2.3 Falsafah Karate
Falsafah di dalam Karate : 1. Zen selalu menekankan pada pengetahuan atas Satori intuisi dan menolak dengan
tegas kepatuhan akan seluruh aspek ritual keagamaan Budha asli India seperti patung, gambar, upacara, dan lain-lain. Ajaran utama Zen menyatakan bahwa manusia
terpisah dari semau benda tetapi pada saat yang bersamaan ada pada segala realitas. Dalam Go Rin no Sho, Mushashi menjelaskan esensi Zen dalam pemahamannya
sebagai seorang samurai: “Anda boleh saja menghormati sang Budha, namun anda tidak boleh bergantung padanya.” Wahid, 2007 : 13
2. Satori adalah pembukaan pikiran dan jiwa berdasarkan hasil belajar dan pengalaman yang bertujuan untuk mengungkapkan realitas akhir sebuah permasalahan yang
berhubungan dengan diri sendiri dan alam semesta. Dilambangkan dalam bentuk In to Yo pola simbol energi positif-negatifYin Yang ala Jepang.
3. Mukatetsu adalah ajaran awal Takuan yang berbunyi “Memukul adalah tidak memukul, sebagaimana membunuh adalah tidak untuk membunuh”; yang mungkin
bisa dijelaskan sebagai prinsip yang menuntun seseorang untuk menaklukkan musuhnya dengan cara menghindari sejauh mungkin pertarungan atau pertarungan
tanpa tangan maupun senjata. Mukatetsu sebenarnya berasal dari Muto, sebuah doktrin pertarungan spritual “tanpa pedang” karya Yagyu Tajima dari periode Azuchi
Momoyama. 4. Mushotoku adalah ajaran yang mengutamakan pelaksanaan sebuah tindakan tanpa
mengharapkan pamrih apa pun.
Universitas Sumatera Utara
5. Fudoshin berarti keabadian dalam hati. Keadaan dimana pikiran seseorang petarung tidak dihantui oleh ketakutan akan bahaya atau serangan apa pun. Oleh Mushashi ia
diibaratkan sebagai Iwa no Mi atau tubuh seperti batu. 6. Hontai adalah keadaan sadar dan waspada penuh dengan pikiran dan emosi yang tetap
terkontrol baik dari seseorang dalam sebuah pertarungan. 7. Hyoho adalah metode strategi pertarungan yang ditulis oleh Miyamoto Musashi yang
menekankan pada kondisi yang ia sebut sebagai “ menikmati sebuah pertarungan”. Bertujuan agar kesempurnaan kepercayaan diri bisa dicapai dengan menemukan
hubungan antar pikiranrasio dengan kemampuanteknik bertempur. 8. Manabu adalah prinsip yang berbunyi “pemahaman akan sesuatu yang baru bisa
dicapai dengan meniru dari pemahaman sesuatu yang lebih dulu ada.” 9. Musha-Shugyo adalah prinsip yang berbunyi “pemahaman yang sempurna akan
sesuatu dicapai lewat banyak pengalaman”, dilaksanakan dalam bentuk menimba ilmu kebanyak guru yang berbeda-beda. Di masa lampau untuk mengantisipasi seorangan
Budoka yang kerap melakukan Musha-Shugyo agar tidak mengungguli teknik sebuah ryu tempat ia belajar, maka ryu tersebut akan membuat Densho dokumen rahasia
yang berisikan Gokuhi teknik-teknik simpanan khusus tertinggi yang tak akan diberikan pada orang yang tidak diyakini kesetiaannya pada ryu yang bersangkutan.
10. Mizu-nagare adalah prinsip yang berarti “mengalir bagai air”, sering diterjemahkan sebagai posisi tubuh yang ideal bak air yang harus mengalir lancar untuk melewati
tubuh untuk dapat menghasilkan kesempurnaan dalam dari sebuah gerakan. 11. Zanshin adalah prinsip kewaspadaan akan segala hal yang mungkin akan terjadi
setelah dilakukannya sebuah serangan dalam sebuah pertarungan. 12. No aru Taka wa tsume O kakusu adalah prinsip yang berarti “ rajawali tak pernah
menunjukkan cakarnya”, lebih mengacu pada konteks kerendahanhatian yang akan
Universitas Sumatera Utara
membawa kemenangan. Dianalogikan bahwa orang yang cerdas tak akan pernah menyebut dirinya cerdas pada orang lain.
13. Do yang berarti jalan merupakan konsep moral, etika, dan sekaligus estetika yang menuntun pengikutnya pada keharmonian spiritual-material. Dalam hubungan dengan
beladiri ia digunakan sebagai kode disiplin wajib yang memberikan Budo seni beladiriperrtarungan dengan Jutsu teknik pertarungan.
14. Ai yang berarti cinta atau kasih merupakan konsep dasar dari seluruh jenis Budo di Jepang, dan menurut Zen ia dipakai sebagai pengenalan dasar oleh manusia dalam
mengatur alam semesta agar menjadi kekuatan untuk menjaga keharmanisannya. Ia bersifat selalu memutar karena harus menjadi titik pertemuan seluruh energi yang ada
dan karena itulah ia digambarkan dalam bentuk diagram yang lazim dikenal sebagai simbol positif-negatif Timur Yin Yang di Cina adalah bentuk paling awal yang
dikenal, dan berasal dari ajaran filsafat Tao. Dalam pemahaman lebih lanjut ia diterjemahan sebagai rasa simpati, toleransi, dan bahkan cinta diantara seluruh umat
manusia. Ai akan dapat berjalan bila dapat disatukan dengan Ki, yang berarti napas dari alam sendirienergi asli. Pertemuan dari keduanya inilah yang disebut Ki-ai, yang
dalam prakteknya pada Budo menjadi sebuah pengeluaran suara yang keras pada sebuah teknik mendapatkan kimeledakan puncaknya. Kime dan Ki-ai sendiri secara
teoritis fisiologis bisa berhasil dengan baik apabila telah menguasai teknik pernapasan tertentu Kokyu agar fungsi Hara sebagai pusat sumber energi dan daerah
penyeimbang tubuh manusia bisa dicapai seoptimal mungkin. Dari analisis ilmu anatomi kedokteran, Hara bisa dijabarkan:
- secara umum sebagai buah medan cinnabarzona pengumpulan energi yang berpusat didalam perut bagian tengah-dalam sekitar 5-10 cm dari pusar;
Universitas Sumatera Utara
- secara detail sebuah titik yang merupakan titik-tengah dari organ-organ tubuh
berikut: ruas paling bawah dari tulang belakang, ikat-ikat sakrolium, tulang kelangkang, otot lurus perut, nadi akar, usus bawah, aorta utama bagian bawah,
usus bawah, aorta utama bagian bawah, arteri utama bagian bawah, usus 12 jari, usus besar bagian atas.
Dewasa ini dalam menilai keberhasilan latihan sebuah Kime sering distandarkan lewat keberhasilan melakukan JishigiShiwari, yaitu teknik pemecahan dan
pematahan benda-benda keras denagn anggota tubuh. 15.
Ri no shugyo, waza no shugyo berarti mempelajari alasan yang menjadi penyebab sebuah teknik haruslah bersamaan dengan mempraktikkan teknik itu sendiri.
16. Ikken Hisatsu adalah prinsip yang bisa diterjemahkan “sekali serangan berarti satu
kematian”. Dimaksudkan disini sebagai konteks keefesienan dari Mukatetsu dalam mengendalikan sebuah Kime.
17. Kan ni hatsu o irezu berarti dalam sebuah pertarungan tidak boleh ada celah
sedikitpun, biarpun itu hanya seukuran sehelai rambut. 18.
Sekka no ki berarti sebuah batu akan menghasilkan percikan api, mengarah pada konteks pada usaha yang tekun akan membawa pada hasil yang terbaik
19. Mushin no kokoro berarti pembebasanpembukaan wawasan seluas-luasnya dalm
mempelajari sesuatu. 20.
Mizu no kokoro berarti pikiran harus berjalan seperti air, selalu mengalir, selalu mengalir untuk mencari ujung yang paling akhir. Bila kita kaji secara teliti, maka akan
kita dapati bahwa prinsip ini memiliki kemiripan dengan ajaran Thales, seorang filsuf Yunani kuno dari aliran Filsafat Alam.
21. Tsuki no kokoro berarti pikiran harus dapat merefleksikan jiwa seperti halnya bulan
yang memantulkan cahaya matahari.
Universitas Sumatera Utara
22. Gi shin fuki berarti teknik dan pikiran tidak dapat dipisahkan.
23. Ken shin fuki berarti pukulanserangan tak dapat dipisahkan dengan teknik.
24. Do mu kyoku berarti tak ada pembatasan bagi kehidupan, lebih dimaksudkan sebagai
pantang menyerah pada situasi dan kondisi apa pun. 25.
Myo wa kyo-jitsu no kan ni ari berarti esensi murni sebuah teknik terletak diantara serangan dan pertahanan.
26. Koe naki o kiku, katachi naki o miru berarti tak ada suara lain yang terdengar, tak ada
bayangan lain yang terlihat. Tuntunan dalam pelatihan fokus dan konsentrasi. 27.
Shu ha ri berarti kepatuhan akan guru, untuk dapat melakukan variasiterobosan baru, yang menuntun pada kesempurnaan jiwa. Paling dominan diterapkan dalam
penggubahan sebuah Kata di zaman lampau. 28.
Bushi no Nasake berarti manusia paling kuat dan berani haruslah juga menjadi manusia yang paling sopan. Sering kali sebuah ritual yang sangat sederhana seperti
Cha-no-Yu upacara minum the ala Jepang dijadikan tolak ukur sebuah nilai kesopanan dalam diri seorang Bushi.
29. Bushido yang berarti pedoman kesatriaan memiliki tempat tertinggi dalam tradisi
Budo seni beladiri kuno. Seorang Budoka praktisi seni beladiri baru bisa disebut sebagai Bushi ksatriapendekarpahlawan apabila ia sudah memahami dan
melaksanakan Bushido dalam kehidupan sosialnya. 30.
DojoKun atau kode moral wajib dalam Dojo, yaitu: 1.
menyempurnakan kepribadianjiwa; 2.
selalu setia pada kejujuran; 3.
berusaha keraspantang menyerah; 4.
menghormati orang lain;
Universitas Sumatera Utara
5. menghindari kekerasan;
31. Niju Kun atau 20 kode moral wajib untuk Karate-do yang merupakan ajaran
terpenting dari Gichin Funakoshi adalah sebagai berikut. 1.
Karate-do selalu dimulai dan diakhiri dengan penghormatan. 2.
Dalam Karate-do hal pertama dilakukan adalah bukan menyerang. 3.
Karate-do adalah sebuah bantuan bagi keadilan. 4.
Kuasai dirimu sendiri sebelum menguasai orang lain. 5.
Semangatpemahaman harus lebih utama, barulah kemudian teknik. 6.
Selalu siap untuk membebaskan pikiranmu. 7.
Kecelakaan akan muncul dari kelalaianketeledoran. 8.
Jangan pernah berpikir bahwa latihan hanya ada dalam Dojo. 9.
Tak ada batas dalam mempelajari Karate-do, ia akan meliputi seluruh kehidupanmu.
10. Jalani kehidupan sehari-hari dalam konteks Karate-do, maka kamu akan
menemukan Myo sebuah rahasia besar. 11.
Karate-do seperti air dalam teko, bila tak dipanaskan ia pun akan tetap dingin. 12.
Jangan berpikir kamu harus menang, tetapi berpikirlah kamu tidak boleh kalah. 13.
Kemenangan tergantung pada kemampuanmu untuk membedakan antara titik yang mudah diserang dan yang tidak.
14. Pertarungan ditentukan dengan bagaimana kamu mampu mengontrol
gerakanmu ataukah tidak gerakanmu ditentukan lawanmu 15.
Pikirkan bahwa tangan dan kakimu sebagai pedang.
Universitas Sumatera Utara
16. Jika kamu ke luar, bayangkan selalu ada banyak musuh yang siap untuk
menanti. Dan semua tergantung pada tingkah lakumu apakah mencari ataukah menghindari masalah dengan mereka.
17. Karateka pemula harus menguasai kuda-kuda dan bentuk tubuh, karate tingkat
mahir lebih baik dengan Shizentai posisi tubuh alami dalam sebuah pertarungan.
18. Memainkan sebuah Kata hanyalah satu hal, penerapannya dalam sebuah
pertarungan yang sesungguhnya adalah lebih berarti. 19.
Jangan pernah melupakan koreksi terus-menerus akan tiga hal ini dalam sebuah latihan:
a. Pengaturan kelembutan dan kekerassan akan tenaga;
b. Peregangan dan pemanasan anggota tubuh;
c. Pengaturan kecepatan dan kelembutan sebuah teknik.
20. Selalu memikirkan dan menemukan cara untuk melaksanakan semua ajaran ini setiap hari
Universitas Sumatera Utara
BAB III KARATE KALA HITAM DI INDNESIA
3.1 Perkembangan dan Aliran Karate di Indonesia 3.1.1 Perkembangan Karate di Indonesia