pengaruh pendidikan agama islam terhadap akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Zakiya

1810011000051

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SMA

Negeri 51 Jakarta.

Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam, Akhlak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 51 Jakarta, dan untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta serta untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta, penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014 di SMA Negeri 51 Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah koralesional deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket. Sedangkan tehnik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta.

Hasil penelitian bahwa nilai r hitung sebesar 0,364, r tabel 0,250 dan termasuk kategori yang rendah ( nilai r hitung pada rentang 0,20 - 0,39) dengan KD sebesar 13,2 % . Karena nilai r hitung > r tabel dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demkian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta. Dan ini berarti kontribusi yang diberikan hanya sebesar 13,2%


(6)

ii

KATA PENGANTAR











Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan, kesempatan dan kasih sayang serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang-benderang.

Dalam pembuatan skripsi ini terdapat berbagai kesulitan. Alhamdulillah selama menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena, MA.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam.

3. Marhamah Saleh, Lc. MA selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agma Islam 4. Dr. Akhmad Sodiq, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Para dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Drs. H. Aris Gunandar, M.M selaku kepala sekolah SMA Negeri 51 Jakarta beserta para guru, staf dan karyawan.

7. Mugi Sembadani,S.Pd. selaku wakil kepala bidang kurikulum 8. Yenny, S.Pd. selaku wakil kepala bidang sarana dan prasarana

9. Drs. Suwondo dan staf TU SMA Negeri 51 Jakarta yang telah membantu penulis dalam memberikan data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.


(7)

iii

10.Suami tercinta Wawan Kurniawan,S.Pd.I, atas segala dukungannya serta kesetiaannya dalam menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Ayahanda H. Muchtar dan Ibunda Hj. Maryam, atas doa serta kasih sayang mereka yang tak terhingga kepada penulis dari lahir sampai dengan saat ini. 12.Ayah mertua Endang Istohari dan Ibu mertua Ita Rosita, atas doa dan

dorongan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Anak tersayang, Marwah Nur’Afifah yang menjadi sumber kebahagiaan bagi

penulis sehingga penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 14.Kakak-kakakku tersayang, Tarwiyah, Imron, Ida Farida, Ahmad Fauzi, Nurdin

serta Eli Murniasih yang terus memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

15.Sahabat-sahabatku Irmah Wati, Rima Oktaria yang selalu memberikan saran dan semangat kepada penulis.

16.Teman-teman DMS PAI kelas B

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT, dan menjadi catatan amal baik untuk kita semua.

Jakarta, 10 April 2014

Penulis


(8)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ... 9

1. Pengertian Pendidikan Islam ... 9

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 11

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 14

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 15

5. Komponen Pembelajaran ... 17

B. Akhlak ... 18

1. Pengertian Akhlak ... 18

2. Macam-macam Akhlak ... 21


(9)

v

4. Cara Pembinaan Akhlak ... 27

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

D. Kerangka Berfikir... 30

E. Hipotesis ... 31

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisi Data ... 36

F. Hipotesis Statistik ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 39

1. Sejarah Berdiri SMA Negeri 51 Jakarta ... 39

2. Visi dan Misi ... 39

3. Kurikulum dan Prestasi yang dicapai ... 40

4. Sarana dan Prasarana ... 41

B. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 42

1. Pengolahan Data... 42

2. Hasil Uji Koefisien Korelasi ... 58

3. Hasil Uji Hipotesis ... 62

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 63

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

D. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel X (Pendidikan Agama Islam)……… 33

Tabel 2 Variabel Y (Akhlak)………. 34

Tabel 3 Kisi-kisi Instrument Pengumpulan Data Variabel X dan Y…. 34 Tabel 4 Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment………. 36

Tabel 5 Rekapitulasi Keadaan siswa SMAN 51 Jakarta……… 41

Tabel 6 Penjelasan dari guru mudah dipahami……….. 42

Tabel 7 Memperhatikan Ketika guru sedang menyampaikan materi… 43 Tabel 8 Guru masuk kelas tepat waktu………. 43

Tabel 9 Materi-materi yang diberikan guru, menambah keyakinan Saya tentang agama Islam………. 44

Tabel 10 Saya menyukai pelajaran agama Islam……….. 44

Tabel 11 Guru menggunakan waktu belajar secara efektif……….. 45

Tabel 12 Metode yang digunakan guru, dapat menambah ketertarikan Terhadap pembelajaran agama Islam……… 46

Tabel 13 Guru menggunakan multi media yang dapat menggugah hati. 46 Tabel 14 Guru tidak hanya menggunakan buku pelajaran sebagai Sumber belajar……….. 47

Tabel 15 Guru bersikap adil terhadap siswa-siswinya………. 48

Tabel 16 Saya merasa gelisah ketika meninggalkan shalat………. 48

Tabel 17 Saya menyesal ketika melakukan dosa……… 49

Tabel 18 Ketika saya berbuat dosa, saya segara bertaubat………. 49

Tabel 19 ketika saya berbuat kesalahan saya mengucap istighfar…….. 50

Tabel 20 Saya selalu berdoa kepada Allah………. 50

Tabel 21 Saya yakin doa saya akan dikabulkan Allah………... 51

Tabel 22 saya mengharapkan pahala dari Allah………. 51

Tabel 23 Saya yakin dengan kebesaran Allah……… 52


(11)

vii

Tabel 25 Ketika teman mendapat prestasi, saya mengucapkan selamat

Kepadanya………. .. 53

Tabel 26 Saya termotivasi melihat prestasi orang lain……….. . 53

Tabel 27 Saya merasa ikhlas dalam bekerja dan belajar………... . 54

Tabel 28 Saya tidak mempercayai ramalan/ zodiac……….. . 54

Tabel 29 Jika saya berjanji akan saya tepati………. . 55

Tabel 30 Saya melakukan shalat 5 waktu………. . 55

Tabel 31 Saya patuh terhadap ayah dan ibu………. .. 56

Tabel 32 Saya merasa bahagia bila berada dekat dengan keluarga….... 56

Tabel 33 Saya bersikap lamah lembut terhadap kedua orang tua…… .. 57

Tabel 34 Saya tidak meminum-minuman keras………... .. 57

Tabel 35 Saya menjaga amanah orang lain………. .. 58

Tabel 36 Hasil perhitungan Korelasi Product Moment………. . 59


(12)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitroh,orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani/Majusi. Seperti pada hadits Rasulullah SAW:

“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah

dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau

Majusi (penyembah api dan berhala)”. (HR. Bukhari)1

Dalam surat Al-Rum ayat 30:







































































“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)

agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.2

Ayat diatas menunjukkan bahwa manusia lahir membawa fitrah (potensi), tetapi fitrah itu dapat berkembang, dan akan berkembang sesuai dengan usaha manusia itu sendiri. Dalam hal ini perkembangan fitroh tersebut dapat berkembang melalui pendidikan. Baik itu pendidikan dalam keluarga, sebagai unsur terkecil dalam masyarakat, maupun pendidikan formal yaitu melalui pembelajaran disekolah

1

Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Nabi Muhammad,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. VIII, h.243. 2Al-Qur’an dan Terjemahnya,


(13)

.Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.3

Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Dalam al-Qur’an surat al-Tahrim ayat 6 Allah berfirman:





































































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.4

Ayat ini memberikan isyarat kepada para orangtua bahwa mereka diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari murka Tuhan. Satusatunya cara untuk menghindari siksa api neraka atau murka Tuhan adalah dengan beragama yang benar.5

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.Di samping itu pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang

3

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IV, h. 37.

4

Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 561. 5


(14)

demikian, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan sebagai lembaga hdup manusia yang member peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat.6

Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yag

menyatakan bahwa: “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”7

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas, maka mutu pendidikan agama Islam perlu ditingkatkan terutama masalah pembentukan akhlak, agar pengetahuan tentang agama dapat seimbang dengan pengetahuan umum yang dimilikinya.Agar siswa dapat bahagia dan selamat dunia dan akhirat.

Pendidikan merupakan salah satu bidang garapan yang amat penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena pembangunan suatu bangsa yang tidak dibarengi dan diiringi pembangunan akhlak, moral dan etika, maka pembangunan itu tidak akan seimbang, jika pendidikan hanya mementingkan ilmu pengetahuan umum, tanpa diberikan ilmu agama dan penanaman akhlak, maka akan tumbuh generasi bangsa yang pintar dan beri lmu tetapi tidak berakhlak. Generasi bangsa yang seperti itu yang akan membawa kehancuran pada bangsanya. Seperti saat ini, kemerosotan moral generasi muda sudah mulai terasa.Seperti banyaknya pemuda yang

6

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h.35-36.

7

Abd.Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang


(15)

mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, tawuran pelajar, merokok dan mengkonsumsi minuman keras, geng motor dan lain sebagainya.

Remaja Indonesia saat ini tak lagi menjunjung norma-norma kesopanan dan budi pekerti.Dimasa kini mereka tumbuh dalam pengaruh budaya asing yang sarat dengan kebebasan dan tanpa memperdulikan arti pentingnya ajaran agama.Hal ini dibuktikan oleh data kasus-kasus yang diperoleh beberapa lembaga sosial di Indonesia, kenakalan remaja setiap tahun menunjukkan peningkatan yang cukup mengejutkan.8

Pada tahun 2003 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan survey dilima kota besar, diantaranya Bandung, Surabaya dan Yogyakarta, dinyatakan 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah melakuka hubungan seks dengan pacar mereka. Selanjutnya Annisa Foundation pada tahun 2006, seperti dikutip Warta Kota. Diberitakan 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur sudah melakukan hubungan seksual. Hasil suvei teranyar yang dilakukan BKKBN pada 2010 menunjukkan sebanyak 51 persen remaja di Jabodetabek tidak perawan lagi karena telah melakukan hubungan seks pranikah.9

Beberapa contoh lain tentang kenakalan remaja adalah : 1. Berani atau suka menentang orang tua

2. Berpakaian tidak sopan atau tidak diterima oleh masyarakat 3. Sering malas atau membolos tidak sekolah

4. Berpesta pora semalam suntuk

5. Suka membaca buku-buku cabul dan porno 6. Meminum minuman keras

7. Merokok ditempat umum sebelum batas umur yang pantas 8. Membawa alat-alat yang membahayakan bagi orang lain

8

Muslimah Intelektual, ”Fakta Mengejutkan Remaja Indonesia”, 2012, (http://www.choirunnheesha.blogspot.com).


(16)

9. Mengebut dijalan umum, dan lain sebagainya10

Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai dimata generasi muda.Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka.Para remaja mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, dimana berkecamuk budaya asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.Mereka mulai kehilangan pegangan agama dalam hidup mereka.11

Apabila masalah keadaan itu dibiarkan berjalan dan berkembang, maka pembangunan bangsa akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara materil dan spiritual antara kehidupan dunia dan akhirat.12

Untuk mengatasi berbagai macam keburukan akhlak tersebut, maka diperlukan pendidikan Agama Islam untuk membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.13

Pendidikan agama disekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah yang ditujukan kepada jiwaa atau pembentukan

10

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 82-83.

11

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), Cet. XVII, h. 153-154.

12Ibid,

h. 154. 13


(17)

kepribadian.Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-laranganNya.Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul.14

Dengan ringkas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama sangatlah penting dalam pembentukan akhlak siswa.

Dari latar belakang inilah, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian secara langsung dan mengangkat judul skripsi

“PengaruhPendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SMA

NEGERI 51 JAKARTA”

Alasan pemilihan judul tersebut adalah:

1. Krisis moral yang sangat kompleks dan banyak menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat, orang tua dan guru agama pada khususnya.

2. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa seseorang sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.

3. Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika diutus sebagai Rosulullah.

4. Menyadari akan pentingnya pendidikan agama disamping pendidikan umum.

5. Kesadaran seorang pelajar agar tidak hanya meiliki ilmu agama saja tetapi harus memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

14 Zakiah Daradjat, “Kesehatan Mental”, (Jakarta:Toko Gunung Agung, 2001), h.124 -125.


(18)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyajikan permasalahan yang muncul sehingga dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya pendidikan agama Islam

2. Peran dan tugas serta tanggung jawab Pendidikan Agama Islam. 3. Faktor yang menyebabkan krisis moral yang terjadi pada siswa.

4. Langkah-langkah yang ditempuh guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan dan mengembangkan akhlakul karimah.

C.

Pembatasan Masalah

Agar pemahaman dalam pembahasan ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi permasalahannya, yaitu:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. 2. Pembentukan Akhlak

3. Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta

D.

Perumusan Masalah

Dalam perumusan masalah, penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pendidikan Agama Islam di sekolah 2. Bagaimanakah Akhlak siswa SMAN 51 Jakarta

3. Bagaimanakah pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 51 Jakarta.


(19)

2. Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta.

F.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 51 Jakarta.

2. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.


(20)

9

A.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan pada umunnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyaratnya.2

Menurut Soegarda poerbakawaca, pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.3

Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha menanamkan sesuatu kepada peserta didik melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan sengaja, berupa bimbingan, pimpinan, bantuan, pengajaran, dan latihan yang ditujukan kepada peserta didik dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya menuju tujuan yang diharapkan.

1

Abd.Rozak, fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang

Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 4

2

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. IV, h. 4 3

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. III, h.10


(21)

Setelah menguraikan tentang pendidikan selanjutnya penulis akan mengemukakan tentang pengertian pendidikan agama Islam.

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan pasal 1 ayat 1 pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang kurangnya melalui pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.4

Menurut Zakiah daradjat pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjalankan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.5

Menurut Sahilun A. Nasir pendidikan agama Islam ialah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam pribadinya, dimana ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenar-benarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya.6

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu proses bimbingan dan bantuan secara sadar dan sengaja terhadap anak didik yang dilandasi dengan ajaran Islam, dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani

4

Abd.Rozak, fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang

Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 144

5

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. III, h. 86 6

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h.11-12


(22)

dan rohaninya menuju kepada terbentuknya kepribadian yang utama atau dengan kata lian kepribadian muslim.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh tahapan sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan Islam secara Universal

Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam yag dirumuskan dari berbagai pendapat para pakar pendidikan seperti al-Attas, Athiyah, al-Abrasy, Munir, Mursi, Ahmad D. Marimba, Muhammad Fadhil al-Jamali Mukhtar Yahya, Muhammad Quthb, dan sebagainya.7 Rumusan tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

Pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan keperibadian manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akkhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, pada tingkat perorangan, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.8

b. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam nasional ini adalah tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh setiap

7

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h. 61. 8Ibid


(23)

Negara Islam.Dalam hal ini maka setiap Negara Islam merumuskan tujuan pendidikannya dalam mengacu kepada tujuan universal.Tujuan pendidikan Islam secara nasional di Indonesia, secara eksplisit belum dirumuskan, karena Indonesia bukanlah negara Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam nasional dirujuk kepada tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional sebagai berikut:

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.9 c. Tujuan Pendidikan Islam secara Institusional

Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam secara institusional adalah tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak, samapi dengan perguruan tinggi.10

Pada tujuan instruksional ini bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan Islam.Karena itu setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Islam sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya.11

d. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat program Studi (kurikulum) Tujuan pendidikan Islam pada tingkat program studi adalah tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan program studi.Rumusan tujuan pendidikan Islam pada tingkat kurikulum ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam

9

Abd.Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang

Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 6.

10

Abuddin Nata, Op. cit. h. 64 11


(24)

yang dilalui dan dialami olehh siswa di sekolah, dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.12

e. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata Pelajaran

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran Islam yang terdapat pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu.misalnya tujuan mata pelajaran tafsir yaitu peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkna ayat-ayat al-Qur’an secara benar, mendalam dan komprehensif.13

f. Tujuan pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan adalah tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan (kompetensi) utama dan komptensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.14

g. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Sub Pokok Bahasan

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat sub pokok bahasan adalah tujuan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan yang terlihat pada indikator-indikatornya secara terukur.15

Dari ketujuh tahapan tentang tujuan pendidikan agama Islam dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam adalah menanamkan nilai-nilai keagamaan agar siswa mempunyai kecakapan

12

Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. V, h. 79.

13

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h. 65

14Ibid.

15Ibid , h. 66.


(25)

dalam bersikap dan bertindak, menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, serta mengamalkan ajaran agama.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.16

16

Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. I, h.


(26)

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam disekolah dapat membentuk siswa-siswi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mempunyai pegangan hidup, mampu menghindari diri dari perbuatan tercela, dan mempunyai kepercayaan diri dalam mengembangkan potensinya.

4. Ruang Lingkup Pengajaran Agama Islam

a. Pengajaran Keimanan

Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan menurut ajaran Islam. Dalam hal keimanan inti pembicarannya adalah tentang keesaan Allah. Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut jugaa “Tauhid”

Ruang lingkup pengajaran keimanan ini meliputi rukun iman yang enam. Yang perlu digaris bawahi dalam pengajaran keimanan ini guru tidak boleh melupakan bahwa pengajaran keimanan banyak berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perasaan. Nilai pembentukan yang diutamakan dalam mengajar ialah keaktifan fungsi-fungsi jiwa. Yang terpenting adalah anak diajarkan supaya menjadi orang beriman, bukan ahli pengetahuan keimanan.17

b. Pengajaran Akhlak

Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak membicarakan nilai sesuatu perbuatan menurut ajaran agama, membicarakan sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran agama, membicarakan berbagai hal yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada

17

Zakiah Darajat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. V, h. 63-68.


(27)

diri seseorang secara umum. Ruang lingkup akhlak secara umum meliputi berbagai macam aspek yang menentukan dan menilai bentuk batin seseorang.18

c. Pengajaran Ibadat

Hal terpenting dalam pengajaran ibadat adalah pembelajaran ini merupakan kegiatan yang mendorong supaya yang diajar terampil membuat pekerjaan ibadat itu, baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan. Dengan kata lain yang diajar itu dapat melakukan ibadat dengan mudah, dan selanjutnya akan mendorong ia senang melakukan ibadat tersebut.19

d. Pengajaran Fiqih

Fiqih ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/ membahas/ memuat hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur’an, Sunnah dan dalil-dalil Syar’I yang lain.20

e. Pengajaran Qiraat Qur’an

Yang terpenting dalam pengajaran ini adalah keterampilan membaca al-Qur’an yang baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Pengajaran al-Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata), selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Melatih membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang benar pada tingkat permulaan, akan membantu dan mempermudah mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkat membaca dengan irama.21

f. Pengajaran Tarikh Islam

Pengajaran tarikh Islam adalah pengajaran sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Tujuan belajar sejarah Islam adalah agar mengetahui dan mengerti

18 Ibid

, h. 68-72.

19Ibid,

h. 76. 20Ibid

, h. 78. 21Ibid


(28)

pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Hal ini bertujuan untuk mengenal dan mencintai Islam sebagai agama dan pegangan hidup.22

Demikian beberapa ruang lingkup pendidikan agama Islam yang diajarkan disekolah, baik di madrasah maupun di sekolah umum, jika di madrasah ruang lingkup tersebut menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, sedangkan di sekolah umum semua menjadi satu kesatuan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.

5. Komponen Pembelajaran

a. Anak Didik

Yaitu pihak yang merupakan obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilaksanakan hanyalah untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.23

b. Pendidik

Yaitu subyek yang melaksanakan Pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.24

c. Materi

Yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.25

d. Metode

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak

22

Ibid, h. 110-113.

23

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 14 24

Ibid 25


(29)

didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan miliki oleh anak didik.26

e. Evaluasi

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau tahapan tertentu. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.27

Demikian telah dijabarkan tentang komponen pembelajaran, kelima komponen tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi dalam proses pembelajaran, jika ada satu dari kelima komponen tidak ada atau tidak optimal maka dalam proses pembelajaranpun tidak akan menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

B.

Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Pengertian akhalak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.Secara linguistic kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari

26

Ibid, h. 15 27


(30)

kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas.28

Pemakaian kata akhlak atau khulq kedua-duanya dijumpai baik dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, sebagai berikut:











“Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung”.(Q.S. al-Qalam : 4)29











“ (agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang

dahulu”. (Q.S. al-Syu’ara: 137)30

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya”. (H.R Turmuzi). 31

“Bahwasahnya akudiutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti”. (H.R Ahmad).32

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, dapat merujuk kepada para pakar dibidang ini, sebagai berikut:

a. Menurut Ibnu miskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.

28

Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat &

Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25.

29

Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 565.

30

Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 374. 31

Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Nabi Muhammad,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. VIII, h.262.

32 Ibid


(31)

b. Menurut al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

c. Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.33

Dari beberapa definisi akhlak diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang timbul tanpa memerlukan pemikiran karena sudah tertanam dalam hati atau suatu perbuatan yang reflek yang sudah terbiasa dilakukan sehingga dalam melaksanakannya tidak memerlukan memikiran yang panjang karena sudah terbiasa.Akhalk adalah cerminan dari hati.

Keseluruhan dari definisi akhlak tersebut diatas tampak tidak ada yang bertentangan, memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri perbuatan akhlak adalah sebagai berikut:

1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudahdan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar.

3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari kalam diri dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atu tekanan dari luar.

33Ibid


(32)

4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

5) Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.34

2. Macam-macam Akhlak a. Akhlak al-Karimah

Akhlak yang mulia dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Akhlak Baik terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah SWT.

a) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.

b) Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera hati nurani dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.

c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupa yang terdapat dibumi, seperti tumbuhan, air,

34

Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat &


(33)

udara, binatang, dan lain sebagainya. Semua itu tunduk kepada kemauan manusia, dan siap untuk dimanfaatkan.35 Akhlak baik terhadap Allah , secara garis besar meliputi:

(1) Bertaubat, sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi serta melakukan perbuatan baik.

(2) Bersabar, sikap yang betah/ menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya.

(3) Bersyukur, sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

(4) Bertawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berbuat semaksimal mungkin.

(5) Ikhlas, sikap yang menjauhkan diri dari riya ketika mengerjakan amal baik.

(6) Raja’, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi dari Allah SWT

(7) Bersikap takut, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah SWT.36

Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT dan berakhlak baik kepada Allah. Begitupun para remaja agar selalu berprasangka baik kepada Allah dan selalu mengingat Allah dimanapun mereka berada agar tidak terpedaya dengan kehidupan dunia.

2) Akhlak Baik terhadap Diri Sendiri

Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu

35Ibid

, h. 49-53

36 Ibid,


(34)

sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan Nabi Muhammad SAW maka setiap umat Islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut:

a) Hindarkan minuman beracun/ keras b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik c) Memelihara kesucian jiwa

d) Pemaaf dan pemohon maaf e) Sikap sederhana dan jujur f) Hindarkan perbuatan tercela37 3) Akhlak Baik terhadap Sesama Manusia

Manusia sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Karena itu perlunya menciptakan suasana yang baik satu sama lain, berakhlak yang baik dengan sesama manusia diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan, dan mengunjungi orang sakit.38

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain, untuk itu berbuat baik terhadap sesama merupakan hal terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, saling berhargai dan saling menghormati akan menciptakan keharmonisan di dalam kehidpan bermasyarakat.

b. Akhlak al-Madzmumah

Akhlak madzmumah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu maksiat lahir dan maksiat batin.Maksiat lahir adalah segala sifat yang tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan,

37Ibid

, h. 55-56 38Ibid


(35)

mulut, mata, telinga dan sebagainya.Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat yang tercela yang diperbuatoleh anggota batin, yaitu hati.39

1) Maksiat-maksiat Lahir a) Maksiat Lisan

(1) Berkata yang tidak memberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain

(2) Berlebih-lebihan dalam percakapan, sekalipun yang dipercakapkan tersebut berguna

(3) Berbicara hal yang batil

(4) Berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang lain (5) Berkata kotor, mencaci maki atau mengungkapkan kata

laknat baik kepada manusia, binatang, maupun benda-benda lainnya

(6) Menghina, menertawakan atau merendahkan orang lain (7) Berkata dusta.40

b) Maksiat Telinga

Diantara maksiat telinga adalah mendengarkan pembicaraan suatu golongan yang mereka itu tidak senang kalau pembicaraannya didengar oleh orang lain. Juga mendengarkan bunyi-bunyian yang dapat melalaikan untuk ibadah kepada Allah SWT, atau suara apapun yang di haramkan, seperti suara orang yang mengumpat, mengadu domba, dan lain sebagainya, kecuali mendengarnya itu karena terpaksa atau tidak sengaja, sedang ia sendiri membenci kemungkaran-kemungkaran tersebut.41

c) Maksiat Mata

39

Asep Umar Ismail, Wiwi St Sajarah, dan Sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta, 2005), h. 30.

40Ibid,

h. 31. 41Ibid


(36)

Maksiat mata ialah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya seperti seorang laki-laki melihat aurat perempuan, dan sebaliknya seorang perempuan melihat aurat laki-laki.42

d) Maksiat Tangan

Maksiat tangan ialah menggunakan tangan untuk hal-hal yang haram, atau sesuatu yang dilarang oleh agama Islam, seperti mencuri, merampok, merampas dan lain sebagainya.43

2) Maksiat Batin a) Marah

b) Rasa mendongkol c) Dengki

d) Sombong44

Demikian penjabaran tentang akhlak al-Madzmumah yang perlu kita hindari dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi muslim yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya, diakibatkan karena adanya faktor dari dalam diri (internal) seperti naluri/ insting, dan faktor dari luar diri (eksternal) seperti adat/ kebiasaan, aspek wirotsah/ keturunan dan milieu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah:

a. Insting/ naluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa

manusia sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

42Ibid 43Ibid

, h. 32. 44Ibid


(37)

b. Adat/ kebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara terus menerus, dan berilang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

c. Wirotsah/ keturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak

langsung sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang.

d. Milieu, salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah milieu, milieu adalah lingkungan dimana seseorang berada.45

Menurut Abuddin Nata, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada tiga, yaitu:

a. Aliran Nativisme, menurut aliran ini bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan an kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

b. Aliran Empirisme, berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diriseseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan da pendidikan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu.

c. Aliran Konvergensi, berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.46

45

AR. Zahruddin, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 93-100

46

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. III, h. 165.


(38)

Dari ketiga aliran ini, aliran yang ketiga yaitu aliran konvergensi yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari al-Qur’an surat al-Nahl ayat 78













































“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.47

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa setiap manusia yang dilahirkan memiliki potensi untuk dididik, yaitu melalui pendengaran, penglihatan dan juga hati. Anugerah yang sudah diberikan Allah SWT harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.

4. Cara Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.Hal ini dapat dibuktikan dari misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Islam memberi perhatian besar terhadap pembinaan akhlak, pembinaan akhlak tersebut dilakukan dengan menggunakan cara atau system

integrated, yaitu system yang menggunakan berbagai sarana

peribadatan dan lainnya secara stimultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak.48

Di bawah ini akan dikemukakan berbagai cara yag dilakukan dalam pembentukan akhlak al-karimah, yaitu sebagai berikut:

a. Melalui pembiasaan, pembentukan akhlak ini dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan hal ini Imam

47Al-Qur’an dan Terjemahnya,

(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 276. 48


(39)

al-Ghazali sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan dirinya berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat.

b. Melalui paksaan, dalam tahap-tahap tertentu, khususnya akhlak lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembiasaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.

c. Melalui keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya

dengan pelajaran, instruksi, dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk

menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.

d. Pembinaan akhlak juga dapat dilakukan dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Dalam hubungan ini Ibn Sina yang dikutip oleh Abuddin Natamengatakan bahwa jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaklah ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan.

e. Memperhatikan faktor kejiwaan, menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut


(40)

perbedaan tingkat usia. Pada masa kanak-kanak misalnya lebih menyukai hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak disajikan dalam benntuk permainan.49

Demikianlah beberapa cara dalam pembinaan akhlakul karimah siswa menurut beberapa ahli, sehingga dapat disimpulkan bahwa membina akhlakul karimah seseorang harus dimulai dari pembiasaan melalui diri sendiri dan lingkungan terkecil, kemudian dilanjutkan lagi dilingkungan sekolah dan masyarakat. Pembinaan akhlakul karimah disekolah melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilakukan secara integrated dan memberi keteladanan melalui pembiasaan, saling menasehati, pergaulan dan yang paling utama adalah memperhatikan faktor kejiwaannya sehingga pembinaan yang dilakukan cepat diterima dan tepat sasaran.

C.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti oleh Yusrina, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006.Dengan judul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro kelas 2”. hasil penelitiannya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, hal ini dikarenakan siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro khusunya kelas 2 telah memiliki pengalaman keagamaan dan sikap keagamaan yang mereka dapatkan dari luar sekolah.

Pada penelitian yang dilakukan okeh Ika Malgi Ulfa, jurusan pendidikan agama Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SD Islam Miftahul Diniyah Pondok Cabe.” Hasil dari penelitian tersebut adalah tidak ada

49Ibid,


(41)

pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SD Islam Miftahul Diniyah di kelurahan Pondok Cabe Udik. Hal ini dikarenakan pembentukan akhlak siswa lebih dipengaruhi oleh factor intern dan factor ekstern siswa.

Dari kedua penelitian tersebut, penelitian diadakan di SD dan SMP, sedangkan saya mencoba mengadakan penelitiannya di SMA, mengingat masa-masa SMA adalah masa remaja, dimana seseorang sedang mencari jati diri yang sesungguhnya, menurut saya di masa SMA sangat penting dan perlu memberikan Pendidikan Agama agar para remaja bisa berakhlak sesuai dengan kaidah agama Islam.

D.

Kerangka Berpikir

Di era globalisasi seperti saat ini, di mana sains dan teknologi sudah semakin berkembang dan maju, sudah barang tentu akanada warna baru bagi pola kehidupan manusia, terlebih lagi dengan begitu leluasanya budaya asing yang masuk ke negeri ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berbahaya khusunya bagi para pelajar remaja bila dalam penerapannya tidak dilandasi oleh iman yang kuat serta akhlak atau budi pekerti yang luhur.

Pada masa remaja yaitu antara 13-21 tahun, anak-anak sedang mengalami kegoncangan jiwa.Dalam fase ini anak remaja tidak mampu lagi menahan segala macam gejolak dan gelombang kehidupan apalagi untuk zaman sekarang ini yang menyebabkan mereka menderita dan kebingungan.

Maka dalam hal ini pendidikan agama Islam menjadi sangat penting dan dibutuhkan guna mengatasi serta sebagai penyeimbang bagi perkembangan dua hal di atas tadi yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain pendidikan agama Islam disekolah factor intern dan ekstern siswa juga mempengaruhi dalam pembentukan akhlak.Akhlak sebagai center bagi manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai khalaifah di muka bumi guna mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman hidup. Sebagai bukti yang konkrit yaitu kesuksesan Nabi Muhammad


(42)

SAW dalam berdakwah yang tidak lain adalah karena akhlaknya. Oleh karena itu pendidikan agama Islam dibutuhkan dalam pembentukan akhlak sejak dini, mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa yang nantinya diharapkan dapat berperan aktif dalam membangun dan memajukan bangsa ini.Artinya maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh pemudanya.

E.

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban penelitian terhadap pertanyaan yang diajukan oleh seorang peneliti.Jawaban ini diberikan sebelum penelitian itu sendiri dilakukan.Karena itu jawaban yang diberikan ini masih perlu diuji kebenarannya. Dengan kata lain hipotesis adalah jawaban sementara dari peneliti terhadap pertanyaan penelitiannya sendiri.50

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta. Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama

Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta.

50

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian Pengantar Teori dan Panduan

Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), Cet.


(43)

32

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 51 Jakarta Timur selama kurang lebih tiga bulan, dimulai dari bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2014. Alasan penulis meneliti di SMA Negeri 51 Jakarta ini karena letaknya yang dekat dengan rumah, dan juga karena penulis ingin mengetahui apakah di sekolah tersebut Pendidikan Agama Islamnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa atau tidak.

B.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menerapkan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah korelasional deksriptif . Dengan metode korelasional deskriptif ini dapat diperoleh gambaran sesungguhnya mengenai variabel-variabel peneliti sehingga dapat diketahui pengaruh antara dua variabel tersebut, yaitu Pendidikan Agama Islam (X) dan Pembentukan Akhlak (Y).

C.

Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Populasi adalah “Keseluruhan subjek Penelitian”.1

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMAN 51 Jakarta yang berjumlah 877 siswa, karena kebijakan dari pihak sekolah, yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya siswa kelas XI IPA 1, dan siswa XI IPA 4 oleh karena itu penelitian ini menggunakan purposive

sampling yang berjumlah 70 siswa.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h. 108.


(44)

D.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengguakan beberapa metode/ teknik antara lain:

1) Quesioner atau angket yang merupakan daftar pertanyaan kepada

responden berbentuk non tes yang ditujukan untuk siswa.

2) Wawancara yaitu dengan cara melakukan interview atau komunikasi secara langsung kepada responden, dengan Wakil Kepala Kurikulum bidang Sarana dan Prasarana.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrument angket. Angket tentang pendidikan agama Islam berjumlah 10 Item, sedangkan angket tentang pembentukan akhlak siswa sebanyak 20 Item.

Item. Masing-masing Item disediakan empat alternatif jawaban dengan pemberian skor sebagai berikut:

Tabel. 1 Variabel X

Pendidikan Agama Islam

No Alternatif Jawaban Skor

1. Selalu 4

2. Sering 3

3. Kadang-kadang 2


(45)

Tabel. 2 Variabel Y Akhlak Siswa

No Alternatif Jawaban Skor

1. Selalu 4

2. Sering 3

3. Kadang-kadang 2

4. Tidak Pernah 1

Tabel. 3

Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Y (Akhlak)

Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No. Soal

Pendidikan Agama Islam (X)

Kegiatan Belajar Mengajar

Materi

Metode

Media

Evaluasi

1, 2, 3, 4, 5, 6

7

8, 9


(46)

Akhlak (Y) Taubat dan Raja’

Etika Islam dalam Bekerja dan berkarya

Dosa Besar

Taubat

Raja’

Menghargai hasil karya orang lain

Ikhlas bekerja

Dosa Besar terhadap Allah (Syirik, Fasiq, Nifaq)

Dosa Besar dalam Keluarga

Dosa Besar dalam makanan dan minuman

Dosa Besar dalam kehidupan

bermasyarakat

11, 12, 13, 14

15, 16, 17, 18

19, 20, 21,

22

23, 24, 25

26, 27, 28

29


(47)

E.

Teknik Analisis Data

Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa angket yang telah diisi oleh responden 2. Scoring, yaitu pemberian skor sesuai dengan tingkatannya

3. Data yang diperoleh dari pembagian angket tersebut diolah dengan cara statistic yaitu dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi relative. Yaitu dengan menggunakan rumus:

P = F × 100 % N

Keterangan: P = angka persentase F = frekuensi

N = jumlah frekuensi

4. Mencari angka korelasi dengan menggunakan rumus:

rxy = N ∑xy- (∑x). (∑y)

√{N ∑x²-(∑y²)}. {N ∑y²- (∑y)²}

Keterangan: rxy = angka indeks korelasi “r” product moment N = number of cases

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = jumlah seluruh skor y Tabel. 4

Interpretasi analisa data berdasarkan korelasi product moment (rxy)

Besarnya “r” product moment

(rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)


(48)

0,20-0,40

0,40-0,70

0,70-0,90

0,90-1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah dan rendah

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedan atau cukupan

Antara Variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi2

Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment. Dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesa kerja/ alternative (Ha) dan hipotesa Nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: df = degress of freedom N = Number of Causes

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan3

Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa kontribusi variabel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. X, h. 180.

3 Ibid


(49)

Keterangan: KD = Koefisien Determination (kontribusi variabel x terhadap variabel y)

r = Koefisien Korelasi antara variabel x dan variabel y

F.

Hipotesa penelitian

Hipotesa yang hendak diuji adalah:

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta.


(50)

39

A.

Gambaran Objek penelitian

1. Sejarah berdiri SMAN 51 Jakarta

Di areal tanah seluas 10.000 meter persegi, dibangun SMAN 26 filial, kelas jauh SMAN 26 Tebet Barat dengan 7 kelas, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang dinas, dan 1 kamar mandi. Kemudian pada tanggal 14 Juli 1981dikeluarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02/03/1981 dengan isi penugasan SMAN 26 KJ menjadi SMAN 51 Jakarta.1

2. Visi dan Misi

Visi : Unggul dalam berprestasi dan luhur budi pekerti serta sukses di era globalisasi

Misi :

1. Membina siswa agar senantiasa mengamalkan ajarannya

2. Melaksanakan proses belajar mengajar dalam suasana kekeluargaan yang kondusif

3. Melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam menggunakan media belajar baik konvensional maupu media modern

4. Menjaga kualitas ketertiban dan kedisiplinan untuk mencapai prestasi akademik yang uggul

5. Senantiasa menumbuh kembangkan semangat keunggulan, semangat kompetensi dikalangan siswa, guru dan karyawan

6. Menyiapkan siswa untuk dapat ikut berkomunikasi dalam pergaulan global2

1

Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana 2


(51)

3. Kurikulum dan prestasi yang dicapai

Kurikulum yang digunakan di kelas X adalah kurikulum 2013, sedangkan kurikulum yang digunakan di kelas XI dan XII masih menggunakan kurikulum KTSP.

Prestasi akademik yang dicapai pada tahun pelajaran 2012/2013 sangat memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan dengan:

a. Siswa grade XII IPA-IPS yang berjumlah 282 siswa, telah lulus 100%

b. Peringkat SMAN 51 Jakarta meningkat:

1) Pada tingkat wilayah , program IPA peringkat 22 dari 39 SMA se-Jakarta Timur

2) Pada tingkat provinsi, Program IPA peringkat 37 dari 117 SMA se- DKI Jakarta, program IPS peringkat 36 dari 117 SMA se- DKI Jakarta

c. Klasifikasi nilai UN murni untuk semua pelajaran mendapatkan kategori A

Prestasi non akademik yang dicapai SMAN 51 Jakarta:

1) JUMBARA (perlombaan) PMR Ke- 7 tahun 2011 tingkat Nasional di Gorontalo, mewakili kontongen DKI Jakarta atas nama Andi Reza Zulmi X-3

2) Terpilih sebagai PASKIBRAKA tingkat DKI Jakarta yang ditugaskan sebagai PASKIBRAKA tingkat Nasional tahun 2011 atas nama Ajeng Tresna Dwi Wijayanti X-1

3) Juara ke- 2 lomba baca puis dalam rangka FLS2N wilayah Jakarta Timur atas nama Hannan Farhana Tsani XI IPA 1 Kegiatan Ekstra Kurikuler

Di SMAN 51 Jakarta ada beberapa kegiatan ekstra kurikuler, diantaranya: voley, basket, futsal, taekwondo, rohani Islam, rohani Kristen, paskibra, pramuka, PMR dan karya ilmiah remaja.


(52)

Jumlah siswa-siswi SMAN 51 Jakarta tahun pelajaran 2013/ 2014 Tabel. 5

Rekapitulasi keadaan siswa SMAN 51 Jakarta Tahun pelajaran 2013/ 2014

Kelas Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

X 146 124 270

XI 153 161 314

XII 129 151 280

Jumlah 428 436 864

4. Sarana dan Prasarana

Pada tahun 2002 SMAN 51 Jakarta telah mengalami rehab total dengan bangunan mewah yang terdiri dari 3 lantai, diantaranya

a) Lantai 1 terdiri dari beberapa ruangan yang dipergunakan untuk berbagai jenis keperluan

b) Lantai 2 dan 3 terdiri dari 27 ruang belajar Beberapa ruang lainnya terdiri dari:

a) Lab. Biologi b) Lab. Fisika c) Lab. Kimia

d) 2 Lapangan Olahraga e) Kantin dan Koperasi f) Lab. Bahasa

g) Ruang Audio Visual h) Lab. Komputer i) Masjid At-Taqwa j) Ruang seni music k) Ruang UKS l) Ruang OSIS m) Tempat parkir


(53)

B.

Deskripsi dan Interpretasi Data

Data-data yang diperoleh dalam meneliti pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana dan guru Agama Islam di SMAN 51 Jakarta, sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4, responden ini diambil atas kebijakan pihak sekolah.jumalh siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 adalah 70 orang.

1.

Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, diberikan sebuah angket yang harus diisi oleh responden yang jumlah soalnya ada 30 item yang mencakup 10 soal untuk pertanyaan variabel X dan 20 soal untuk pertanyaan variabel Y.

a) Angket tentang Pendidikan Agama Islam

1) Materi pendidikan agama Islam yang diberikan oleh guru Tabel.6

Penjelasan dari guru mudah dipahami

No Option F %

1 Selalu

Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

18 24 28

25, 7 34, 3 40

Jumlah 70 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa 25, 7% responden menyatakan penjelasan dari guru agama selalu mudah dimengerti, dan 34, 3% lainnya sering, dan 40% kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sbagian besar siswa menyatakan kadang-kadang penjelasan dari guru mudah dipahami.


(54)

Tabel. 7

Saya memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi

No Option F %

2. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

25 27 18

35, 7 38, 6 25,7

Jumlah 70 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa 35, 7% responden menyatakan selalu memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi, dan 38, 6% menyatakan sering dan 25, 7% menjawab kadang-kadang.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sering memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi.

Tabel. 8

Guru masuk kelas tepat waktu

No Option F %

3. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

8 32 30

11, 4 45, 7 42, 9

Jumlah 70 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 11, 4% responden menjawab guru selalu masuk kelas tepat waktu, 45, 7% responden menjawab sering dan 42, 9% responden menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan guru Agama sering masuk kelas tepat waktu.


(55)

Tabel.9

Materi-materi yang diberikan guru, menambah keyakinan saya tentang agama Islam

No Option F %

4. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

46 18 6

65, 7 25, 7 8, 6

Jumlah 70 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa 46% responden menyatakan materi yang diberikan guru, selalu menambah keyakinan saya tentang agama Islam, 25, 7% lainnya menyatakan sering, dan 8,6% lainnya menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa materi-materi yang diberikan guru selalu menambah keyakinan tentang agama Islam.

Tabel. 10

Saya menyukai pelajaran agama Islam

No Option F %

5. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

43 22 5

61, 4 31, 4 7, 2

Jumlah 70 100

Tabel di atas menunjukkan 61, 4% responden menyatakan selalu menyukai pelajaran agama Islam, dan 31, 4% lainnya menjawab sering dan 7,2% menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan selalu menyukai pelajaran agama Islam.


(56)

Tabel. 11

Guru Menggunakan waktu belajar secara efektif

No Option F %

6. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

26 25 19

37, 15 35, 7 27, 15

Jumlah 70 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 37, 15% responden menyatakan guru agama selalu menggunakan waktu belajar secara efektif, dan 35, 7% lainnya menjawab sering dan 27, 15% lainnya menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa guru agama selalu menggunakan waktu belajar secara efektif.

Dari tabel 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 tentang variabel intensitas materi pendidikan agama Islam yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar disekolah berjalan dengan baik, hal ini mencakup dari penyampaian materi yang mudah dipahami mencapai prosentase 34, 3% responden menjawab sering, perhatian siswa terhadap guru ketika menjelaskan materi mencapai 38, 6% responden menjawab sering, kedisiplinan guru dalam masuk kelas mencapai 45, 7% responden menjawab sering, penyampaian materi dari guru yang dapat menambah keyakinan tentang agama Islam memiliki prosentase sebanyak 65, 7% untuk jawaban selalu, menyukai pelajaran agama Islam memiliki prosentase 61, 4% responden menjawab selalu, dan untuk efektifitas waktu belajar memilik prosentase 37, 15% menjawab selalu.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran agama Islam di SMAN 51, mendapatkan tempat dihati para siswa-siswinya, mereka menyukai pelajaran agama Islam, dan materi yang diberikan dapat menambah keyakinan mereka tentang agama Islam, penggunaan efektifitas waktu juga sangat berjalan dengan baik. Hanya saja kedisiplinan guru,


(57)

penyampaian materi dari guru agar mudah dipahami anak harus lebih ditingkatkan lagi, agar tujuan dari pembelajaran Agama Islam dapat tercapai dengan baik.

2) Metode yang digunakan guru Tabel. 12

Metode yang digunakan guru, dapat menambah ketertarikan saya terhadap pembelajaran agama Islam

No Option F %

7. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

35 22 13

50 31, 4 18, 6

Jumlah 70 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa 50% responden menyatakan metode yang digunakan guru selalu menambah kertetarikan terhadap pembelajaran agama Islam, 31, 4% lainnya menjawab sering, dan 18, 6 menjawab kadang-kadang.Dari tabel 7 dapat disimpulkan bahwa penggunaan media yang dilakukan guru sudah cukup bagus, Hal ini dapat dibuktikan dengan sebagian besar responden menyatakan bahwa metode yang digunakan guru selalu menambah ketertarikan terhadap pembelajaran agama Islam.

3) Media yang digunakan oleh guru Tabel. 13

Guru menggunakan multi media yang dapat menggugah hati saya

No Option F %

8. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

44 15 11

62, 9 21, 4 15, 7


(58)

Tabel di atas menunjukan bahwa 62, 9 % responden menjawab guru selalu menggunakan multi media yang dapat menggugah hati, dan 21, 4% menjawab sering dan 15, 7% menjawab kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan guru selalu menggunakan multi media yang dapat menggugah hati.

Tabel. 14

Guru tidak hanya menggunakan buku pelajaran sebagai sumber belajar

No Option F %

9. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

38 30 1 1

54, 3 42, 9 1, 4 1, 4

Jumlah 70 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 54, 3% responden menjawab guru selalu tidak hanya menggunakan buku pelajaran sebagai sumber belajar, 42, 9% sering, 1, 4% kadang-kadang dan 1, 4% tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan guru selalu tidak hanya menggunakan buku pelajaran sebagai sumber belajar.

Dari tabel 13 dan 14 dapat disimpulkan bahwa penggunaan media oleh guru dalam proses belajar mengajar sudah baik, hal ini dapat dibuktikan dari tabel 8, sebanyak 62, 9% responden menyatakan penggunaan multi mediayang digunakan selalu menggugah hati, dan dari tabel 9 sebanyak 37, 15% responden menjawab selalu, yang artinya bahwa guru tidak hanya menggunakan buku sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi guru juga menggunakan multi media sebagai sumber belajar dan itu bsudah berhasil menggugah hati para siswa-siswinya.


(59)

4) Evaluasi yang dilakukan oleh guru Tabel. 15

Guru bersikap adil terhadap siswa-siswinya

No Option F %

10. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

33 26 11

47, 15 37, 15 15, 7

Jumlah 70 100

Tabel di atas menunjukkan 47, 15% responden guru selalu bersikap adil terhadap siswa-siswinya, 37, 15% sering dan 15, 7% kadang-kadang.Hal ini menunjukkan bahwa sebian besar responden menyatakan guru selalu bersikap adil terhadap siswa-siswinya. Dari tabel 10 diatas menunjukkan bahwa guru agama Islam di SMAN 51 selalu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, dan dengan demikian dapat disimpulkan pula, bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru adalah penilaian yang objektif yang sesuai dengan kompetensi siswa-siswinya.

b) Angket tentang Akhlak Siswa SMAN 51 jakarta

1) Pengamalan taubat dikalangan siswa Tabel. 16

Saya merasa gelisah ketika meninggalkan sholat

No Option F %

11. Selalu Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

40 20 10

57, 1 28, 6 14, 3


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)