2 Menundukkan pandangan matanya atas laki-laki yang halal menikahinya.
3 Tidak bercampur baur dengan kaum lelaki.
4 Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahram.
5 Mengetahui cara bersuci dari haid.
6 Tidak boleh shalat dan puasa selama haid. Dan tidak perlu di qadha’
shalat yang ditinggalkannya selama haid, tetapi harus mengqadha’ puasa Ramadhan yang ditinggalkannya.
7 Tidak boleh berduaanberkhalwat dengan laki-laki yang bukan mahram.
8 Tidak boleh memegang mushaf Al-Qur’an dan membacanya.
9 Tidak boleh masuk masjid.
10 Tidak boleh bercampur dengan suami selagi haid.
18
Dengan demikian tujuan keputrian Rohis yaitu sebagai sarana untuk mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang muslimah
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat membentuk akhlak yang mulia pada diri mereka sejak dini.
4. Kegiatan Keputrian Rohis
Kegiatan keputrian Rohis diadakan setiap hari Jum’at pada pukul 12.00- 12.40 di ruang kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yakni berupa diskusi
keagamaan yang berkaitan dengan masalah kewanitaan seperti mengkaji fiqh wanita mengenai tata cara thaharah, masalah menstruasi, tata cara berpakaian,
bersolek dan lain sebagainya. Selain berdiskusi kegiatan lainnya yaitu membuat kue, memasak, membuat minum-minuman seperti jus, jamu,
wedang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan agar ukhuwah antar pelajar putri dapat terjalin dengan baik dan mampu menyalurkan bakatpotensi yang
dimilikinya.
19
D. Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak
18
Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Jakarta: Darul Falah, 1998, Cet. 5, h. 163.
19
Arsip ekstrakurikuler Rohis-Keputrian di SMA Negeri 29 Jakarta.
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya Khuluqun
yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat,
tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.
20
Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika Islami akhlaq yaitu ”budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia”.
21
Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya:
a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.
22
b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
23
c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam
Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa “Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan,
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan” .
24
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ”akhlak adalah suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan
20
Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum
, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, Cet. 10, h. 253.
21
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996, Cet.2, h. 26.
22
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3.
24
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. 2, h. 10.
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan ”.
25
2. Sumber Akhlak