2.3.2 Analisis Skeletal Sefalometri
Analisis  sefalometri  meliputi  evaluasi  dan  interpretasi  lanjutan  dari  gambaran lateral  dan  antero-posterior  dari  tengkorak  kepala.  Walaupun  dalam  praktiknya
penggunaan  sefalometri  lateral  lebih  banyak  digunakan  dibandingkan  sefalometri antero-posterior.  Tujuan  analisis  sefalometri  adalah  untuk  menilai  hubungan
antero-posterior dan vertikal dari gigi rahang atas dan rahang bawah  yang didukung oleh tulang alveolar pada masing-masing basis, serta pada basis kranial.
1,10
2.3.2.1 Analisis Steiner
Cecil.  C.  Steiner  mengembangkan  analisis  Steiner  pada  tahun  1953,  sebagai gagasan untuk memberikan informasi klinis yang maksimal dengan jumlah pengukuran
Gambar 3. Titik-titik pada Sefalometri.
1
A B
C Gambar 4. Analisis Skeletal Steiner A Sudut SNA; B Sudut SNB; dan C Sudut
ANB.
12
yang lebih sedikit pada analisis sefalometri. Analisis skeletal dalam analisis Steiner, mencakup:
1,3,12,17,22,23
a. Sudut  SNA: dibentuk dari titik pertemuan  antara bidang SN  dengan  garis
yang menghubungkan titik Nasion dengan titik A Gambar 4A. Sudut SNA menjelaskan  posisi  relatif  antero-posterior  maksila  dalam  hubungannya
dengan  basis  kranial.  Nilai  rata-ratanya  adalah  82
o
±  2
o
.  Nilai  di  atas  nilai rata-rata  menunjukkan  maksila  dalam  posisi  prognasi  Klas  II,  sebaliknya
nilai  yang  lebih  rendah  mengisyaratkan  maksila  dalam  posisi  retrognasi Klas III.
b. Sudut  SNB:  dibentuk  dari  titik  pertemuan  antara  bidang  SN  dengan  garis
yang  menghubungkan  Nasion  dengan  titik  B  Gambar  4B.  Sudut  SNB menjelaskan posisi antero-posterior mandibula dalam hubungannya dengan
basis  kranial.  Nilai  rata-ratanya  adalah  80
o
±  2
o
.  Peningkatan  sudut  SNB mengindikasikan  mandibula  pada  keadaan  prognasi  Klas  III,  sedangkan
penurunan sudut SNB menunjukkan mandibula yang retrognasi Klas II. c.
Sudut ANB: dibentuk dari titik pertemuan antara garis yang menghubungkan Nasion  ke  titik  A  dengan  garis  yang  menghubungkan  Nasion  ke  titik  B
Gambar  4C.  Sudut  ANB  menunjukkan  posisi  maksila  dan  mandibula terhadap satu sama lain, dengan nilai rata-rata 2
o
± 2
o
. Peningkatan sudut ini mengindikasikan  kecenderungan  relasi  skeletal  Klas  II,  sedangkan
penurunan  sudut  ini  atau  bila  sudut  bernilai  negatif  menunjukkan  relasi skeletal Klas III.
2.3.2.2 Analisis McNamara
Pada tahun 1984, McNamara menggunakan bidang Frankfort horizontal sebagai acuan  basis  kranial  dengan  garis  tegak  lurus  melalui  Nasion  sebagai  acuan  vertikal
dalam analisisnya. Metode evaluasi sefalometri skeletal Gambar 5, sebagai berikut:
1
a. Maksila terhadap basis kranial:
1.  Jarak  antara  titik  A  tegak  lurus  terhadap  Nasion.  Pada  masa  gigi bercampur 0 mm, pada orang dewasa 1 mm.
b. Maksila terhadap mandibula:
2.  Garis condylion ke titik A menunjukkan panjang midfacial. 3.  Garis condylion ke gnation menunjukkan panjang mandibular.
4.  Dimensi  vertikal  dari  anterior  wajah  bagian  bawah  diukur  melalui anterior nasal spine
ANS ke menton. 5.  Sudut  bidang  mandibular.  Pada  masa  gigi  bercampur
25˚,  pada  orang dewasa
22˚. 6.  Axis facial Ricketts
90˚. c.
Mandibula terhadap basis kranial: 7.  Jarak antara Pogonion tegak lurus terhadap Nasion.
Gambar 5. Analisis McNamara.
1
Gambar 6. Analisis Eastman.