dianggap sulit untuk diselaraskan. Contohnya pada kasus dimana posisi kaninus keluar dari lengkung dan akar gigi kaninus mengalami malposisi yang parah atau ketika gigi
kaninus mengalami impaksi dengan posisi yang tidak menguntungkan.
10,12,14
2.2.2.3 Pencabutan Gigi Premolar Pertama
Gigi premolar pertama merupakan gigi yang paling sering dilakukan pencabutan untuk perawatan ortodonti, terutama untuk terapi gigi berjejal. Hal tersebut
dikarenakan lokasi dari gigi premolar pertama yang bila dilakukan pencabutan, dapat memberikan ruang sehingga baik regio anterior maupun posterior dapat dikoreksi
sekaligus. Kontak antara gigi kaninus dan gigi premolar kedua juga dianggap baik. Pencabutan gigi premolar pertama akan meninggalkan ruang pada regio posterior yang
memberi penjangkaran yang adekuat untuk merektraksi gigi anterior.
14
Pencabutan gigi premolar pertama dilakukan pada kondisi gigi anterior rahang atas atau rahang bawah yang berjejal sedang sampai parah. Untuk mengoreksi gigi
anterior yang proklinasi parah pada kasus maloklusi Klas II divisi 1, atau pada kasus Klas I protrusi bidental. Pencabutan gigi premolar pertama dapat dilakukan setelah
seluruh premolar, gigi insisivus permanen dan kaninus erupsi untuk dapat dimulainya perawatan ortodonti cekat, karena migrasi gigi ke mesial sangat cepat akibat
pencabutan gigi premolar.
12,14
2.2.2.4 Pencabutan Gigi Premolar Kedua
Pencabutan gigi premolar kedua diindikasikan untuk beberapa kasus, seperti:
12,14
a. Untuk memperkuat penjangkaran pada regio anterior.
b. Impaksi gigi premolar kedua yang tidak menguntungkan.
c. Pada open bite, pencabutan gigi premolar kedua lebih dipilih ketika
disarankan untuk memperdalam gigitan. d.
Gigi premolar kedua yang rusak parah atau memiliki tambalan besar dengan prognosis yang dipertanyakan.
2.2.2.5 Pencabutan Gigi Molar Pertama
Pencabutan gigi molar pertama tidak umum dilakukan untuk kepentingan perawatan ortodonti. Pencabutan gigi molar pertama dihindari karena dianggap tidak
memberi ruang yang adekuat pada regio anterior, dapat memperdalam gigitan, menyebabkan gigi premolar dan molar kedua miring ke arah lokasi pencabutan dan
mempengaruhi pengunyahan. Namun di samping hal-hal tersebut, molar pertama dapat diindikasikan pencabutan pada beberapa kondisi seperti gigi molar dengan kondisi
yang rusak parah atau keadaan periodontal di sekitar gigi molar yang membahayakan dengan prognosis yang buruk, dan gigi molar pertama yang impaksi walau kondisi ini
jarang dijumpai.
10,12,14
2.2.2.6 Pencabutan Gigi Molar Kedua
Pencabutan gigi molar kedua walaupun tidak umum dilakukan, tetapi dianjurkan dalam beberapa kondisi seperti:
14
a. Untuk mencegah impaksi molar ketiga b. Mengurangi impaksi gigi premolar kedua
c. Kasus gigi insisivus rahang bawah berjejal d. Memberi jalan untuk distalisasi gigi molar pertama
e. Kasus open bite.
2.3 Diagnosis Ortodonti
Penegakan diagnosis yang tepat merupakan awal dari keberhasilan suatu perawatan ortodonti.
1
Diagnosis yang baik dimulai dengan keluhan utama pasien.
15,16
Untuk menegakkan diagnosis ortodonti dibutuhkan kumpulan informasi yang adekuat tentang pasien, data yang lengkap menjelaskan keadaan pasien yang dapat membantu
mengidentifikasi dasar dan penyebab dari masalah pasien.
12,16
Menurut Graber untuk tujuan diagnosis terdapat dua hal yang dipertimbangkan yaitu data kondisi awal pasien
dan tambahan informasi diagnostik dengan pemeriksaan klinis cit. Azar.
17
Data untuk diagnosis ortodonti berasal dari 3 sumber primer, yaitu: anamnesis pasien, pemeriksaan
klinis dari pasien, dan evaluasi data rekam diagnostik.
2
Data rekam diagnostik mencakup model gigi dental cast, fotografi intra dan ekstraoral, radiografi panoramik
dan sefalometri.
17
2.3.1 Radiografi Sefalometri