Maloklusi Intra-lengkung Maloklusi Skeletal

2.1.1 Maloklusi Intra-lengkung

Gigi dapat memiliki berbagai variasi hubungan abnormal dengan gigi tetangganya, yang disebut malposisi gigi. 12 Malposisi individual gigi yang terjadi antara gigi yang berdekatan pada lengkung rahang yang sama disebut juga maloklusi intra-lengkung. 3 Malposisi individual gigi dapat berupa inklinasi abnormal tipping dari gigi atau penempatan yang tidak normal. Inklinasi abnormal melibatkan kemiringan mahkota yang abnormal dengan posisi akar yang normal. Penempatan yang tidak normal, melibatkan lokasi dari mahkota dan akar pada arah yang sama. 12

2.1.2 Maloklusi Inter-lengkung

Maloklusi inter-lengkung ditandai dengan hubungan abnormal antara dua gigi atau sekelompok gigi dari satu lengkung ke lengkung lainnya. Maloklusi ini dapat terjadi pada bidang sagital, vertikal atau transversal. Maloklusi bidang sagital mencakup kondisi dimana rahang atas dan rahang bawah memiliki hubungan abnormal dalam arah sagital. Maloklusi bidang sagital dibagi menjadi maloklusi pre-normal dan post-normal. 12 Maloklusi pre-normal menunjukkan posisi rahang bawah yang terletak lebih kedepan atau ke anterior, ketika oklusi sentrik. Sedangkan maloklusi post-normal adalah posisi rahang bawah terletak lebih ke distal atau ke posterior, ketika oklusi sentrik. 3 Maloklusi bidang vertikal dapat dibagi menjadi gigitan dalam deep bite dan gigitan terbuka open bite, bergantung pada posisi tumpang gigit vertical overlap antara rahang atas dan rahang bawah dari arah vertikal. Maloklusi bidang transversal mencakup variasi tipe dari gigitan terbalik crossbite. Gigitan terbalik crossbite mengacu pada hubungan abnormal antara rahang atas dan rahang bawah dalam arah transversal. 3,12

2.1.2.1 Gigitan Dalam Deep Bite

Lengkung rahang atas yang lebih besar dari lengkung rahang bawah memungkinkan gigi anterior rahang atas tumpang gigit overlap terhadap gigi anterior rahang bawah. Hal ini dapat terjadi dari arah horizontal maupun vertikal. Tumpang gigit dari arah horizontal disebut overjet, sedangkan tumpang gigit overlap dari arah vertikal disebut overbite. Kondisi dimana rahang atas tumpang gigit overlap terhadap rahang bawah yang melampau batas normal dalam arah vertikal disebut gigitan dalam deep bite . Gigitan dalam deep bite dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe: 12 a. Skeletal deep bite : biasanya berasal dari genetik, dan disebabkan oleh rotasi dari rahang bawah. Skeletal deep bite dapat diperparah oleh inklinasi dari rahang atas. b. Dental deep bite: dapat terjadi akibat erupsi berlebih dari gigi anterior atau infra-oklusi dari gigi molar.

2.1.2.2 Gigitan Terbuka Open Bite

Gigitan terbuka open bite adalah keadaan dimana kurangnya tumpang gigit antara rahang atas dengan rahang bawah. 3,12 Gigitan terbuka dapat terjadi pada daerah anterior maupun posterior. Tingkatannya bervariasi mulai dari hanya melibatkan gigi, sampai dengan melibatkan struktur skeletal. Klasifikasi dan perawatan gigitan terbuka bergantung pada lokasi, etiologi dan tingkatan dari gigitan terbuka. Berdasarkan lokasinya, gigitan terbuka dibagi menjadi gigitan terbuka anterior dan gigitan terbuka posterior. 3 Gigitan terbuka anterior adalah kondisi dimana tidak adanya tumpang gigit antara gigi anterior rahang atas dan rahang bawah dari arah vertikal. Gigitan terbuka anterior dapat diklasifikasikan menjadi gigitan terbuka anterior skeletal dan gigitan terbuka anterior dental. 12 Sedangkan gigitan terbuka posterior ditandai dengan kurangnya kontak antara gigi posterior ketika gigi dalam keadaan oklusi. 3,12 Gigitan terbuka posterior relatif jarang dan terutama disebabkan oleh kebiasaan menjulutkan lidah kearah lateral atau gigi posterior yang ankilosis. 3 Gigitan terbuka posterior juga dapat disebabkan oleh gangguan mekanis ketika proses erupsi, atau terjadi kegagalan proses erupsi dari gigi sehingga erupsi tidak tercapainya erupsi yang sempurna. 12

2.1.2.3 Gigitan Terbalik crossbite

Gigitan terbalik crossbite adalah keadaan dimana overjet yang berlebihan dari satu gigi atau lebih. 12 Graber mendefinisikan gigitan terbalik sebagai kondisi dimana satu atau lebih gigi yang malposisi dalam arah bukal, lingual atau labial terhadap gigi lawannya cit.Bhalajhi. 3,12 Berdasarkan lokasinya gigitan terbalik diklasifikasikan menjadi gigitan terbalik anterior dan gigitan terbalik posterior. Gigitan terbalik anterior merupakan maloklusi yang terjadi akibat posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual dibandingkan gigi anterior rahang bawah. 12 Umumnya pada keadaan ini kondisi dimana overjet berlebihan dapat terlihat. 3 Gigitan terbalik anterior dapat melibatkan satu gigi atau salah satu segmen lengkung gigi. 12 Sementara itu, gigitan terbalik posterior merupakan hubungan bukolingual yang abnormal antara gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah. Gigitan terbalik posterior dapat melibatkan satu isi lengkung rahang yang disebut unilateral, atau melibatkan kedua sisi lengkung yang disebut bilateral. 3,12 Selain itu gigitan terbalik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan lokasi dari faktor etiologinya, yaitu gigitan terbalik dental, skeletal dan fungsional. Gigitan terbalik dental adalah kondisi lokal yang terjadi dimana adanya relasi abnormal antara satu atau lebih gigi terhadap gigi dari rahang yang berlawanan. 12 Hal ini dapat terjadi akibat diskrepansi lengkung rahang atau jalur erupsi yang abnormal. Gigitan terbalik skeletal terutama terjadi pada keadaan malposisi atau malformasi dari rahang. Hal ini dapat bersifat herediter, kongenital, atau akibat trauma yang terjadi ketika lahir atau setelahnya. 3 Gigitan terbalik skeletal berhubungan dengan diskrepansi dari ukuran rahang atas dan rahang bawah. Hal ini dapat terjadi pada regio anterior maupun posterior. 12 Sedangkan Gigitan terbalik fungsional umumnya terjadi akibat adanya gangguan oklusal ketika rahang bergerak ke posisi oklusi. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kebiasaan memajukan rahang bawah ke depan, gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya, gigi karies, atau gigi ektopik. 3

2.1.3 Maloklusi Skeletal

Maloklusi skeletal disebabkan oleh abnormalitas pada maksila atau mandibula, atau kelainan pada struktur skeletal itu sendiri. Hubungan antara maksila dan mandibula terdapat pada bidang anteroposterior. Mayoritas masalah anteroposterior skeletal disebabkan oleh proporsi wajah yang diwarisi, yang sangat ditentukan secara genetik. 10 Penyimpangan yang terjadi dapat berupa ukuran, posisi maupun hubungan antar rahang. 3 Maloklusi skeletal juga dapat terjadi dalam 3 arah yaitu sagital, vertikal, dan transversal. Pada arah sagital berupa rahang yang mengalami prognasi ataupun retrognasi. Pada arah vertikal berupa tinggi wajah. Pada arah transversal berupa rahang sempit ataupun lebar. 12 Salzmann 1950, cit. Singh mengklasifikasikan oklusi berdasarkan struktur skeletal. Salzmann membagi maloklusi skeletal menjadi 3 Klas Gambar 1, yaitu: 3,10 a. Klas I: mandibula berada pada 2-3 mm di belakang maksila. Maloklusi skeletal Klas I disebut dengan orthognathic. Maloklusi yang terjadi murni pada gigi, dimana tulang wajah dan rahang berada pada posisi yang harmonis. Salzmann membagi maloklusi skeletal Klas I menjadi beberapa divisi, yaitu: divisi 1, lokal malrelasi dari insisivus, kaninus, dan premolar; divisi 2, protrusi gigi insisivus maksila; divisi 3, insisivus maksila dalam posisi linguoversi, dan; divisi 4, protrusi bimaksila cit. Singh. b. Klas II: mandibula pada posisi retruded dalam hubungannya dengan maksila. Maloklusi skeletal Klas II dibagi menjadi 2 divisi, yaitu: divisi 1, dengan ciri khas lengkung gigi maksila sempit dengan gigi berjejal pada regio kaninus, crossbite mungkin terjadi, tinggi vertikal wajah berkurang, gigi anterior maksila protrusi, dan profil retrognasi; divisi 2, dengan ciri khas gigi insisivus maksila inklinasi ke lingual, gigi insisivus lateral normal atau labioversi. c. Klas III: mandibula pada posisi protruded dalam hubungannya dengan maksila. Terjadi pertumbuhan berlebihan pada mandibula dengan sudut bidang mandibula yang tumpul. Profil pada maloklusi skeletal Klas III adalah prognasi pada mandibula.

2.1.4 Gigi Berjejal Dental Crowding