Pengertian Efektivitas Kerangka Berpikir

10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efek pengaruh, akibat, kesannya. 1 Dalam bahasa Inggris kata efektivitas berasal dari kata “effective” yang berarti “berhasil, mujarab, berlaku atau mengesankan.” 2 Dalam Ensiklopedi Indonesia efektivitas berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan yang pasti.” 3 Sementara menurut T. Hani Handoko dalam bukunya “Manajemen” mengatakan bahwa “efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan” 4 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 284. 2 John M. Echols dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, Cet. XXIV, h. 207. 3 Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, jilid 2, h. 1. 4 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000, h. 7. seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal dapat tercapai secara optimal.

B. Kegiatan Rohis Kerohanian Islam

1. Pengertian Rohani Islam

Rohis berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani dalam bahasa Arab berarti ”ruh”. Muhammad Quthb menyatakan bahwa roh adalah suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah. 5 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr: 29 ⌧ ” Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud ” 6 Sedangakan pengertian roh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”sesuatu unsur yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup kehidupan”. 7 Menurut Muhammad Quthb rohani adalah pusat eksistensi manusia dan menjadi titik perhatian pandangan Islam. Rohani adalah landasan tempat sandaran eksistensi itu seluruhnya serta dengan rohani itulah seluruh alam ini saling berhubungan. Ia merupakan pemelihara kehidupan manusia dan ia merupakan penuntun kepada kebenaran. 8 Jadi rohani merupakan sesuatu kekuatan yang tidak dapat diraba oleh panca indera, namun keberadaannya sangat menentukan eksistensi kehidupan manusia dan merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya. 5 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1988, Cet. 2, h. 56. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro, 2000, Cet. 10, h. 210. 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar,..., h. 960. 8 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun,…, h. 59. Tanpa rohani manusia bagai makhluk hidup yang tak bernyawa karena rohanilah mesin penggerak bagi jasmani manusia. Sementara pengertian Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya, agar ia senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa. 9 Menurut Mohammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, Islam berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada kehendak Allah. Berasal dari kata salima , yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan diri. 10 Islam dapat diartikan juga sebagai bentuk pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu Allah yang telah disampaikan melaui Nabi Muhammad saw. Di sisi lain Islam juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat manusia. 11 Rohani Islam merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang keagamaan yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan, yang ditujukkan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa. Serta menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang beragama Islam untuk memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam rangka menumbuhkembangkan bakat, kemampuan serta memperkuat pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam. Dan senantiasa menanamkan, membudayakan, mengakrabkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi para pelajar. 12 9 Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Grafika Karya Utama, 2001, Cet. 2, h. 37. 10 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. 4, h. 49. 11 Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Bandung: Pustaka, 1983, Cet. 3, h. 2. 12 Tim Kerja Permanen Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan ROHIS-OSIS Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta , Jakarta: Aries Lima, 1994, Cet. 1, h. 18. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rohani Islam adalah segala usaha dan tindakan guna mendekatkan dan memasrahkan diri kepada Allah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Agar kehidupannya dapat terpelihara dengan baik, selamat dan sejahtera serta selalu berada pada jalan kebenaran.

2. Fungsi Rohis

Kegiatan rohis berfungsi sebagai wadah untuk memperdalam pengetahuan ajaran-ajaran Islam serta sebagai sarana untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar pelajaran agama tidak hanya sampai pada aspek kognitif saja melainkan lebih dari itu yaitu sampai pada aspek afektif dan psikomotorik yang ditandai dengan praktek-praktek keagamaan seperti sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh para pelajar sesuai dengan pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan. Selain itu kegiatan rohis pun berfungsi untuk mempererat tali silaturrahmi sesama siswa dan sebagai wadah yang mampu mencirikan nilai- nilai Islami mengenai tata cara pergaulan antar sesama manusia melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam ekskul tersebut.

3. Tujuan Rohis

Tujuan bimbingan Islam secara garis besar menurut Aunur Rahim Faqih, dibagi menjadi dua yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, sebagaimana berikut: 1 Tujuan Umum Membantu individu guna mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 2 Tujuan Khusus a. membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b. membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinnya. c. membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. 13 Adapun tujuan dibentuknya rohis yaitu untuk membentuk kepribadian siswa yang Islami dan untuk menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan agama khususnya dalam hal ibadah, aqidah, dan akhlak. Dan melalui ekskul ini siswa diharapkan mampu memiliki akhlak mulia sehingga siswa dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama yang telah diperoleh dalam segala aspek kehidupan.

4. Jenis-jenis kegiatan Rohis

Rohani Islam di SMA N 29 Jakarta memiliki 5 departemen yang terdiri dari departemen asy-Syifa, dept. Orkes Olahraga dan Kesenian, dept. Dikro Pendidikan Rohis, dept. Intel Informasi dan Telekomunikasi, dan dept. Perpustakaan. Adapun kegiatan dari masing-masing departemen ialah sebagai berikut: a Departemen Asy-Syifa 1. Membuat jadwal piket ikhwan dan akhwat. 2. Membuat jadwal adzan ikhwan. 3. Mengadakan kegiatan shalat Jum’at ikhwan. 4. Menghubungi khotib saat shalat Jum’at. 5. Mengadakan kerja bakti seminggu sekali. 6. Menginventariskan alat kebersihan masjid. 7. Meningkatkan keamanan inventaris masjid. 8. Menyusun keuangan masjid. b Departemen Orkes Olahraga dan Kesenian 1. Mengadakan riyadoh sebulan sekali, seperti futsal, basket, renang, dan bulutangkis. 2. Mengadakan sparing dengan Rohis sekolah lain. 3. Mengadakah rihlah 1 semester 2 kali. c Departemen Dikro Pendidikan Rohis 1. Taklim mingguan diselingi orkes. 2. Membuat acara yang bermanfaat dan tidak monoton, contoh: riyadhoh, rukiah, tausiyah, thsin, rihlah, studi banding, nonton bareng, dan lain- lain. 13 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konselinng Dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. 2, h. 38. 3. Membuat pelatihan-pelatihan yang bersifat keagamaan. 4. Mengadakan mentoring untuk kelas X, XI, dan XII. d Departemen Intel Informasi dan Telekomunikasi 1. Mengubah isi mading minimal sebulan 2 kali. 2. Setiap Jum’at membuat buletin MIKAIL. 3. Mengisi mading sekolah tentang berita berbau Rohis. 4. Memberi informasi setiap ada acara Rohis phamplet, membuat jalur jarkom untuk pengurus dan anggota. 5. Membuat kalender even Rohis. e Departemen Perpustakaan Rohis 1. Merapihkan dan mengontrol buku-buku perpustakaan. 2. Mendata buku-buku dan peminjam. 3. Menambah koleksi buku-buku Islami. 4. Mempromosikan buku perputakaan. 5. Membuat kartu dan buku peminjam. 6. Mencari sponsor untuk koleksi buku. 14 Selain kegiatan di atas Rohis juga memiliki kegiatan lain yang dikhususkan bagi pelajar putri yakni Keputrian. Kegiatan ini diadakan setiap hari jum’at untuk mengisi kekosongan waktu ketika pelajar putra sedang melaksanakan shalat jum’at. Di samping itu ada juga kegiatan silaturrahmi ke tempat alumni, pengurus dan anggota Rohis setiap bulannya dalam rangka mempererat ukhuwah Islamiah yang telah terjalin. Dan kegiatan-kegiatan insidental lainnya.

C. Keputrian Rohis

1. Pengertian Keputrian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keputrian berasal dari kata putri yang artinya anak perempuan atau sapaan khusus untuk wanita. 15 Penambahan imbuhan ke-an pada kata putri menyatakan sifat atau keadaan. 16 Jadi keputrian menyatakan sifat seorang anak perempuan atau keadaan yang melekat pada anak perempuan yang menjadi identitas dirinya. 14 Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta. 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar ... , h. 913. 16 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan , Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. VII, h. 109. Adapun keputrian Rohis merupakan suatu wadah yang berada di bawah naungan Rohis yang dikhususkan bagi pelajar putri. Guna membahas tentang ilmu-ilmu keagamaan yang berkaitan tentang wanita seperti fiqh wanita yang memaparkan kewajiban-kewajiban serta hak-hak yang harus dilakukan oleh seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tata cara berpakaian, bersolek, serta pergaulan dengan sesama dan lawan jenis. Dalam kegiatan ini pelajar putri dapat mengeksplorasi keterampilan yang dimilikinya seperti belajar membuat kue, jamu, jus, dan lain sebagainya.

2. Fungsi Keputrian

Fungsi keputrian yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang keagamaan bagi pelajar putri khususnya yang terdapat di sekolah umum. Selain itu untuk menanamkan nilai-nilai Islam pada akhlak pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dan memberikan bekal agar kelak mereka dapat mengetahui tugas dan perannya di keluarga dan masyarakat.

3. Tujuan Kegiatan Keputrian

Kegiatan keputrian bertujuan agar pelajar putri dapat mengetahui dan memahami kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslimah terutama bagi mereka yang sudah baligh. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang wanita yang sudah baligh yaitu: 1 Mengenakan hijab syar’i, dengan cara menutup seluruh tubuh dengan pakaian yang longgar yang tidak menggambarkan lekuk liku tubuhnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 59 yang isinya ialah sebagai berikut: ﻬ ْﻴ ﺎ ﺟ ْ ﻬْﻴ ْﻴﻧْﺪ ْﻴ ْﺆ ْا ءﺎﺴﻧو ﻚﺗﺎ و ﻚﺟاوْزﺎ ْ ﻗ ا ﺎﻬ ا ﺎ ﺎً ْﻴﺣر اًرْﻮ ﻏ ﷲا نﺎآو ْذْﺆ ﺎ ْ ﺮْ ْنا ﻰﻧْدا ﻚ ذ . ”Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” 17 17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 340. 2 Menundukkan pandangan matanya atas laki-laki yang halal menikahinya. 3 Tidak bercampur baur dengan kaum lelaki. 4 Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahram. 5 Mengetahui cara bersuci dari haid. 6 Tidak boleh shalat dan puasa selama haid. Dan tidak perlu di qadha’ shalat yang ditinggalkannya selama haid, tetapi harus mengqadha’ puasa Ramadhan yang ditinggalkannya. 7 Tidak boleh berduaanberkhalwat dengan laki-laki yang bukan mahram. 8 Tidak boleh memegang mushaf Al-Qur’an dan membacanya. 9 Tidak boleh masuk masjid. 10 Tidak boleh bercampur dengan suami selagi haid. 18 Dengan demikian tujuan keputrian Rohis yaitu sebagai sarana untuk mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang muslimah dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat membentuk akhlak yang mulia pada diri mereka sejak dini.

4. Kegiatan Keputrian Rohis

Kegiatan keputrian Rohis diadakan setiap hari Jum’at pada pukul 12.00- 12.40 di ruang kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yakni berupa diskusi keagamaan yang berkaitan dengan masalah kewanitaan seperti mengkaji fiqh wanita mengenai tata cara thaharah, masalah menstruasi, tata cara berpakaian, bersolek dan lain sebagainya. Selain berdiskusi kegiatan lainnya yaitu membuat kue, memasak, membuat minum-minuman seperti jus, jamu, wedang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan agar ukhuwah antar pelajar putri dapat terjalin dengan baik dan mampu menyalurkan bakatpotensi yang dimilikinya. 19

D. Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

18 Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Jakarta: Darul Falah, 1998, Cet. 5, h. 163. 19 Arsip ekstrakurikuler Rohis-Keputrian di SMA Negeri 29 Jakarta. Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. 20 Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika Islami akhlaq yaitu ”budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia”. 21 Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya: a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. 22 b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut: ”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. 23 c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa “Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan” . 24 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ”akhlak adalah suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan 20 Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum , Jakarta: Bulan Bintang, 1996, Cet. 10, h. 253. 21 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996, Cet.2, h. 26. 22 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27. 23 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3. 24 Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. 2, h. 10. lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan ”. 25

2. Sumber Akhlak

Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baikburuk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan al-Qur’an dan as- Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan Rasul- Nya. 26 Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah agar tidak terjadi penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab, amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak al-madzmumah akhlak tercela seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar, ghibah, dan lain sebagainya.

3. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak

Menurut Jalaluddin prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan terhadap akhlak, meliputi dasar pandangan bahwa: 1 Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan dipelajari. 2 Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan pembiasaan yang baik. 3 Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi, dan kondisi masyarakat serta adat istiadat dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak tidak selalu terpelihara, kebaikan dan keburukan berpengaruh bagi pembentukan akhlak. 4 Akhlak sejalan dengan fithrah dan akal sehat common sense manusia, yaitu cenderung kepada yang baik. 5 Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 25 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf , Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, Cet. 2, h. 30. 26 Novi Hardian, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003, h. 156-157. 6 Akhlak yang mulia Akhlak Al-Karimah merupakan realisasi dari ajaran Islam. 7 Akhlak berintikan bertanggungjawab terhadap amanat Allah, sehingga dinilai berdasarkan tolok ukur yang diisyaratkan Allah dalam ajaran Islam. 27

4. Macam-macam Akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak al-madzmumah. 1 Akhlak al-Karimah Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: a. Akhlak Terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut: Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistemawaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya. Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya. Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau siap untuk dimanfaatkan. 28 Adapun akhlak kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut: • Mentauhidkannya. • Mencintai-Nya di atas segalanya dengan cara menaati perintah, menjauhi larangan dan mendahulukanmengutamakan-Nya. • Bertakwa. 27 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 3, h. 45. 28 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52. • Selalu mengingat-Nya zikrullah baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan. • Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya, dll. 29 b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik- baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 30 Beberapa contoh akhlak al-karimah terhadap diri sendiri yaitu: • Sabar tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran. • Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri. • Rendah hati; tidak sombong, angkuh egoistik. • Jujur terhadap hati nurani dan pikiran sendiri. • Menjaga kesucian, kebersihan dan kerapian diri. • Berperilaku halus, yaitu ramah, santun dan tidak emosional. • Dapat dipercaya, tidak curang atau khianat. • Ksatria; berani karena benar, bertanggung jawab. • Tidak ambisius yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan. 31 c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain. 32 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun contoh- contohnya yaitu sebagai berikut. Akhlak kepada orang tua: • Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi didalamnya tidak terkandung kedurhakaan, • Berbicara dihadapan kedua oranng tua dengan cara yang lembut dan tidak berbicara keras dihadapan keduanya, • Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian, 29 Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 209. 30 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55. 31 Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210. 32 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 57. • Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun, • Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll. Akhlak kepada kaum kerabat: • Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu; • Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka jika membutuhkan; • Melibatkan mereka dalam berbagai acara khusus, asalkan tidak bertentangan dengan syariat, dan saling memeberikan hadiah pada saat itu; • Menjenguk orang yang sakit diantara mereka, dll. Akhlak kepada teman: • Rendah hati dan tidak sombong; • Saling kasih mengasihi; • Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat; • Selalu membantu keperluan teman; • Menjaga teman dari gangguan orang lain; • Memberi nasihat; • Mendamaikan bila berselisih; • Doakan dengan kebaikan. 33 Akhlak kepada masyarakat: • Persaudaraan, baik seagama, sebangasa, setanah air, kemanusiaan. • Tolong menolong. • Toleransi dan berlaku adil. • Pemurah. • Penyantun menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. • Pemaaf. • Menepati janji. • Musyawarah. • Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll. 34 d. Akhlak terhadap lingkungan dan alam Prinsip umum akhlak al-karimah yang mulia terhadap lingkungan dan alam diantaranya yaitu; memikirkan penciptaan dan hukum- hukumnya, melestarikannya, dan memanfaatkannya. Adapun contoh- contoh akhlak yang baik terhadap lingkungan dan alam yaitu: 33 Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi..., h. 129-130. 34 Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210. • Memperhatikan, meneliti, dan merenungkan penciptaannya. • Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam. • Memanfaatkannya dengan tidak borosmubazir, tidak kikir. • Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat. 35 2 Akhlak al-Madzmumah Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak al- Madzmumah yaitu sebagai berikut: a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim. c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. 36

5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak terbagi menjadi 3, yaitu: 1 Aliran Nativisme Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain- lain. 2 Aliran Empirisme Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. 35 Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211. 36 Muchtar M. Rani, ”Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah” , dari http:3puspainspirasi.blogspot.com200911akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html, 06 Maret 2010. 3 Aliran Konvergensi Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. 37 Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini: ☺ ⌧ ☺ ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Q.S. An-Nahl: 78 38 Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama. Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah: ةَﺮْﻄ ْا ﻰََ ﺪَْﻮ ﺎﱠإ دْﻮ ْﻮَ ْﻦ ﺎَ , ﺎَﺴ َﻤ ْوَأ ﻪ اَﺮﺼْ ْوَأ ﻪ اَدﻮَﻬ اَﻮَﺑ َﺄَ ﻪ , َء ﺎَ ْﻤَ ًﺔَﻤْﻴﻬَﺑ َﺔَﻤْﻴﻬَْا َْ ﺎَﻤَآ , ؟َءﺎَ ْﺪَ ْﻦ ﺎَﻬْﻴ َنْﻮﺴ ْ َه ﱠﻢ ﺿَر َةَﺮَْﺮه ﻮﺑَأ لْﻮﻘَ ﻪَْ ﷲا َ ﺎَﻬْﻴََ َسﺎﱠ ا َﺮَﻄَ ﱠا ﷲا َةَﺮْﻄ , َ ْﺪَْ َ ﷲا ﻖَْ , ﻢﻴَﻘ ْا ﻦْ ﺪ ا َﻚ اَذ “tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah kesucian maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan 37 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 166-167. 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 220. atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang demikian itu agama yang lurus” HR. Bukhari. 39 Ayat dan hadits tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua. 40 Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring: Panduan Keislaman Untuk Remaja, mengatakan bahwa faktor-faktor pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya: 1 Al-Wiratsiyyah Genetik Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara ”keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya. 2 Al-Nafsiyyah Psikologis Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga misalnya ibu dan ayah tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. 3 Syariah Ijtima’iyyah Sosial Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang. 4 Al-Qiyam Nilai Islami Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakangaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhoan Allah. 41

6. Metode Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan: َق َ ْ َﺎْ َم َر ﺎَﻜَ ﱠﻢﻤَ ﺎ ْ ﺑ , ْن ﺎﱠﺣ ﻦْﺑا اَو َر ” Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” 39 Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, tth, h. 118. 40 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 168-169 41 Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman…, h. 157. HR. Ibnu Hibban 42 Dalam pembinaan akhlak perlu diketahui tentang perbedaan psikologis setiap individu antara anak-anak, remaja dan dewasa. Sehingga dalam proses pembinaan akhlak dapat diberikan metode yang tepat. Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan akhlak diantaranya: 1 Pembiasaan secara kontinyu Pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah. 2 Paksaan Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan terus- menerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan. 3 Keteladanan Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi, dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh 42 Ibnu Hibban, Al-Mustadrak Ala Sohihain, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990, Juz. 2, h. 670. teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang berbunyi: ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ ” Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah .” Q.S. Al-Ahzab: 21 43 4 Introspeksi Diri Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan. 44 Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan pertanggungjawaban di hadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan dan kebaikan melainkan menuliskannya. 45 5 Nasehat Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya kata- kata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata ini biasanya berupa nasehat. Namun nassehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena di 43 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 336. 44 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, h. 164-166. 45 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Ma’al mu’allimin Oleh Ahmad Syaikhu, Jakarta: Darul Haq, 2002, h. 76. dalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus memerlukan pengarahan dan pembinaan. 46

7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang

Dihadapinya Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. 47 Siswa sekolah menengah berusia sekitar 12 sampai 18 tahun. Masa ini dikenal dengan masa remaja. Masa remaja disebut pula sebagai masa adolecenes, yang berarti mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Menurut M. A. Priyatno D. yang dikutip dalam bukunya Sahilun A. Nasir, bahwa, “rentangan usia remaja adalah antara 13-14 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock membagi usia remaja menjadi usia pra remaja yaitu antara usia 10-12 tahun, usia remaja awal yaitu antara usia 13-16 tahun dan usia remaja akhir yaitu antara usia 17-21 tahun”. 48 Sedangkan menurut Sahilun A. Nasir masa remaja adalah: “masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah, tetapi adapula yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan masa nyentrik”. 49 Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan menyatakan bahwa “masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada awal masa remaja, identitas yang dicari remaja berusaha untuk 46 Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,..., h. 334. 47 Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, Cet. 1, h. 109. 48 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999, Cet. 1, h. 70. 49 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 64. menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat, dan apakah ia seorang anak atau seorang dewasa?”. 50 Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi individu yang tergolong labil terhadap fenomena kehidupan yang mereka hadapi. Dalam dirinya, remaja mengalami problem individual yang disebut identitas ego, dimana pada saat itu remaja berusaha mencari identitas dirinya dengan tidak mau menerima keterlibatan orang lain dalam setiap permasalahan. “Remaja dalam kehidupan tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan seperti kebutuhan yang bersifat biologis, psikis, maupun yang bersifat sosial, maka sehubungan dengan kebutuhan remaja tersebut timbullah berbagai problem yang dihadapi oleh remaja-remaja”. 51 Adapun jenis-jenis problema yang dihadapi oleh remaja menurut Zakiah Darajat, diantaranya: 1 Problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar. 2 Problem sekolah. 3 Problem kesehatan. 4 Problem keuangan. 5 Problem seks. 6 Problem persiapan untuk berkeluarga. 7 Problem keluarga. 8 Problem pribadi emosi. 9 Problem perkembangan pribadi dan sosial. 10 Problem pengisian waktu terluang. 11 Problem agama dan akhlak. 12 Problem kehidupan masyarakat. 52 50 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. 1, h. 162. 51 Sofyan S. William, Problema Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Aksara, 1981, Cet. 3, h. 69. 52 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 75. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat siswa sekolah menengah yang berada pada masa remaja tergolong labil dan merupakan masa pencarian identitasjati diri yang membawa mereka pada problematika kehidupan. Pada penyelesaian problem-problem tersebutlah mereka dilatih untuk mengatasi sifat labil tersebut dan menemukan identitas diri yang mereka cari. Hingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka inginkan.

E. Kerangka Berpikir

Efektivitas merupakan suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal secara optimal. Sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan yang ada di sekolah yang berada di bawah naungan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler ini disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pun berfungsi sebagai sarana untuk menambah wawasan pemahaman siswa berkaitan dengan berbagai macam pelajaran yang diberikan di sekolah. Rohis Kerohanian Islam merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang berada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Ekskul tersebut dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa tentang pelajaran agama yang masih sangat minim diberikan di kelas. Ekstrakurikuler Rohis memiliki beberapa program kegiatan salah satu diantaranya yaitu kegiatan Keputrian. Kegiatan Keputrian dikhususkan bagi pelajar putri sebagai wadah untuk memperoleh wawasan keislaman mengenai hal-hal yang berkaitan tentang perempuan dan sebagai sarana dalam mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama yang telah didapat dalam proses pembelajaran agar terbentuk akhlak yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak merupakan perangai atau tabiat seseorang yang sudah tertanam kuat dalam jiwa. Akhlak terjadi tanpa adanya proses pemikiran yang panjang atau terjadi secara spontanitas dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri seseorang. Baik buruknya akhlak seseorang bergantung pada proses pembentukan akhlak. Jika sumber pembentukan akhlak sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan lahir akhlak terpuji dalam jiwa. Namun, sebaliknya apabila sumber akhlak tersebut bertentangan dengan al- Qur’an dan as-Sunnah maka yang akan lahir pada perbuatan seseorang yaitu akhlak tercela. Maka hal yang sangat diperhatikan dalam proses pembentukan akhlak yaitu faktor internal dan faktor eksternal seseorang. Faktor internal meliputi pembawaan, bakat atau potensi yang dimiliki oleh seseorang. Sementara faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dimana seseorang tinggal dan menetap. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam proses terbentuknya akhlak seseorang. Untuk membentuk akhlak seseorang diperlukan pembinaan terhadap akhlak tersebut, pembinaan yang dilakukan dapat melalui berbagai macam metode diantaranya yaitu; pembiasaan secara kontinyu, paksaan, keteladanan, introspeksi diri, dan nasehat. Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi individu yang tergolong labil dalam menghadapi permasalahan mereka sehari-hari. Sebagai remaja yang labil mereka memiliki berbagai macam problem yang harus dihadapi. Problem- problem tersebut diantaranya yaitu; problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar, sekolah, kesehatan, keuangan, seks, keluarga, pribadi emosi, agama dan akhlak, serta problem lainnya. Dari uraian di atas, penulis berasumsi bahwa kegiatan keputrian Rohis akan menjadi sangat efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga pendidikan, khususnya di sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai wadah bagi proses pembentukan akhlak siswa terutama bagi pelajar putri di sekolah menengah yang sedang mengalami masa pencarian identitas diri sehingga dapat menambah wawasan bagi mereka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan peran seorang perempuan. Melalui kegiatan keputrian pula para pelajar dapat mengaktualisasikan nilai- nilai ajaran Islam yang telah diperoleh selama proses pembelajaran. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMA Negeri 29 Jakarta yang beralamat di Jl. Kramat No. 6 Kebayoran Lama. Adapun waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai dari bulan April - Juni 2010.

B. Variabel Penelitian

”Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. 1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris mengenai kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak siswa, yaitu: 1. Variabel bebas variabel independen, yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu kegiatan Keputrian Rohis variabel X. 2. Variabel terikat variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu pembentukan akhlak siswa variabel Y. 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13, h. 118.