Ayat 87 :
ﺎ ﺎ إ ﷲا حور او ﺎ و أو ف و او
ا و هﺬا ور ﻜ ا و ا إ ﷲا حور
.
Y ấ baniyya izhabū fatahassasū min yūsufa wa akhihi wa lấ tay`asu min rūhillấhi
innahu l ấ ya’ấsu min rūhillấhi illấ al-qaumu al-kafirūna
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Qs. Yusuf, 12: 87
Ayat 100 :
ﺪّ اوّﺮ و شﺮ ا ﻰ ﻮ ا رو ﺪ يﺎ ءر وﺄ ا ﺬه ﺂ لﺎ و
ﺪ وﺪ ا ّ ﻜ ءﺎ و ا
ﺮ ا ذا أ ﺪ و ﺎّ ﻰّر ﺎﻬ
ر ّنا ﻰ ﻮ ا و ّ ا غﺰّ نا
ﻜ ا ا ﻮه ّا ءﺎ ﺎ
ّ .
Wa rafa’a abawayhi ‘alâ al-‘arsyi wa kharrû lahu sujjadan wa qâla yâ`abati hâzâ ta`wilu ru`yâya min qablu qad ja’alahâ rabbî haqqân wa qad ahsanabî iz
akhrajanî min as-sijni wa jâ`a bikum min al-badwi min ba’di an nazaga asy- syaytânu bainî wa baina ikhwatî inna rabbî latifun limâ yasyâ`u innahu huwa al-
alîmu al-hakîmun.
Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana dan mereka semua tunduk bersujud kepadanya Yusuf dan dia Yusuf berkata Wahai ayahku
inilah takwil mimpiku yang dulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku,
ketika ia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak hubungan antara aku dengan saudara-saudaraku.
Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki sungguh, Dia yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Qs.Yusuf,12: 100
2. Pesan Kritik Sosial
Sastra yang mengandung pesan kritik dapat juga disebut sebagai sastra kritik, biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang tidak baik dalam
kehidupan sosial dan masyarakat. Pengarang umumnya tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan, atau pun sifat-sifat luhur kemanusiaan yang lain ia tak akan
diam melihat kesewenangan dan lewat karangannya itu ia akan memperjuangkan hal-
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
hal yang diyakini kebenarannya. Hal-hal yang memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan tak akan ditutupinya, sebab terhadap nilai seni ia
hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri Nurgiyantoro, 1998: 332. Adapun pesan kritik sosial yang dapat kita ambil dari kisah nabi Yusuf as dalam Al-
Qur’an surah Yusuf ini adalah sebagai berikut : a.
Poligami menyebabkan adanya kesenjangan kasih sayang yang berbeda dan menyebabkan kecemburuan dan rasa iri serta dengki terhadap satu dengan yang
lainnya, hal ini dapat menyebabkan tindak kejahatan. Ayat 8:
ﻰ ﺎ ﺎ أ ّنإ ﺔ و ﺎّ ﺎ أ ﻰ إ ّ أ ﻮ أ
ﻮ اﻮ ﺎ ذإ .
Iz qalu laYusufu wa akhuhu ahabbu ila abina minna wa nahnu usbatun inna abana lafi dalalim mubin.
Yaitu ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya Benyamin lebih dicintai oleh ayah dari pada kita sendiri, padahal kita ini
adalah satu golongan yang kuat, sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.Qs. Yusuf, 12 : 8
b. Masih terjadinya perbudakan dan penjualan hamba sahaya.
ﷲاؤ ﺔ وّﺮ أو اﺬه ىﺮ لﺎ ﻮ د ﻰ دﺄ هدراو اﻮ رﺄ ةرﺎّ تءﺎ و
نﻮ ﺎ .
ّﺰ ا اﻮ ﺎآو ةدوﺪ هارد وﺮ و
ﺪه .
Wa jâ`at sayyâratun fa`arsalu waridahum fa`adlâ dalwahu qâla yâ busyrâ hazâ gulamun wa `asarrûhu bida’atan wallâhu ‘alîmun bi mâ ya’malûna. Wasyarauhu
bi samanin bakhsin darâhima ma’dûdatin wa kânû fîhi min az-zâhidîna.
Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang penambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: Oh, kabar
gembira, ini seorang anak muda Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga murah, yaitu beberapa dirham saja dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Qs. Yusuf, 12 : 19-
20
c. Betapa pun pandainya api ditutup-tutupi, asapnya pasti terlihat juga. Betapa pun
cermatnya menghalangi tersebarnya angin, aroma yang dibawanya tercium juga. Pepatah di atas adalah bahwa sepandai-pandai manusia menutupi kebohongannya
akhirnya ketahuan juga. Sebagaimana tersebarnya gosip di seluruh negeri Mesir
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tentang Zulaikha yang menggoda bujangnya walau mereka telah berjanji untuk tidak menceritakan kepada siapa pun.
Ayat 29 - 30:
طﺎ ا ﻜ ﻚ إ ﻚ ﺬ ىﺮ ﻮ اﺬه ﺮ أ
ﻮ .
ﻰ ةﻮ لﺎ و ﺎﻬ دوﺮ ﺰ ﺬ ا تأﺮ ا ﺔ ﺪ ا
, ﻰ ﺎهاﺮ ﺎّإ ﺎّ ﺎﻬ ﺪ
Yusufu a’rid ‘an haza wastagfiri lizanbiki innaki kunti min al-khati`ina. Wa qala niswatun fi al-madinati imra`atul ‘azizi turawidu fataha ‘an nafsihi qad
syagafaha hubban inna lanaraha fi dalalin mubinin. “Hai Yusuf “Berpalinglah dari ini, dan kamu hai istriku mohon ampunlah atas
dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah. Dan wanita-wanita di kota berkata: Istri al-Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya kepadanya, sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam, sesungguhnya kami memandangnya
dalam kesesatan yang nyata.” Qs. Yusuf, 12: 29-30
d. membolehkan seseorang mencalonkan diri guna menempati suatu jabatan tertentu
atau berkampanye untuk dirinya, selama motivasinya untuk kepentingan umum dan selama dia merasa dirinya memiliki kemampuan untuk jabatan tersebut.
Permintaan jabatan ini menunjukkan kepercayaan diri serta keberanian moril yang disandangnya.
أ ﻜ ﺎ ﺪ مﻮ ا ﻚّإ لﺎ ّآ ﺎّ ﻰ أ ﻰ ﻮ ا ﻚ ا لﺎ و
. لﺎ
ضر ا اﺰ ﻰ ﻰ ا
ﻰّإ .
Wa qala al-maliku `utuni bihi astakhlishu li nafsi falamma kallamahu qala innaka al-yauma ladayna makinun aminun. Qala ij’alni ‘ala khaza`ini al-ardi inni
hafizun alimun. “Dan Raja berkata Bawalah Yusuf bepadaku, agar aku memilih dia sebagai
orang yang rapat kepadaku. Maka tatkala Raja telah bercakap-cakap dengan Yusuf, dia berkata Sesungguhnya kamu Mulai hari ini menjadi seorang yang
berkedudukan tinggi lagi di percaya pada sisi kami”. Berkata Yusuf “Jadikanlah aku bendaharawan negara Mesir, sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjada lagi berpengetahuan.” Qs. Yusuf, 12 : 54-55
e. Hukum hanya ditegaskan pada rakyat biasa atau orang kecil sedangkan para
pejabat dapat terbebas dari hukum.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Ayat 32:
ﻰ ىّﺬ ا ّ ﻜ اﺬ ﺎ
و ﺎ
ّدور ﺪ و ﺮ اءﺎ
, ﺮ ا ّ ﺎ ﻮﻜ و ّ
Qalat fazalikunna al-lazi lumtunnani fihi wa laqad rawadtuhu an nafsihi fasta’sama wa lainlam yaf’al ma amuruhu layusjananna wa la yakunan min as-
sagirina. “Wanita itu berkata: Itulah dia orang yang kamu cela aku karena tertarik
kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya kepadaku akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak
mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.Qs.Yusuf,12:30-32
Ayat 75:
ﺎ ﻮ
ا يﺰ ﻚ اﺬﻜ ﺆاﺰ ﻮﻬ ﺮ ﺪ ﻮ ﺆاﺰ اﻮ .
Qalu jaza`uhu man wujida fi rahlihi fahuwa jaza`uhu kazalika najzi az-zalimina. “Mereka menjawab “Balasannya ialah pada siapa diketemukan barang yang
hilang dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya tebusannya. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim.” Qs.
Yusuf,12: 75
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1.
Analisis latar dan amanah merupakan bagian dari kajian struktural sastra dengan unsur pembangun dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti novel, cerpen, drama
dan kisah-kisah. Sebagaimana kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an juga merupakan dari karya sastra.
2. Menurut Nurgiyantoro unsur intrinsik terbagi atas Tema Latarsetting, Penokohan,
Alur plot, Sudut Pandang, Gaya Bahasa, dan Amanah. Dari ke semua unsur instrinsik yang di bahas dalam penelitian ini latar dan amanah.
3. Latar terdiri dari unsur latar terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
Dan fungsi latar yang terdiri dari latar sebagai metaforik dan latar sebagai atmosfir.
a. Latar tempat adalah latar cerita yang menyatakan lokasi terjadinya suatu
peristiwa. Adapun latar tempat pada kisah nabi Yusuf dalam al-Qur’an terjadi di Kan’an – Palestina, Dotan jalan yang menghubungkan daerah Palestina
dengan Mesir dan Mesir. Latar tempat ini terdapat pada ayat 4, ayat 15, ayat 21, ayat 23, ayat 25, ayat 30 – 31, ayat 36, ayat 56, ayat 58, ayat 69, ayat 73,
ayat 88, ayat 94, dan ayat 99. b.
Latar waktu adalah latar cerita yang berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa yang diceritakan itu terjadi. Adapun latar waktu pada kisah nabi
Yusuf dalam al-Qur’an terjadi dari Yusuf as masih masa anak-anak hingga dewasa dan menjadi Raja di Mesir. Latar waktu terdapat pada ayat 16, ayat
22, ayat 35, ayat 42, ayat 43, ayat 45, ayat 47-49, dan ayat 58. c.
Latar sosial adalah latar cerita yang menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan, seperti tata cara kehidupan sosial masyarakat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan dan pandangan hidup atau cara berpikir
dan bersikap dan lain sebagainya. Latar sosial pada kisah nabi Yusuf yaitu kebiasaan masyarakat Arab yang sering melakukan perjalanan jauh,
berdagang dan menggembala serta menyembah tuhan yang bermacam-macam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara