C. Sekilas Tentang Mitologi Penciptaan Manusia Dalam Dunia Islam
Mitos
63
penciptaan manusia dalam dunia Islam adalah penciptaan Adam, sebuah kisah penciptaan manusia pertama atau esensi manusia dalam pengertian
filosofis bukan biologis.
64
63
Mitos dalam pengertian ini menjadi berbeda maknanya, menurut M. Arkoun arti Mitos dalam al Qur’an tidak sama dengan perngertian bahwa suatu cerita itu sebenarnya tidak memiliki
kenyataan sejarah, akan tetapi sebagai upaya untuk menangkap mekanisme yang halus dari ungkapan simbolisnya untuk mempertanyakan tipe mitologi yang telah dibangun oleh al Qur’an.
Mohammed Arkoun, Berbagai Pembacaan Qur’an, Jakarta: INIS 1997 h. 57 Sementara itu keterangan lain menyebutkan bahwa dalam pengertian ini mitos menjadi semacam
‘pelukisan” atas kenyataan-kenyataan yang tak terjangkau baik relatif maupun mutlak dalam format yang disederhanakan, sehingga terfahami oleh orang lain. Abd. Khaliq Dahlan,”Mitos dan
Kehidupan Manusia
” sebuah tinjauan sosiologis-psikologis. Teologia, no.1 Oktober 1989 h.480- 481
64
Ekky, Malaky, Filosof Etika....................,h. 82
Dalam perspektif agama, sejarah manusia diawali dari sesuatu yang bersifat spiritual, dinyatakan demikian karena awal penciptaan manusia pertama,
yaitu Adam, dan hawa
65
, yang hingga abad ini telah menurunkan miliaran manusia yang tersebar ke seluruh penjuru dunia dan terdiri dari berbagai macam
ras yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sekarang ini.
Al Qur’an dalam redaksinya membagi dua tahap tentang penciptaan manusia, di mana pada tahap yang pertama, al Qur’an menggambarkan tentang
terciptanya jasad manusia reproduksi manusia, di mana bangunan redaksinya cenderung memakai bahasa ilmu alam atau istilah-istilah biologis, seperti
menyebutkan sperma, gumpalan darah, dan janin. Tetapi ketika menceritakan kisah kejadian Adam, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa metaforis dan
penuh filosofis,
Adapun contoh redaksi al Qur’an, ketika membahas kejadian reproduksi jasad manusia, seperti pada ayat-ayat berikut:
Surat al Mu’minun: 12
“Dan sungguhlah, Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah”
65
Walaupun dalam hal ini masih terdapat perdebatan yang panjang , tentang asal-usul manusia bahkan kehidupan makhluk lain dimuka bumi ini. baik para peneliti, ilmuwan-ilmuwa
namun tetap masih dalam keraguan dan kerancuan, salah satunya yang dicetuskan oleh teori Darwinisme. Agus Mustofa, Ternyata Adam dilahirkan, Surabaya : PADMA Press 2007
http:www.google.com . Tgl. 5 juni 2008
Surat ar Rahman: 14
⌧ ⌧
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar ”
Surat al Hijr: 26
⌧ “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia Adam dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Surat as- Sajadah ayat : 6-9
⌧
⌧ ☺
⌧
“Yang demikian itu adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, Yang lagi Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang
membuatnya sebaik-baiknya segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina, lalu Dia menyempurnakannya dan meniupkan kedalam tubuh nya roh ciptaan Nya
dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”
Surat al-Hajj : 5
⌧ ⌧
⌧
☺ ⌧
⌧ ⌧
☺
“
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan dari kubur, Maka ketahuilah Sesungguhnya Kami Telah menjadikan kamu dari
tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, Kemudian dengan berangsur- angsur kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan adapula di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini
kering, Kemudian apabila Telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
Kemudian pada tahap yang kedua ketika membahas tentang kejadian manusia Adam, al Qur’an membahasakannya dengan sangat filosofis dan penuh
dengan bahasa simbolik.
Berawal dari ketika Allah hendak menciptakan Adam, timbullah protes dari kalangan Malaikat, seperti yang tertulis pada QS. Al-Baqarah ayat 30
☺ ⌧
⌧ ⌧
☺ ☺
30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dalam tafsir al Misbakh, diuraikan, pada ayat ini dimulai dengan penyampaian keputusan Allah kepada para Malaikat tentang rencana Nya
menciptakan manusia di bumi. Penyampaian ini bisa jadi setelah proses penciptaan alam raya, dan kesiapannya untuk dihuni manusia pertama adam
dengan nyaman. Mendengar rencana tersebut, para malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa khalifah ini akan merusak
dan menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia, di mana ada makhluk yang berlaku demikian atau
juga berdasar asumsi, bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khlaifah bukan malaikat, maka makhluk itu pasti berbedaberbeda dengan makhluk yang selalu
bertasbih menyucikan Allah SWT. Semua itu adalah dugaan, apapun latar belakangnya, yang pasti adalah mereka bertanya kepada Allah, bukan
berkeberatan atas rencana Allah.
66
Lalu Allah berfirman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui
”. Namun perlu dicatat bahwa kata ‘khalifah” pada mulanya berarti menggantikan
atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya.
67
Lantas sebagai jawaban atas Malaikat, karena menduga Allah terlalu mengistimewakan manusia, Allah berfirman dalam Al-Qur’an S. Al-Baqarah ayat
31-34 :
☺ ☺
☺
☺
⌧
⌧
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
66
Quraish Shihab, Tafsir al Misbakh, Jakata : Lentera Hati Jilid 1 h. 140
67
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera hati Jilid I h. 140-142
Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang yang benar
32. Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]. 33. Allah berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-
nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?
34. Dan Ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Kali ini Allah SWT menunjukkan kepada malaikat bahwa khalifah yang Dia tugaskan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan mereka. diberi-Nya
khalifah ini potensi pengetahuan untuk dapat mengenal benda-benda. Potensi ini yang membuat manusia mampu menjalankan perintah sebagai khalifah di muka
bumi. Walaupun nantinya akan ada sebagian manusia yang akan berbuat kerusakan di muka bumi atau menumpahkan darah, tapi dengan potensi yang
diberikan kepada manusia maka manusia akan sanggup menjalankan tugas sebagai khalifah. Walaupun Malaikat mempunyai ketaatan yang lebih baik, selalu
menyucikan dan memuji Allah, tapi mereka tanpa potensi pengetahuan sebagaimana yang diajarkan kepada Adam, maka tidak akan bisa malaikat ini
menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.
Setelah kejadian Adam kemudian digambarkan bagaimana ketika para Malaikat disuruh bersujud seperti yang tertulis pada surat al Baqarah ayat 34
“....Sujudlah kepada Adam.”, sujud
68
kepada Adam merupakan apresiasi dan sekaligus pengabdian makhluk terhadap zat-Nya yang telah menciptakan manusia
melalui hasil kerja-Nya yang sempurna,..”maka mereka pun segera sujud. Tetapi Iblis
69
enggan dan angkuh. Dan dia termasuk kelompok yang kafir. ” Iblis tidak
mau bersujud karena merasa dirinya lebih baik dari manusia yang hanya diciptakan dari tanah. Malaikat yang semula juga ragu terhadap kemampuan
manusia setelah mendapat petunjuk akhirnya bersedia mengakui keunggulan dan bersujud. Iblis tidak, walaupun sudah diberi petunjuk, mereka tetap tidak mau
mengakui apalagi bersujud sebagai penghormatan. Perasaan angkuh telah menutupi iblis dari petunjuk. Demikianlah, karena pengetahuan yang diberikan
oleh Allah SWT maka manusia dapat lebih mulia dari malaikat sehingga malaikat bersujud pada manusia.
Di dalam surga Allah SWT memberi karunia yang banyak, salah satunya berupa makanan yang baik dan boleh dimakan oleh Adam dan pasangannya,
mereka boleh menikmati yang mana saja, kapan saja mereka suka. Tapi Allah melarang Adam dan pasangannya untuk mendekati sebuah pohon. Dari sekian
banyak makanan dan pepohonan di surga, Allah hanya melarang satu pohon untuk didekati. Namun ternyata Adam dan Hawa melanggar perintah Nya. keduanya
telah digelincirkan oleh setan. Setelah kejadian itu maka keduanya dikeluarkan dari surga, dan Allah berfirman:
68
Inilah makna humanisme dalam islam dalam pandangan Ali Syari’ati, yang di simbolkan dalam kisah tersebut.
69
Sementara menurut Quraish Shihab iblis adalah golongan Jin bukan Malaikat yang tercipta dari cahaya.sehingga tafsiran Illa Q.S Al Baqarah ayat 34 bukan berarti “kecuali” seperti
tafsiran Departemen Agama, tetapi sebagai Munqathi’ yang berarti “tetapi”. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah,
Jakarta: Lentera hati Jilid I. h. 34
☺ ☺
☺ ⌧
”Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu,dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan kami berfirman: Turunlah kamu sebagian kamu
menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.
Betapa sulitnya manusia menahan rasa ingin tahu mereka. Ketika ada larangan justru manusia semakin penasaran terhadap hal itu. Keinginan tahu
sebagai akibat dari potensi pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT dapat membawa manusia untuk menerobos larangan yang diberikan-Nya.
Apakah semua yang dilakukan oleh manusia disengaja atau tidak? Ternyata semua dikarenakan lemahnya manusia terhadap godaan setan. Manusia
adalah makhluk yang lemah. Mereka diberi potensi pengetahuan yang dengannya mereka dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi, namun dalam
potensi itu terdapat kelemahan yang dapat mencelakakan diri manusia sendiri, dan seringkali dimanfaatkan oleh setan melalui bujukannya
Ternyata Allah SWT tidak membiarkan Adam dalam kesengsaraan akibat perbuatannya. Allah SWT mengajarinya beberapa kalimat yang sering dipahami
sebagai bentuk penyesalan atau taubat, dan taubatnya tersebut diterima. Allah
SWT Maha Penyayang kepada umat-Nya. Dia tahu bahwa bersamaan dengan potensi pengetahuan yang telah diberikan-Nya ada tersembunyi kelemahan yang
dapat dimanfaatkan oleh setan untuk menjerumuskan manusia. Karenanya Allah SWT memberi sebuah “fasilitas” bagi manusia yang terjerumus untuk kembali
kepada-Nya, asalkan manusia mau mengakui kelemahannya dan menerima petunjuk dari Allah SWT, maka Allah SWT mengijinkan manusia itu mencapai
keberhasilan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan pada akhirnya kembali kepada Allah SWT di surganya yang kekal dan abadi untuk
selama-lamanya.
70
Berbeda dengan konsep pada kitab suci agama lain, Islam tidak mengenal konsep “kejatuhan Adam dan Hawa yang membawa semacam dosa asal”, manusia
dilahirkan tanpa dosa, dan tanggung jawabnya berkaitan dengan ilmu pengetahuannya, sesuai dengan waktu dan tempat ketika dia hidup, bagaimana
membaca tanda-tanda Yang Suci dan mengikuti wahyu.
71
Dalam konsep Islam tidak mengenal adanya pertentangan antara kerajaan langit dan bumi, tapi justru merupakan bentuk manifestasi adanya Tuhan.
Tuhanlah yang memberikan “api kehidupan” dan yang meniupkan ruh Nya kepada manusia, agar manusia mampu mengatur segala isi dan mampu mewakili
hukum-hukum Tuhan yang telah diamanatkan. Jadi berbeda dengan kondisi awal pasca penciptaan manusia dalam kacamata Barat, dalam Islam Tuhanlah yang
membebaskan manusia dari belenggu, dari keabsurditasannya. Bahkan seluruh
70
Jurnal pemikiran Islam Paramadina, http:www.google.com
71
Ekky Malaky, Filosof Etika ................, h. 89
malaikat disuruh untuk bersujud kepada Adam, dan daratan, lautan serta semuanya ditundukkan untuk kepentingan manusia.
Begitulah al-Qur’an di dalam ayatnya mengakhiri kisah manusia, atau kisah Adam as. Ada yang berpendapat kisah ini simbolik, namun ada juga yang
menafsirkan kisah ini benar-benar terjadi. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa rencana menciptakan manusia adalah tanda kesiapan bumi untuk dihuni
manusia, setelah sekian lama berproses. Sujudnya malaikat pertanda kemampuan manusia menggunakan hukum-hukum alam, setan adalah lambang kejahatan,
keengganannya bersujud pertanda bahwa kejahatan akan selalu ada di pentas bumi ini. Ia akan terus bertarung dengan kebaikan.
72
72
Jurnal pemikiran Islam Paramadina, http:www.google.com
BAB IV MITOLOGI PENCIPTAAN MANUSIA
DALAM PANDANGAN ALI SYARI’ATI
A. Mitos Penciptaan Manusia
Landasan Ali Syari’ati dalam menafsirkan tentang penciptaan manusia, tidak lepas dari sumber al-Qur’an. Adam yang mewakili seluruh manusia, esensi
umat manusia, manusia dalam pengertian yang filosofis, bukan dalam pengertian bahasa biologis.
73
Dalam beberapa ayat al-Qur’an, terdapat gambaran tentang penciptaan manusia, namun penggunaan redaksinya cenderung memakai bahasa
ilmu alam atau istilah-istilah biologis, seperti menyebutkan sperma, gumpalan darah, dan janin. Tetapi ketika menceritakan kisah kejadian Adam, maka bahasa
yang digunakan adalah bahasa metaforis dan filosofis, karena itulah dalam mitologi penciptaan, kisah penciptaan Adam ini diceritakan dalam bentuk bahasa
simbolik, bahasa yang umum yang sering dijumpai juga dalam tradisi agama- agama semitik. Ali Syari’ati menyatakan:
“itulah sebabnya kenapa agama-agama harus menggunakan bahasa simbolis, agama itu di alamatkan kepada aneka ragam jenis dan generasi manusia.
Banyak konsep terkandung dalam agama tidak begitu jelas dipahami orang pada waktu konsep-konsep itu pertama kali dikemukakan, jika agama di satu pihak,
menyampaikan ide-idenya tidak dalam bahasa yang umum dan lazim, maka ia akan tidak mudah dipahami oleh umat zaman itu, tetapi di pihak lain jika ia
menyampaikan ideanya dalam bahasa yang umum, maka ia akan kehilangan makna di belakang hari. Karena itu perlulah agama berbicara dalam bahasa simbol
dan tamsil agar bisa ditangkap sesuai perkembangan pemikiran manusia dan ilmu...”
74
73
Ali Syariati, Tentang Sosiologi Islam, Penerjemah : Syaifullah Mahyuddin Yogyakarta: Ananda, 1982 h. 113
74
Ali Syariati, Tentang Sosiologi Islam, Penerjemah : Syaifullah Mahyuddin Yogyakarta: Ananda, 1982 h.88