2.1.8 Evaluasi
a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksananaan, hasil kerja atau dampak secara sistemik dengan membandingkannya dengan standar dan dengan mengikuti
kriteria metode tujuan tertentu guna menilai dan mengambil keputusan selanjutnya Prayitno, 2001. Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen
yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut
dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari
bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran Echols dan Shadily, 2000: 20. Sedangkan menurut pengertian istilah “evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak
ukur untuk memperoleh kesimpulan” Yunanda, 2009:3. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Stufflebeam dalam Lababa 2008, evaluasi adalah “the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives, Artinya
evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan. Masih dalam Lababa 2008, Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga worth. Sesuatu yang
berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.
Tague-Sutclife 1996:1, mengartikan evaluasi sebagai a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved
by pupils. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas. Berdasarkan definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan
keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan
atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu meter, kilogram, takaran dan sebagainya, pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu.
Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh dan sebagainya dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh
Arikunto 2009:3
bahwa mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran bersifat kuantitatif, menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk bersifat kualitatif, dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di atas
b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto 2002 : 13, ada dua tujuan evaluasi yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-
masing komponen. Menurut Crawford 2000 ; 30, tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :
1 Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
2 Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil. 3 Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4 Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-
bahan pertimbangan untuk menentukanmembuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.
Secara umum evaluasi dapat di bedakan atas 2 jenis yaitu:
1
Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaiki, program evaluasi
ini dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari hari, minggu, bulan dan bahkan tahun atau
waktu yang relatif pendek.
2
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari suatu proram yang telah selesai di laksanakan, evaluasi ini
dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah program, guna menilai keberhasilan program.Hasil evaluasi dapat memberikan
jawaban; apakah tujuan program dapat tercapai atau tidak dan alasan-alasan mengapa demikian, karena itu merupakan output program berupa outcame
dan dampak sangat diperlukan Supriyanto, 2003. c.
Langkah-Langkah Kegiatan Evaluasi Menurut Levey dan Loomba 2000 membedakan langkah-langkah dalam
penelitian ada 6 jenis yakni: 1
Tahap penetapan tujuan penelitian Tujuan ini dapat ditetapkan apabila dipelajari dengan baik terhadap program
yang dinilai. 2
Tahap melengkapkan tujuan Langkah selanjutnya yang harus dilakukan ialah melengkapkan tujuan
penilaian dengan tolak ukur tertentu. Pergunakanlah tolak ukur yang sederhana dan mudah diukur.
3 Tahap mengembangkan model, rencana dan program penilaian
Model, rencana dan program penilaian tersebut harus jelas sehingga bukan saja dapat dipakai sebagai pegangan,tetapi juga dapat dipahami dan
dipergunakan oleh pihak ketiga seandainya ingin melakukan penilaian yang sama
4 Tahap melakukan penilaian.
5 Tahap menjelaskan derajat keberhasilan yang ingin dicapai
6 Tahap menyusun saran saran
d. Konsep Bidan
1. Pengertian Bidan Berdasarkan Permenkes Nomor 369MenkesSKIII2007 Tentang Standar
Profesi Bidan. Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia IBI menetapkan bahwa
bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik
Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
2. Pendidikan Tahun 1989 dibuka Cresh program pendidikan bidan secara normal yang
lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan PPBA, lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya ditempatkan di desa dengan tujuan untuk
memberikan pelajaran kesehatan terutama ibu dan anak di daerah pedesaan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan P2B
yang peserta didukungn dari lulusan akper dengan lama pendidikan 1 tahun yang tujuannya untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada program
pendidikan bidan A, untuk bidan B lulusan dari SMP ditambah dengan pendidikan bidan 3 tahun. Pada tahun 1993 dibuka PPB program C yang
menerima lulusan SMP dilakukan di 11 provinsi di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan, NTT, Maluku dan Irian.
Berdasarkan Permenkes Nomor 369MenkesSKIII2007 Tentang Standar Profesi Bidan Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III
kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik
perorangan. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IVS1 merupakan bidan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya
baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, dan pendidik.
3. Masa kerja Menurut Ismani, 2001 Masa kerja merupakan lama kerja seorang bidan
yang bekerja dirumah sakit atau Puskesmas dari mulai awal bekerja sampai dengan seorang bidan berhenti bekerja. Jangka waktu yang telah dilalui sejak
menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seorang dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya petugas dengan
pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bibimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit menurut Ranupendoyo dan
Saud 1990. Semakin lama orang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga keckapan kerjanya semakin
baik.
4. Kewenangan Berdasarkan
Peraturan Menteri
Kesehatan Permenkes
Nomor 1464MenkesPerX2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : 1
Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan ditujukan kepada ibu dan bayi.
a
Pelayanan Kebidanan Kepada Ibu Diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa
menyusui. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi penyuluhan dan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan
normal, pertolongan persalinan normal, dan pelayanan ibu nifas normal.
b
Pelayanan Kebidanan Pada Bayi Diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 dua puluh
delapan hari. Pelayanan kebidanann kepada bayi meliputi pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi pada
bayi baru lahir, pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, pemberian penyuluhan
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan berwenang untuk memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah,
bimbingan senam hamil, episiotomi, penjahitan luka episiotomi, kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan serta dilanjutkan dengan
perujukan, pencegahan anemi, inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif, resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia, penanganan
hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk, pemberian minum dengan sondepipet, pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum
dan manajemen aktif kala III, pemberian surat keterangan kelahiran, dan pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan.
2 Pelayanan Reproduksi Perempuan
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan berwenang untuk memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat
kontrasepsi dalam rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom, memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah
dengan supervisi
dokter, memberikan
penyuluhankonseling pemilihan kontrasepsi, melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, serta
memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan prahamil.
3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan
ibu dan
bayi, melaksanakan
pelayanan kebidanan
komunitas, melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi
Menular Seksual IMS, penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya NAPZA serta penyakit lainnya.
2.2 Kerangka Konseptual