B. Karya-Karyanya
Sangat jarang Ali Syariati menulis sebuah buku secara utuh, hanya sedikit saja yang bisa disebut. Di antaranya, kavir The Salt Desert dan Hajj, selebihnya
adalah kumpulan transkip kuliah dan ceramah yang terrekam dalam tape recorder, dan juga kumpulan tulisan
30
sebagian besar dari karyanya ditulis ketika Syari’ati pulang dari Perancis dan sibuk di Irsyad.
31
Karena jarang sekali menulis buku utuh, maka tidak heran bila kita temui buku Syari’ati dengan judul yang berbeda,
tetapi sesungguhnya memuat tulisan-tulisan yang sama.
32
Ia telah memberikan lebih dari 200 kuliah di Husainiyyah Irsyad. Banyak kuliahnya yang dipersiapkan untuk diterbitkan, dan ribuan eksemplar buku
karyanya terjual habis dalam beberapa kali cetakan
33
dari 1979 hingga 1986. Beberapa konsep penting dalam tulisan dan pidato Ali Syari’ati adalah Syahadah
kesyahidan, Intizhar penantian, antisipasi atas kembalinya Imam yang tersembunyi, Zhulm, penindasan atas keadilan sang Imam, Jihad I’tiraz
protes, ijtihad keputusan independen untuk menghasilkan aturan hukum, Rausyanfik
r pemikir yang tercerahkan, mas’uliyat tanggung jawab, dan ‘Adalah
keadilan
34
Syari’ati juga sering mengutip pemikiran dari pemikir Barat, juga dari pemuka agama lain, dan tokoh kontroversial dari khasanah Islam. Ia mengakui
dirinya terpengaruh oleh ayahnya, Louis Massignon orientalis Prancis, Muhammad Ali Furughi intelektual dan politikus Iran, Jacques Berque ahli
bahasa Arab dan sosiolog Prancis.
30
Ali Syari’ati, Man and Islam, penerjemah : Amin Rais Jakarta ; Rajawali Press 2001
31
Ekky Malaky, Ali Syari’ati Filosof .....................,h.27
32
Ekky Malaky, Ali Syari’ati Filosof ......................h.27-28
33
John.l Esposito, Ensiklopedi…………………….., h. 296
34
John.l Esposito, Ensiklopedi ………………………,h. 297
Di Husainiyyah Irsyad, Syari’ati memberikan banyak kuliah, kuliahnya bertema sejarah Islam, dikumpulkan dan diterbitkan dalam judul Islamsyinasi
Islamologi, sedang kuliah yang bertema peradaban dunia berjudul Tarikh E Tamadun The History Of Civilization
, sedangkan ceramahnya tentang Islamic Renaissance Da Rausyanfikr
dikumpulkan dalam judul What Is To Be Done: The Enlightened Thinkers And Islamic Renaissance.
35
Di buku ini Syari’ati membicarakan tentang fungsi intelektual dalam masyarakat, khususnya dalam
konteks revolusi Iran. tetapi dia lebih spesifik pada Raunsyafikr
36
, biasanya
dipakai untuk intelektual yang berkiblat ke Barat dan digunakan untuk membedakan ulama atau Mullah,
37
Gagasan–gagasan yang dituangkannya lewat buku menyebabkan ia sangat dikagumi oleh kalangan orang Iran, khususnya pemudanya. Gabungan-gabungan
ilmu Barat” dengan latar belakang ilmu agama dan landasan filsafatnya merupakan daya tarik tersendiri.
38
Perubahan itu akhirnya melahirkan jenius-jenius hebat dan menciptakan lompatan-lompatan hebat, yang pada gilirannya, menjadi batu loncatan bagi
timbulnya peradaban, kebudayaan, dan pahlawan yang agung. Mereka mengajarkan kepada masyarakat bagaimana caranya merubah dan
akan menjalankan misi “becoming” dan merintis jalan dengan memberi jawaban
35
Ekky Malaky, Ali Syari’ati Filosof Etika dan revolusioner Iran Bandung: Teraju 2004
36
Istilah ini berasal dari bahasa Persia artinya”orang yang tercerahkan dalam terjemahan Inggris artinya identik dengan intelektual atau Free Thinker, berbeda dengan ilmuwan. Namun
terjemahan yang lebih tepat adalah kaum intelektual dalam arti yang sebenarnya, kaum intelektual yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah
kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi
dan alternatif pemecahan. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual Bandung: Mizan 1984 h. 14- 15
37
Ekky Malaky, Ali Syari’ati Filosof .......................,h.27-29
38
Dawam Raharjo ed, Insan Kamil.........................,h.168
kepada pertanyaan: akan menjadikan apakah kita?” tetapi menurut Syari’ati , Islam adalah “diri“ manusiawi dari rakyat Iran.
Banyak yang diperoleh Syariati dari leluhurnya, terutama dia belajar filsafat untuk tetap menjadi manusia di tengah-tengah kehidupan yang tercemar,
di kala sukar sekali menjadi manusia, di kala seruan Jihad perlu diulang setiap hari, dan di kala jihad tidak mungkin dilancarkan.
39
Perubahan dan pembentukan jalan pikirannya, bukanlah program studinya melainkan kegemaran belajar dan berpikir, serta kreativitas dan tanggung jawab
yang berasal dari keyakinan Islamnya. Dalam pandangannya, Islam bisa dianggap sebagai aliran tengah di antara berbagai aliran filsafat, sebagai jembatan antara
sosialisme dan kapaitalisme. Islam mencakup kebaikan dan segi-segi positif aliran-aliran pikiran lain dan sebaliknya menghindarkan segi-segi negatif.
40
39
Ali Syariati, Tentang Sosiologi Islam, Penerjemah : Syaifullah Mahyuddin Yogyakarta: Ananda, 1982 h.5
40
Ali Syariati, Tentang ...........................,h. 11
BAB III MITOLOGI PENCIPTAAN MANUSIA