedikit redaksi kata-kata dan saran menyangkut penelitian ini, Adapun saran-sarannya sebagai berikut :


(2)

1. Mengingat bahwa dinas sosial Sumatera Utara yang berkompeten dalam menangani masalah anak jalanan secara umum di seluruh wilayah yang rentan terhadap patologi sosial yang ada di Sumatera Utara dan khususnya yang ada di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwlkora Siantar Barat, disarankan agar dapat menangani suatu model penanganan anak jalanan yang efektif dan efesien. Model pelayanan penanganan seperti yang berbasis lebih kepada ikatan interpersonal, model panti, communty base, usaha mandiri yang dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau NGO (Non-Goverment) yang dapat diawasi pengelolaanya sehingga arah dan tujuan model penanganan anak jalanan tersebut dapat dirasakan dan dinikmati serta secara konsisten dipelihara agar angka dari anak jalanan dapat berkurang dengan sendirinya.

2. Serta dengan mengingat bahwa faktor kemiskinan yang menjadi faktor utama munculnya anaka jalanan, maka disarankan agar pemerintah melalui akses Dinas Sosial dan begitu juga pihak-pihak swata (NGO )seperti LSM-LSM lainnya agar dapat membuat suatu program yang dapat memberdayakan keluarga dari anak-anak jalanan tersebut terkhususnya yang ada di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Siantar Barat, sehingga dengan diangkat dan diberdayakannya ekonomi keluarga dari si anak maka anak-anak jalanan tersebut tidak perlu lagi berada di jalanan untuk menghabiskan lebih banyak waktunya untuk melakukan aktivitas bekerja


(3)

berumur lama di jalanan, alangkah baiknya menyarankan kepada pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kota Pematang Siantar pada umumya untuk dapat memberikan model pendidikan yang dapat menarik dan memaksimalkan pendidikan formal anak-anak jalanan yang sudah lama di jalanan yang berada di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Siantar Barat pada khususnya. Namun, pendidikan berbasis keterampilan dan lebih kepada Life skill yang dapat digunakan anak-anak jalanan tersebut ketika mereka sudah tidak lagi di jalanan sehingga mereka dapat memberdayakan diri mereka sendiri


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.Soeadijar, Z.A. 1990. Penelitian Profesi Anak Jalanan di DKI Jakarta. BahanPenelitian dan Pengembangan Sosial, Depsos.

Atika, Tuti. 2004.Jurnal IKS, Vol 3 hlm 94.

Damanik, Ahmad Taufan. 1992. Refleksi Penanganan Anak Melalui Strategi “Community Based Program”.Makalah pada Seminar Lokarya advokasi anak jalanan, Berastagi.

Departemen Sosial RI. Undang-Undang RI No.4 tahun 1979, Tentang Kesejahteraan Anak.

Faisal, Sanapiah. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Huraerah, Abu. 2004. Kekerasan terhadap Anak. Nuansa : Bandung.

Muhaidin, Syarif, Drs. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Universitas Press; Yogyakarta.

Nurdin, M. 1989. Pengantar Kesejahteraan Sosial. STKS. Bandung.

UNICEF. 2003. Perlindungan Anak (Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Jakarta.


(5)

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Sosial. LP3S. Jakarta.

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya; Bandung.

Soekanto, Soedjono. 1989. Teori Sosiologi. Ghalia Indonesia; Jakarta

Wibawa, Budie, Drs. 1982. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Fisip Unpad. Bandung

Sumber – sumber lain :

Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 pukul 17:06 wib.

http://yayasan-kksp.Blogspot.com2008. Diakses pada tanggal 28 April 2011 pukul 13:10 wib dan 16 Mei 2011 pukul 20:15 wib.

Diakses pada tanggal 22 November 2010 pukul 13:08 wib.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 pukul 12:04 wib.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 pukul 12:50 wib.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 pukul 16:55 wib.


(6)

Diakses pada tanggal 17 Mei 2011 pukul 19:00 wib.

Diakses pada tanggal 17 Mei 2011 pukul 19:20 wib.