Fungsi Latar Sebagai Atmosfir

diundang Zulaikha sebuah pisau menggambarkan kekayaan dan kedudukan sosial keluarga Zulaikha, terbukti dengan adanya pembantu-pembantu yang melayani para tamu, tempat duduk yang bersandar dan cara makan menggunakan pisau untuk memotong makanan yang dihidangkan. Ini adalah satu cara yang sangat maju dan beradab pada masa itu. Ayat 83 – 84 : لﺎ م آ ا م ا وه إ ﺎ مﻬ ﺄ أ ﷲا ﺮ اﺮ أ مﻜ أ مﻜ ﱠﻮ . آ ﻮﻬ نﺰ ا ﺎ ّ او ﻮ ﻰ ﻰ ﺄ لﺎ و ﻬ ﻰّﻮ و . Qâla bal sawwalat lakum anfusukum amrân fasabrun jam īlun ‘asa allâhu an ya`tiyan ī bihim jamī’ân innahu huwa al-‘alīmu al hakīmu. Wa tawallâ anhum wa qâla ya `asafâ ‘alâ yûsufa wa abyaddat ‘ainâhu min al-huzni fahuwa kaz īmun “Yaqub berkata “Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan uyang buruk itu. Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Dan Yaqub berpaling dari mereka anak- anaknya seraya berkata Aduhai duka citaku terhadap Yusuf. Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya terhadap anak-anaknya.” Qs. Yusuf, 12: 83-84 Deskripsi latar pada ayat di atas menggambarkan bahwa rasa kecewa Ya’qub terhadap anak-anaknya terlihat pada kata berikut اﺮ أ مﻜ أ مﻜ ﱠﻮ bal sawwalat lakum anfusukum amrân,…… ‘Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan uyang buruk itu……’ dan kesabaran yang baik terhadap segala persoalan. Dan karena kesedihan yang berkepanjangan atas kehilangan Yusuf dan Benyamin sehingga membutakan matanya. Hal ini sebagaimana ditegaskan pada kalimat نﺰ ا ﺎ ّ او ﻮ ﻰ ﻰ ﺄ … ya `asafâ ‘alâ yûsufa wa abyaddat ‘ainâhu min al-huzni… ‘… Aduhai duka citaku terhadap Yusuf. Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan…’

b. Fungsi Latar Sebagai Atmosfir

Atmosfir dalam cerita merupakan udara yang dihirup pembaca sewaktu memasuki dunia cerita. Ia berupa deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya suasana ceria, romantis, sedih, muram, dan sebagainya. Latar Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang memberikan atmosfer cerita biasanya berupa latar penyituasian. Atmosfir cerita adalah emosi yang dominan yang merasuki cerita yang berfungsi mendukung elemen-elemen cerita yang lain untuk memperoleh efek yang mempersatukan. Adanya situasi tertentu yang mampu meyeret pembaca ke dalam cerita akan menyebabkan pembaca terlibat secara emosional. Hal ini penting sebab dari sinilah pembaca akan tertarik, bersimpati dan berempati, meresapi serta menghayati cerita secara intensif. Atmosfir itu sendiri dapat ditimbulkan dengan deskripsi detil-detil, irama tindakan, tingkat kejelasan dan kemasukakalan berbagai peristiwa, kualitas dialog dan bahasa yang dipergunakan. Ayat 9-10 : ﺎ و ﺪ و وآ و آ أ و آ ل ﺎ ﺮأ و ﺮ وأ ف و او ا . ﺎ م ﻜ إ ةﺮﺎ ا ض ط ب ا ت و أو ف و او مﻬ ﺎ . Aktulû yûsufa awitrahûhu ardân yakhlu lakum wajhu ab īkum watakûnu min ba’dihi qawmân salih īna. Qâla fâ`ilun minhum lâ taqtulû yûsufa wa al-qûhu fī gayabati al-jubbi yaltaqithu ba’du as-sayyârati in kuntum fâ’il īna “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah yang tak dikenal supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik. Seorang diantara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat.” Qs.Yusuf,12: 9-10 Deskripsi latar pada cerita di atas membawa kita akan perasaan iri dan cemburu saudara-saudara Yusuf yang berujung dengan perencanakan pembunuhan dan menjauhkan Yusuf dari ayah mereka, agar kasih sayang ayah mereka tercurah kepada mereka. Ayat 31: ّ ﻬ ةﺪ او ّ آ اءو ًﺎ ﻜّ ّ ﻬ تﺪ أو ﱠ ﻬ إ رَأ ﱠ هﺮﻜ ﺎّ ّ إ اﺬهﺎ ﷲ ّ و ّ ﻬ ﺪ أ و ﺮ آا أر ﺎّ ّ ﻬ جﺮ ا ﺎ و ﺎ ّﻜ ﺮآ ﻚ Falammâ samiat bimakrihinna arsalat ilaihinna wa atadat lahunna muttaka` ấn wa `atat kulla wâhidatin minhunna sikkînân wa qâlati ukhruj alaihinna falammâ ra`ainahu `akbarnahu wa qa ţţana aidiyahunna wa qulna hasya lillâhi mâ hấzâ basarân in hazâ illâ malakun kar īmun. Maka tatkala wanita itu Zulaikha mendengar cerceaan mereka, di undanglah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk dan diberikan nya kepada masing-masing mereka sebuah pisau untuk memotong jamuan. Kemudian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dia berkata kepada Yusuf: keluarlah nampakkan dirimu kepada mereka. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada keelokkan rupanya, dan mereka melukai jari tangannya dan berkata: maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia. Qs. Yusuf, 12 : 31 Deskripsi latar pada ayat di atas membawa suasana pada lingkungan kehidupan sosial yang tinggi. Selain itu, mendeskripsi latar atas ketakjuban para wanita-wanita pejabat yang diundang Zulaikha atas ketampanan Yusuf. Ayat 62-65 : و ﺮ مﻬ مﻬ ﺎ ﺮ مﻬ ﺎ او ا ﺎ لﺎ و مه مﻬ هأ ﻰ إ او ا اذإ ﺎﻬ و ﺮ . ﺎ إو ﻜ ﺎ ﺎ أ ﺎ ﺮ ﻜ ا ﺎ ﺎ ﺎ أﺎ ﺎ مﻬ أ ﻰ إ او ﺮ ﺎ و . ﺎ ﺮ ﷲﺎ أ ﻰ أ ﻰ ﻜ أ ﺎ آ ّ إ ﻜ أ ه لﺎ ّﺮ ا رأ ﻮهو . ﻬ إ ﺪر مﻬ ﺎ اوﺪ و مﻬ ﺎ او ﺎ و ﺎ ﺎ ﺎ ﺄﺎ او ﺎ م ﺮ ل آ ﻚ اﺬر آ داﺪز و ﺎ ﺎ أ و ﺎ هأﺮ و ﺎ إ ﺪﺮ ﺎ ﺎ ذه . Wa q ấla lifityấnihi ij’alû bidấ’atahum fī rihấlihim la’allahum ya’rifûnahấ izấ inqalabu il ấ ahlihim la’allahum yarji’ûna. Falammấ raja’û ilấ abīhim qấlu ya ab ấnấ muni’a minna al-kaylu fa arsil ma’anấ akhấna naktal wa innấ lahu lah ấfizûna. Qấla hal ấmanukum `alaihi illấ kamấ ấmantukum `alấ akhīhi min qablu fall ấhu khairun hafīzan wahuwa arhamu ar-rahimin. Wa lammấ fatahû mata’ấhum wajadû bida’atahum ruddat ilaihim q ấlu ya abấnấ ma nabgī hấzihi bidấ’atuna ruddat ilain ấ wa namīru ahlấnấ wa nahfazu akhấna wa nazdadu kayla ba’īrin z ấlika kaylun yasyīrun. “Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya masukanlah barang-barang penukar kepunyaan mereka ke dalam karung-karung mereka, supaya mereka mengetahui apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi. Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka Ya’qub mereka berkaya “Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan gandum lagi, jika tidak membawa saudara kami, sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama kamu supaya kamu mendapat sukatan, dan sesungguhnya kamu benar- benar menjaganya.” Berkata Ya’qub “Bagaiman aku akan mempercayakannya Benyamin kepadamu, kecuali seperti aku mempercayakan saudaranya Yusuf kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Tatkala mereka menemukan kembali barang-barang penukaran mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata “Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami dan kami akan mendapat tambahan sukatan gandum seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah bagi Raja Mesir.” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Deskripsi latar pada cerita di atas memberikan atmosfer kekecewaan Ya’qub kepada anak-anaknya saat meminta izin untuk membawa Benyamin bersama mereka. Dan saudara-saudara Yusuf berusaha untuk meyakinkan ayah mereka agar diizinkan membawa adik mereka Benyamin untuk mendapatkan sukatan lagi dari Mesir. Saudara-saudara Yusuf selain khawatir jika tidak diizinkan untuk membawa Benyamin, sedangkan barang-barang yang mereka tukarkan untuk mendapat sukatan dari Raja dikembalikan kepada mereka. Ayat 70-77: مﻜ إ ﺮ ا ﺎﻬ أ نذؤ نﺪأ م أ ل ﺮ ﺔ ﺎ ا ل مهزﺎﻬ مهزﻬ ﺎ و ﺮ . وﺪ اذﺎ مﻬ او أو او ﺎ . ل ﺀﺎ و ﻚ ا عاو و ﺪ او ﺎ م ز ﺎ أوﺮ . ﺮ ﺎ ﻜﺎ ﻮ ضﺮ ا ﺪ ﺎ ﺎ م ﺪ ﷲﺎ او ﺎ . اﻮ ﺎ اﺰ ﺎ ﺬآ آ نإ ؤ . ىﻮ ﻚ اﺬآ ؤاﺰ ﻮﻬ ر ﻰ ﺪ و ؤاﺰ اﻮ ﺎ ا . ﺎ ﺪﻜ ﻚ اذﻜ أ ﺀﺎ و ﺎﻬ ﺮ ا م أ ﺀﺎ و مﻬ وﺄ أ د و و ﺀﺎ ت رﺪ ر ﷲا ﺀﺎ أ إ ك ا ﺪ ﺎ أ ذ ﺄ ﺎﻜﺎ فو م ىﺬ لﻜ . اﻮ ﺎ ن خأ ر ﺪ ﺮ إ و ف و ﺎهر ﺄ ﻮ ﺎ م أ ﷲاﻮ ﺎ ﺎﻜ ر أ لﺎ ﻬ ﺎهﺪ Falamma zahhazahum bi jahazihim ja’ala as-siqayata fi rahli akhihi summa azzana mu`azzinun ayyatuha al-‘iru innakum lasariquna. Qalu wa aqbalu ‘alaihim maza tafqiduna. Qalu nafqidu suwa’a al-maliki wa liman ja`a bihi himlu ba’irin wa ana bihi za’imun. Qalu tallahi laqad ‘alimtum ma ji`na linufsida fi al-ardi wa ma kunna sariqina. Qalu fama jaza`uhu in kuntum kazibina. Qalu jaza`uhu man wujida fi rahlihi fahuwa jaza`uhu kazalika najzi az-zalimina. Fabada’a bi`au‘iyatihim qabla wi ‘a`i akhihi summa astakhrajaha min wi ‘a`i akhihi kazalika kidna li yusufa ma kana liya`khuza akhahu fi dini al-maliki illa an yasya`a allahu narfa’u darajatin man nasya`u wa fauqa kulli zi ‘ilmin ‘alimun. Qalu in yasriqu fa qad saraqa akhun lahu min qablu fa asarrahu yusufu fi nafsihi wa lam yubdiha lahum qala antum syarru makanan wallahu a’lamu bima tasifuna. Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala tempat minum ke dalamkarung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan “Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang – orang yang mencuri.” Mereka menjawab sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu, “Barang apakah yang hilang dari kamu?” Penyeru-penyeru itu berkata, “Kami kehilangan piala Raja dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban unra dan aku menjamin terhadapnya.” Saudara-saudara Yusuf menjawab “Demi Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah pencuri.” Mereka pembantu istana berkata: Tetapi apa balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta? mereka saudara Yusuf menjawab: Balasannya ialah pada siapa diketemukan barang yang hilang dalam karungnya, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara maka dia sendirilah balasannya tebusannya. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. Maka mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mereka sebelum memeriksa karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk mencapai maksud Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah mengkehendaki. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki, dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. Mereka berkata: “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu”. Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata dalam hatinya: “Kamu lebih buruk kedudukanmu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu”. Qs. Yusuf, 12 : 70-77 Ayat di atas mendeskripsikan kejengkelan dan kemarahan Yusuf pada saudara- saudaranya yang lain ibu dengan menuduh Benyamin saudara kandung Yusuf sebagai pencuri sebagaimana saudaranya Yusuf. Tentu saja Yusuf sangat marah dan jengkel karena ia bukanlah seorang pencuri seperti yang dituduhkan saudara- saudaranya itu. Tidak seperti mereka yang pernah membuat makar terhadapnya. Sebenarnya maksud Yusuf memasukkan piala Raja tersebut dikarung Benyamin agar ia bisa melepaskan rasa rindunya kepada saudaranya yang telah lama berpisah. Disini saudara-saudaranya awalnya tidak peduli jika Benyamin dijadikan tahanan oleh Yusuf, namun mereka teringat pesan ayah mereka dan janji mereka untuk menjaga Benyamin dan membawa kembali pada ayah mereka. Dan mereka meminta dan membujuk Yusuf supaya Benyamin diizinkan pulang bersama saudara-saudaranya dan diganti dengan saudaranya yang lain sebagai gantinya. Tetapi, Yusuf menolak permintaan saudaranya untuk melepaskan atau menggantikan Benyamin dengan yang lain. Sehingga saudara-saudara Yusuf berputus asa dan salah seorang diantara mereka yang tertua menyuruh saudaranya yang lain pulang dan memberitahukan kepada ayah mereka dengan lemah lembut dan sangat hati-hati. Dan dia tetap di Mesir sebagai bukti bahwa mereka berkata dengan jujur. Ayat 94-98: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ﻮﺪ أ ﻮ ف ﻮ ﺮ ﺪ إ مهﻮ أ ﺎ ﺮ ا ﺎ ﻮ . ﻚ إ ﷲﺎ اﻮ ﺎ ا ﻚ ﺪ . أ م أ ﺎ ار ﱠﺪ رﺄ ﻬ ﻮ ا ر ا ﺀﺎ أ ﺎ و ﺎ ﷲا م أ إ مآ . ط ﺎ ﻜ ﺎ إ ﺎ و ذ ﺎ ر ا ﺎ ﺎ ﺄﺎ او ﺎ . ﺎ م ر أ رو أ وه إ ر مﻜ ر أ فو . Wa lamma fasalati al-‘iru qala abuhum inni la `ajidu riha yusufa laula an tufanniduna. Qalu tallahi innaka lafi dalalika al-qadimi. Falamma an ja`a al- basyiru alqahu ‘ala wajhihi fartadda basiran qala alam aqul lakum inni a’lamu minallahi ma la ta’lamuna. Qalu ya abana istagfirlana zunubana inna kunna khati`ina. Qala sawfa astagfiru lakum rabbi innahu huwa al-gafuru ar-rahimu. “Tatkala kafilah itu telah ke luar dari negeri Mesir berkata ayah mereka, “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal tentu kamu membenarkan aku”. Keluarganya berkata “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliaruanmu yang dahulu.” Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya’qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya’qub “tifakkah aku katakan ke[adamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.” Mereka berkata “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bahi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah berdosa”. Ya’qub berkata “Aku akan memihonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Qs. Yusuf, 12: 94-98 Ayat di atas mendeskripsikan kepada pembaca kegembiraan Ya’qub karena Yusuf yang telah lama menghilang kini telah kembali dan Benyamin telah bersama dengan Yusuf. Sedangkan saudara-saudara Yusuf menyesali perbuatan yang pernah mereka lakukan terhadap Yusuf dengan memohon pada ayah mereka untuk memintakan maaf mereka kepada Yusuf.

3.3. Amanah Kisah Nabi Yusuf as dalam Al-Qur’an