mencapai tujuan organisasi yang dipengaruhi kemmapuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.
2.3.2. Aspek-Aspek Motivasi
Hasibuan 1996, menyatakan bahwa motivasi memliki dua aspek yang dikenal dengan aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis.
1 Aspek aktif atau dinamis
Aspek aktif merupakan suatu usaha positif dari seseorang dalam menggerakkan kemampuaannya agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan
organisasi atau perusahaan. Seseorang akan berusaha untuk mencari, menemukan, atau menciptakan peluang agar dalat menggunakan kemampuannya untuk
memiliki unjuk kerja yang tinggi. Misalnya : prestasi kerja, karyawan yang produktif yang mengerahkan kemampuannya untuk menunjukkan unjuk kerja
yang tinggi, akan menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dari karyawan yang lain.
2 Aspek statis atau pasif
Aspek statis merupakan aspek dari motivasi yang mengarahkan dan menggerakkan kemampuan individu ke arah tujuan yang diinginkan atau
perusahaan karena adanya kebutuhan individu tersebut. Individu cenderung menunggu upaya atau tawanan dari lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi
Herzberg dalam Munandar, 2001, menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi seorang karyawan ada yang bersifat internal dan eksternal.
Faktor yang bersifat internal motivator factor, antara lain: a.
Responsibility Merupakan derajat besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan karyawan yang
akan menunjukkan bagaimana karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya.
b. The work it self
Merupakan derajat besar kecilnya tantangan yang dirasakan karyawan dari pekerjaannya. Dengan adanya tantangan maka akan mempengaruhi kinerja
karyawan. c.
Achievement Merupakan derajat besar kecilnya kemungkinan seseorang karyawan mencapai
prestasi kerja yag tinggi. Dengan adanya kesempatan untuk meraih prestasi yang tinggi maka akan semakin memotivasi para karyawan dalam bekerja.
d. Recognition
Merupakan derajat besar kecilnya pengakuan yang diterima karyawan atas prestasi kerjanya. Karyawan akan semakin termotivasi apabila mendapat
pengakuan atas unjuk kerja yang dihasilkannya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang seringkali
disebut hygiene factors, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Administrasi dan kebijakan perusahaan
Merupakan derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
b. Gaji
Merupakan derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk kerjanya.
c. Hubungan antar pribadi
Merupakan derajat kesesuaian yang dirasa dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
d. Kondisi kerja
Merupakan derajat ksesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.
Penelitian Anggraini 2007 tentang hubungan motivasi dengan kinerja petugas rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik peluang untuk maju dan kepuasan kerja dan ekstrinsik keamanan
dan keselamatan kerja, kondisi kerja dan prosedur kerja dengan kinerja petugas rekam medik.
Penelitian Juliani 2007 tentang pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan menyimpulkan
perlunya penataan dan pengembangan sumber daya keperawatan serta diperlukan
Universitas Sumatera Utara
adanya imbalan reward untuk menimbulkan motivasi intrinsik yang disertai dengan implementasi motivasi ekstrinsik
Penelitian Muhammad 2005 tentang analisis motivasi dan hubungannya dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,
menyimpulkan bahwa karakteristik lingkungan kerja yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat adalah lingkungan kerja terdekat dengan perawat
pada saat melaksanakan pelayanan keperawatan. 2.4. Perawat
Tenaga keperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini wajar
mengingat perawat adalah bagian dari tenaga paramedik yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung. Sehingga pelayanan keperawatan yang prima secara
psikologis merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh perawat. Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia khusus tenaga
kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan pada unit pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian
dari sistem pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan pelayanan, perawat selalu mengadakan interaksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan dan lingkungannya
dimana pelayanan tersebut dilaksanakan. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang paramedis, menyatakan bahwa
profesi keperawatan merupakan profesi tersendiri yang setara dan sebagai mitra dari
Universitas Sumatera Utara
disiplin profesi kesehatan lainnya. Masyarakat dewasa ini sudah mulai memperhatikan pemberi jasa pelayanan kesehatan termasuk tenaga perawat yang
merupakan penghubung utama antara masyarakat dengan pihak pelayanan secara menyeluruh. Bahkan menurut Nash et.al yang dikutip oleh Swisnawati 1997,
melaporkan penelitian yang dilakukan oleh ANA American Nurse’s Association bahwa 60 sampai 80 pelayanan preventif yang semula dilakukan oleh dokter,
sebenarnya dapat diberikan oleh perawat dengan kemampuan profesional dan menghasilkan kualitas pelayanan yang sama.
Melihat beban dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh perawat maka sering menimbulkan permasalahan, karena perawat merupakan orang yang paling
banyak berhubungan dengan pasien dibandingkan dengan petugas lain di rumah sakit, maka pelayanan perawat sangat diperlukan dalam memenuhi kepuasan pasien yang
sedang dirawat di rumah sakit.
2.4.1. Definisi Perawat