Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal dari sisa- sisa epitel pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat tumbuh dari berbagai macam epitel odontogenik yang tersisa di antara jaringan lunak alveolar dan tulang. Tumor ini tumbuhnya lambat, agresif secara lokal dan dapat menyebabkan deformitas wajah yang besar. Ameloblastoma memiliki angka kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini tidak dieksisi secara luas dan hati-hati. 1 Dari semua pembengkakan yang terjadi pada rongga mulut, 9 merupakan tumor odontogenik dan kira-kira 1 dari lesi tersebut merupakan ameloblastoma. Ameloblastoma terjadi pada maksila sekitar 20 kasus, paling sering terjadi pada region kaninus dan antral. Ameloblastoma terjadi pada mandibula sekitar 80 kasus. Yang mana 70 terjadi di daerah molar atau pada ramus asendens, 20 pada regio premolar dan 10 di regio anterior. Ameloblastoma biasanya didiagnosa pada pasien yang umurnya antara dekade empat dan dekade lima, kecuali pada kasus tipe unikistik yang biasanya terjadi pada pasien yang berusia antara 20 sampai 30 tahun dengan tidak ada predileksi jenis kelamin. Sekitar 10-15 tumor ini terjadi berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi. 2 Universitas Sumatera Utara Pasien ameloblastoma dapat dirawat dengan berbagai macam cara. Perawatan bervariasi mulai dari enukleasi dan kuretase sampai reseksi. 3 Pembedahan secara radikal merupakan perawatan yang direkomendasikan untuk ameloblastoma multikistik yang melibatkan reseksi pada bagian rahang yang terkena tumor dan mengikutkan sekitar 1 sampai 2 cm dari tulang yang sehat. Perawatan konservatif dengan kuretase atau enukleasi hanya dilakukan pada perawatan ameloblastoma tipe unikistik. Kuretase dan enukleasi dapat menghemat waktu, fungsi dan penampilan pasien sedangkan perawatan secara radikal dapat mengakibatkan kerusakan permanen terhadap regio maksilofasial. 4 Kerugian dari reseksi rahang adalah terjadinya deformitas wajah dan kehilangan fungsi apabila tidak direkonstruksi dengan tepat. 3 Defek dari maksila dapat diatasi dengan obturator bedah dan menunjukkan hasil yang memuaskan tetapi defek pada mandibula harus diperbaiki dengan bone graft. 5 Defek pada mendibula dapat dilakukan rekonstruksi segera atau ditunda. Defek pada maksila dapat diatasi dengan dua cara: yang pertama dengan bedah apabila defek tidak luas dapat ditutup dengan mukosa bukal dan palatal, sedangkan defek yang sangat luas atau pasien yang memiliki resiko tinggi melakukan operasi dapat menggunakan protesa obturator. 4 Berdasarkan beberapa literatur, tumor odontogenik menunjukkan adanya variasi geografi dalam distribusi dan frekuensinya. Beberapa studi dari berbagai belahan dunia yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang relatif terjadinya tumor odontogenik. 6 Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui prevalensi pasien ameloblastoma di kota Medan, khususnya pada RSUP H. Adam Malik. Universitas Sumatera Utara

1.2 Tujuan Penelitian