Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU

(1)

Lampiran 1

DEPARTEMEN ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor : Tanggal :

KUESIONER PREVALENSI TRAUMATIK ULSER PADA PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI KLINIK PPDGS FKG USU

DATA RESPONDEN

A. Nama :

B. Umur : Tahun

B

C. Jenis Kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

C

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.

1. Apakah selama melakukan perawatan ortodonti, pernah terdapat

1

lesi atau luka di rongga mulut anda ?

a. Ya b. Tidak


(2)

2. Apakah sebelumnya sering mengalami sariawan ?

2

a. Ya

b. Tidak

Bila pertanyaan no 2 dijawab ya, wawancara dihentikan

3. Apa yang anda lakukan terhadap luka tersebut ?

3

a. Dibiarkan

b. Diobati sendiri c. Berobat ke dokter

Bila pertanyaan no 2 dijawab B, wawancara dilanjutkan

4. Dengan apa anda mengobati luka tersebut ?

4

a. Obat kumur

b. Obat topikal c. Antibiotik

d. Pemberian wax pada bagian yang tajam

Selanjutnya diteruskan ke pemeriksaan Intra Oral dengan menggunakan Kaca Mulut.

* Diisi oleh operator Kunjungan :

Kunjungan I Kunjungan Ke II


(3)

Tipe Bracket :

Bracket Konvensional Self Ligating Bracket

Lokasi Lesi :

Vestibular

Oral Lidah

Mukosa Bibir Mukosa Pipi

Penyebab Lesi :

Bracket Band/ Bukal Tube Archwire Ligatur

* Apabila tidak terdapat lesi pada saat pemeriksaan tetapi subjek penelitian mengaku pernah mendapati lesi rongga mulut, dapat dilakukan wawancara bebas mengenai karakteristik lesi rongga mulut tersebut.


(4)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu

Saya Muhammad Ilham Ariyanda, mahasiswa FKG USU yang ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS FKG USU.

Manfaat penelitian ini adalah untuk Memberikan informasi jumlah traumatik ulser pada pemakai piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU sehingga dapat menjadi penunjang untuk rencana perawatan.

Subjek penelitian diharapkan mengisi data diri. Kemudian akan dilakukan wawancara mengenai kebiasaan sehari-hari, riwayat penyakit, serta lamanya durasi perawatan ortodonti yang telah dilakukan, seterusnya akan dilakukan pemeriksaan intra oral dengan menggunakan kaca mulut untuk melihat ada atau tidaknya lesi di rongga mulut. Penelitian ini hanya dilakukan sekali tiap subjek penelitian dan membutuhkan waktu 10 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis).

Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah terkenanya lesi oleh instrumen dental yang beresiko terjadinya perdarahan pada gusi. Namun, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dengan hati-hati. Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa


(5)

partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu bebas mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian penjelasan mengenai penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya dapat dimengerti, dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya Muhammad Ilham Ariyanda (085760900303)

Peneliti,


(6)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasanmengenai penelitian dan pahamakan apa yang dilakukan, diperiksa, dan didapatkanpada penelitian yang berjudul:

“Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik

PPDGS FKG USU”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, ... Yang menyetujui, Subjek Penelitian


(7)

Lampiran 4

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PREVALENSI TRAUMATIK ULSER PADA PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI KLINIK PPDGS FKG USU

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebesar satu juta tiga ratus sepuluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya alat tulis, kertas, printer dan tinta printer Rp 250.000,00

2. Biaya fotocopy kuesioner Rp 60.000,00

3. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 300.000,00

4. Biaya transportasi Rp 200.000,00

5. Souvenir Rp 500.000,00

+

Jumlah Rp. 1.310.000,00

Anggaran biaya ditanggung oleh peneliti sendiri

Peneliti,


(8)

Lampiran 5

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Kegiatan

Waktu Penelitian

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Penyusunan

Proposal

2 Persiapan Lapangan

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan dan Analisi

Data

5 Penyusunan Laporan


(9)

Lampiran 6

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Muhammad Ilham Ariyanda JenisKelamin : Laki-laki

Tempat/TanggalLahir : Medan / 19 April 1995 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkahwinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gang Aman no 19 Medan Telepon/HP : 085760900303

Email :

PENDIDIKAN

2001-2006 : SDN 108293 Perbaungan 2007-2009 : SMP N 1 Perbaungan 2010-2011 : SMA N 1 Perbaungan

2012-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


(10)

(11)

DATA HASIL PEMERIKSAAN TRAUMATIK ULSER DI KLINIK PPDGS FKG USU

No Nama Jenis

Kelamin Umur

Traumatik

Waktu Terjadinya Lokasi

Lesi Vestibular Penyebab

Cara Penanganan

Cara Mengobati Ulser

1 Aki Ardilla Perempuan 28 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire

Berobat Ke

dokter -

2 Christinawaty Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 2-4

Minggu Vestibular Pipi Archwire Dibiarkan -

3 Haikal M Laki Laki 16 Tidak - - - -

4

Yasmin

Nazurah Perempuan 25 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire

Berobat Ke

dokter -

5 Chyntia Perempuan 17 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket Dibiarkan -

6 Kevin Laki Laki 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket Diobati Sendiri

Pemberian wax 7 Putri Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket Diobati Sendiri Obat Kumur

8 Silvia Mustika Perempuan 28 Tidak - - - -

9 Doni Riski Laki Laki 23 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire Diobati Sendiri Obat Topikal 10 Maimi Perempuan 31 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire Dibiarkan -

11 Ramadhani Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 2-4

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan -

12 Impreza Adi Laki Laki 20 Tidak - - - -

13 Yogeswary Perempuan 24 Ya

Kunjungan 2: 4-6

Minggu Vestibular Pipi Archwire Diobati Sendiri Obat Kumur

14 Dita Perempuan 19 Tidak - - - -

15 Betharia Perempuan 22 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Lidah Band Dibiarkan -

16 Juliana Perempuan 26 Ya

Kunjungan 1: 0-2


(12)

19 Miftah Perempuan 25 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Ligatur Dibiarkan -

20 Ningsih Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 4-6

Minggu Vestibular Pipi Ligatur Dibiarkan -

21 Ronal Laki Laki 30 Tidak - - - -

22 Surekha Perempuan 23 Ya

Kunjungan 1: 4-6

Minggu Vestibular Bibir Bracket Diobati Sendiri

Pemberian wax

23 May Fitriana Perempuan 21 Tidak - - - -

24 Wulan Perempuan 25 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan

25 Rani Perempuan 22 Tidak - - - -

26 Yeni Gustari Perempuan 20 Tidak - - - -

27 Siti Rafita Perempuan 20 Tidak - - - -

28 Miranda Perempuan 23 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket Dibiarkan -

29 Fortina Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire Diobati Sendiri Obat Kumur 30 Daniel Bagus Laki Laki 19 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire Diobati Sendiri Obat Topikal 31 Hastuti Perempuan 20 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire

Berobat Ke

dokter -

32 Heliana Perempuan 32 Tidak - - - -

33 Laurenzia Perempuan 21 Ya

Kunjungan 2: 4-6

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan -

34 Ruth Perempuan 20 Ya

Kunjungan 2: 6-8

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan -

35 Nurul Perempuan 29 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire Diobati Sendiri Obat Kumur

36 Jesika Perempuan 21 Tidak - - - -

37 Apri Ramayani Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Lidah Band

Berobat Ke

dokter -


(13)

41 Maisarah Perempuan 22 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket Dibiarkan -

42

Asido

Sipahutar Laki Laki 23 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket

Berobat Ke

dokter -

43 Yanti Sagala Perempuan 21 Ya

Kunjungan 2: 2-4

Minggu Vestibular Bibir Ligatur Dibiarkan -

44 Misbah Perempuan 23 Ya

Kunjungan 2: 6-8

Minggu Vestibular Pipi Bracket Diobati Sendiri Obat Kumur 45 Yeremia Laki Laki 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan

46 Yovi Perempuan 22 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Ligatur Diobati Sendiri Obat Kumur

47 Budi Laki Laki 22 Tidak - - - -

48 Ong Pui Yen Perempuan 25 Ya

Kunjungan 1: 4-6

Minggu Vestibular Pipi Archwire Dibiarkan -

49 Tri Suci Perempuan 26 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Ligatur Diobati Sendiri

Pemberian wax 50 Febri Perempuan 28 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan -

51 Dinda Perempuan 20 Tidak - - - -

52 Arveni Perempuan 26 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Bracket Dibiarkan -

53 Agness Perempuan 23 Ya

Kunjungan 2: 2-4

Minggu Vestibular Bibir Ligatur Dibiarkan -

54 Agnes RFM Perempuan 20 Ya

Kunjungan 2: 4-6

Minggu Vestibular Bibir Bracket Diobati Sendiri Obat Topikal 55 Veronica Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 2-4

Minggu Vestibular Pipi Archwire Dibiarkan -

56 Santy Perempuan 21 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Pipi Archwire

Berobat Ke

dokter -

57 Sultan Laki Laki 18 Ya

Kunjungan 1: 0-2

Minggu Vestibular Bibir Bracket

Berobat Ke

dokter -

58 Fatimah Perempuan 19 Ya

Kunjungan 1: 4-6

Minggu Vestibular Pipi Archwire

Berobat Ke


(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Leao JC, Gomes VB, Porter S. Ulcerative lesions of the mouth: An update for the general medical practitioner. Clinics 2007;62(6):769-80.

2. Paleri V, Staines K, Sloan P, Douglas A, Wilson J. Evaluation of oral ulceration in primary care. BMJ 2010;340:1234-9.

3. Castellanos JL, Guzman LD, Guanajuato. Lesions of the oral mucosa: An epidemiological study of 23785 Mexican patients. Mosby 2008; 79-85.

4. Anura A. Traumatic oral mucosal lesions: A mini review and clinical update. OHDM 2014;13(2):254-9.

5. Langkir A, Pangemanan DHC, Mintjelungan CN. Gambaran lesi traumatik mukosa mulut pada lansia pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di Panti Werda Kabupaten Minahasa. Jurnal e-GiGi 2015;3(1):1-8.

6. Puspitasari P. Perbedaan efektivitas penggunaan sikat interdental silinder dengan sikat interdental single tufted terhadap penurunan indeks plak pada pasien ortodontik cekat. Publikasi jurnal ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2014:1-10.

7. Anindita P, Hutagalung B, Manoppo S. Gambaran ulkus traumatik pada mahasiswa pengguna alat ortodontik cekat di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-GiGi 2013;1(2):1-9. 8. Mainali A. Occurrence of oral ulcerations in patients undergoing

orthodontic treatment: A comparative study. Orthodontic Journal of Nepal 2013,3(2):32-5.

9. Kvam E, Gjerdet NR, Bondevik O. Traumatic ulcer and pain during orthodontic treatment. Community Dent Oral Epidemiol [serial online] 1987 15(2):104-7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3471374 (15 September 2015)

10. Shintaningrum L. Prevalensi traumatik ulser pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang menjalani perawatan ortodontik


(15)

cekat. Skripsi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2013:7-8. http://www.repository.unej.ac.id/handle/123456789/2159 (4 September 2015) 11. Laskaris G. Pocket Atlas of Oral Diseases. 2nd ed. 138-41. Stuggart: Georg

Thieme Publishers, 2006:137-41.

12. Scully C, Felix DH. Oral medicine - update for the dental practitioner aphthous and other common ulcers. British Dental Journal 2005;199(5):259-64.

13. Scully C. Handbook of Oral Diseases: Diagnosis and Management. United Kingdom: Martin Dunitz, 1999:30-5.

14. Tywanick K. Integumentary Pathology. 20 Oktober 2015)

15. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Phatology: Clinical Phatologic Correlations. 4th ed. 23-6. Amerika: Saunders Elsevier, 2003:23-6.

16. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Phatology: Clinical Phatologic Correlations. 5th ed. 23-6. Amerika: Saunders Elsevier, 2003:143-8.

17. Mei RM, Lima AA, Filho JC, Tanaka OM, Filho OG, Camargo ES. A cytological analysis of the oral mucosa adjacent to orthodontic devices. European Journal of General Dentistry 2013;2(2):119-23.

18._Kavaliauskiene A, Smailiene D, Buskiene I, Keriene D. Pain and discomfort perception among patients undergoing orthodontic treatment: result from one month follow up study. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2012; 14(4):118-25.

19. Mavreas D, Athanasiou AE. Factor affecting the duration of orthodontic treatment: A systemic review. University of the Ddoloniki 2008;30(1):386-95. 20. Gill DS, Naini FB. Orthodontics : Principles and Practice. United Kingdom:

Wiley-Blackwell, 2011:29-32,39-40.

21. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: W. B. Saunders Co, 2001:83-4.


(16)

23...Bhalajhi SI. Orthodontics the Art and Science. 4th ed. New Delhi: Arya (MEDI), 2009:63-9.

24. Preoteasa CT, Ionescu E, Preoteasa E. Risks and complications associated with orthodontic treatment. Croatia: InTech, 2012:403-9. http://www.intech open.com/books/orthodontics-basicaspects-andclinicalconsiderations/risksand complications- associated-with-orthodontic-treatment (17 September 2015) 25. Arcis BC, Company JMM, Silla JMA. Orthodontic Treatment Need: An

Epidemiological Approach. Croatia: InTech, 2012:3-5.

26. Hariyanti SRJ, Triwardhani A, Rusdiana E. Gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan menggunakan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) di RSGM-P FKG Unair. Orthodontic Dental Journal 2011;2(1):26-32.

27. Tsomos G, Ludwig B, Grossenc J, Pazerac P, Gkantidis N. Objective assessment of patient compliance with removable orthodontic appliances: A cross-sectional cohort study. Angle Orthodontist 2014;84(1):56-61.

28. Isaacson KG, Muir JD, Reed RT. Removable Orthodontic Appliances. India: Elsevier, 2006:1-9,15,30,35,39.

29. Bahirrah S. Pergerakan gigi dalam bidang ortodonsia dengan alat cekat. e-USU Repository 2004:1-8. http://repository.usu.ac.id/bitsteam/123456789/1164/1/ fkgsiti%20bahirrah.pdf(24 Oktober 2015)

30...Littlewood SJ, Tait AG, Mandall NA, Lewis DH. The role of removable appliances in contemporary orthodontics. British Dental Journal 2001;191(6):304-10.

31...Alam MK. A to Z Orthodontics: Fixed Appliances. Malaysia: PPSP Publication, 2012:3-17.

32. Harry DR, Sandy J. Orthodontics part 5: Appliance choices. British Dental Journal 2004;196(1):9-18.

33. Abuaffan AH, Elamin LT. Oral hygiene performance among a sample of Sudanese orthodontic patients. Pyrex Journal of Dentistry and Oral Hygeine 2015;1(1):1-8.


(17)

34. Parker LG. Wired for learning - Orthodontic basics. ADA CERP 2014:1-15. /ce365.aspx (17 Oktober 2015)

35. Crall GM. Emergency orthodontist visit. http://www.cedarfallsorthodontics. com/ Public-Content/Emergency-Orthodontist-Visit. (24 Oktober 2015)

36. Pierce T, Bullwinkel K. Orthodontic appliances. http://piercedmd.com/ charleston-orthodontist/orthodontic-appliances/ (7 Januari 2016)

37. Kupietzky A, Tal E. The transpalatal arch: An alternative to the Nance appliance for space maintenance. Pediatric Dentistry 2007;29(3):235-8.

38. Nagaveni NB. Radhika NB. Interceptive orthodontic correction of ectopically erupting permanent maxillary first molar: A case report. Virtual Journal of Orthodontics 2010.1:1-13.

39. Balan U, Gonsalves N, Jose M, Girish KL. Symptomatic changes of oral mucosa during normal hormonal turnover in healthy young menstruating women. Journal of Contemporary Dental Practice 2012;13(2):178-81.

40. Puspitawati R. Struktur makroskopik dan mikroskopik jaringan lunak mulut. JKGUI 2003;10:462-67.

41. Pareira BR, Tanaka OM, Lima AA, Maruo OG, Carmago ES. Metal and ceramic bracket effect on human bucal mucosa ephitelial cells. The Angle Orthodontist 2009;79(2):373-9.

42. Kusy RP. A review of contemporary archwires: Their properties and characteristics. The Angle Orthodontist 1997;67(3):197-207.


(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mendeksripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS FKG USU.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU pada bulan Januari 2016 – Mei 2016.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien pengguna piranti ortodonti cekat yang baru memakai piranti selama dua bulan pertama di klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU. Berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya, diperkirakan populasi berjumlah 60 orang.

3.4 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Sampel diambil dengan menggunakan rumus besar sampel deskriptif data proporsi yaitu sebagai berikut:

� = N �

2

1−�/2�P (1−P)

(N−1)�2+ �2


(19)

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = Harga proporsi di populasi, jika tidak diketahui maka p = 0.5

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d = 0,05 N = besar populasi

� = N �

2

1−�/2�P (1−P)

(N−1)�2+ �2

1−�/2��(1− �)

= 60 1.96

2 0.5(0.5) 59 (0,05)2+ 1.962� 0.5(0.5)

= 57.624 1.1079 = 52

Berdasarkan perhitungan diatas didapat sampel minimum untuk penelitian adalah 52 orang dan untuk mempertimbangkan masalah eksklusi maka ditambahkan 10% dari hasil perhitungan, sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 60 orang.

Kriteria Inklusi :

1..Pasien yang sedang melakukan perawatan ortodonti di klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU.

2. Pasien yang baru melakukan perawatan ortodonti selama dengan interval waktu 0-8 minggu.

Kritera Eksklusi:

1. Pasien yang tidak bersedia melakukan penelitian. 2. Pasien yang tidak kooperatif.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel penelitian, variabel terkendali dan variabel tak terkendali.


(20)

Variabel penelitian : - piranti ortodonti cekat - traumatik ulser

Variabel terkendali : waktu pemakaian piranti

Variabel tak terkendali: jenis maloklusi, komponen piranti cekat yang dipakai, dan mekanoterapi yang digunakan.

Definisi operasional:

1. Piranti Ortodonti Cekat adalah perangkat yang dipasang dan dicekatkan ke gigi oleh operator dan tidak dapat dilepas oleh pasien.

2..Traumatik Ulser adalah lesi tunggal yang sakit dengan bentuk yang tidak beraturan, permukaan berwarna merah muda atau putih kekuning–kuningan dan dikelilingi oleh lapisan tipis berwarna merah.

3. Waktu pemakaian piranti yaitu pasien yang baru melakukan perawatan ortodonti dengan interval waktu 0-8 minggu.

4. Jenis Maloklusi adalah maloklusi dental dan skeletal.

5..Komponen piranti cekat yang dipakai adalah semua alat yang digunakan untuk memperbaiki penyimpangan pada gigi pasien.

6..Mekanoterapi yang digunakan terdiri dari sistem edgewise standard, preadjusted, dan self-ligating.

3.6Instrumen Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Sarung tangan

2. Masker 3. Kaca mulut 4. Pulpen 5. Pensil 6. Buku 7. Penghapus


(21)

Gambar 5. Alat dan Bahan: 1. Sarung tangan 2. Masker 3. Kaca mulut 4. Pulpen 5. Pensil 6. Buku 7. Penghapus 8. Lembar pemeriksaan

3.7Prosedur Penelitian

1. Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan.

2. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

3. Penjelasan kepada calon subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi secara lisan maupun tulisan, pembagian lembar persetujuan dan pengumpulan lembar persetujuan.

4. Subjek yang dilakukan pemeriksaan dalam satu hari tergantung pada jumlah subjek yang datang ke klinik PPDGS pada hari tersebut.

5. Pemeriksaan dan wawancara dilakukan berdasarkan kedatangan subjek. Subjek yang datang pada minggu pertama diperiksa pada hari tersebut, subjek yang datang

2

1 3 4


(22)

pada minggu kedua diperiksa pada minggu kedua, hingga subjek yang datang pada minggu kedelapan diperiksa pada minggu kedelapan.

6. Subjek melakukan pengisian kuesioner yang telah disediakan.

7. Melakukan pemeriksaan Intra Oral yang meliputi daerah sakit yang dirasakan subjek, bibir, daerah bukal, oral dan lidah dengan menggunakan kaca mulut untuk melihat adanya traumatik ulser. Pemeriksaan pada subjek yang hadir dilakukan sesuai dengan waktu kedatangan subjek.

8. Mencatat data hasil pemeriksaan pada lembar pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya. Data hasil pemeriksaan kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, waktu terjadinya, lokasi dan penyebab terjadinya lesi.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Data kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti memberikan lembar penjelasan yang berisi prosedur penelitian serta manfaatnya dan lembar persetujuan kepada responden.

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat internasional dan nasional.


(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan rumus besar sampel, jumlah sampel minimum adalah 60 orang. Sebanyak 60 sampel penelitian diambil dari pasien klinik PPDGS RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Hasil pemeriksaan dan pencatatan data dari sampel tersebut diolah secara komputerisasi sehingga diperoleh prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

Jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingan responden laki-laki, dari 60 responden yang menggunakan piranti ortodonti cekat, responden perempuan lebih banyak yaitu sejumlah 49 subjek, sedangkan responden laki-laki sejumlah 11 subjek.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan, diperoleh prevalensi traumatik ulser di klinik PPDGS RSGMP FKG USU yaitu sebesar 73,3 % yaitu sejumlah 44 subjek yang didapati traumatik ulser dan 16 subjek non traumatik ulser. Kelompok traumatik ulser yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 37 subjek dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 7 subjek.

Tabel 1. Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan jenis kelamin (n=60)

Jenis Kelamin

Traumatik Ulser

Total

Ya Tidak

n % n % n %

Laki-Laki 7 63,7 4 36,3 11 18,3

Perempuan 37 75,5 12 24,5 49 81.7


(24)

Tabel 2. Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan waktu terjadinya

Waktu Terjadinya

Traumatik Ulser

% n

0-2 Minggu 30 68,2

2-4 Minggu 5 11,4

4-6 Minggu 7 15,9

6-8 Minggu 2 4,5

Total 44 100

Tabel 2 diatas menunjukkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan waktu terjadinya, prevalensi traumatik ulser tertinggi dijumpai pada waktu penggunaan piranti ortodonti cekat selama 0-2 minggu yaitu sebesar 68,2%, 2-4 minggu sebesar 11,4%, dan 4-6 minggu sebesar 15,9%. Waktu penggunaan piranti ortodonti cekat selama 6-8 minggu dijumpai prevalensi traumatik ulser sebesar 4,5%.

Tabel 3. Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan lokasi

Lokasi

Traumatik Ulser n %

Vestibular Bibir 15 34,1

Pipi 27 61,4

Oral 0 0

Lidah 2 4,5

Total 44 100

Tabel 3 diatas menunjukkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan lokasi terjadinya. Berdasarkan lokasi terjadinya prevalensi traumatik ulser tertinggi dijumpai pada daerah vestibular yaitu sebesar 95,5% dengan rincian, pada daerah bibir sebesar


(25)

34,1% dan daerah pipi sebesar 61,4%. Daerah lidah menunjukkan prevalensi sebesar 4,5%. Daerah oral tidak dijumpai adanya traumatik ulser.

Tabel 4. Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan komponen ortodonti cekat

Komponen Ortodonti Cekat n %

Bracket 19 43,2

Band/Buccal Tube 2 4,5

Archwire 17 38,6

Ligature 6 13,6

Total 44 100

Berdasarkan komponen ortodonti cekat, prevalensi traumatik ulser tertinggi disebabkan karena bracket sebesar 43,2%, tertinggi kedua disebabkan karena archwire sebesar 38,6%., tertinggi ketiga disebabkan karena ligature sebesar 13,6%. Band/buccal tube memiliki prevalensi sebesar 4,5% menyebabkan terjadinya traumatik ulser.


(26)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar 73,3%. Angka ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Shintaningrum pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang menunjukkan prevalensi traumatik ulser sebesar 67,8%. Prevalensi ini lebih rendah dari hasil penelitian Anindita dkk., yang melakukan penelitian pada 61 orang pasien pengguna alat ortodontik cekat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi, dan mendapatkan prevalensi traumatik ulser sebesar 90,1%. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan mekanoterapi dan perbedaan lama pemakaian piranti ortodonti antara kedua penelitian tersebut.7,10

Hasil penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan diperoleh prevalensi traumatik ulser tertinggi ditemukan pada kelompok perempuan yaitu sebesar 75,5%, sedangkan prevalensi traumatik ulser pada laki-laki sebesar 63,7%. Tingginya angka prevalensi pada perempuan dipengaruhi oleh faktor hormonal yang terdapat pada perempuan yaitu hormon estrogen.39

Hormon estrogen lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mukosa mulut sensitif terhadap efek dari hormon estrogen. Hormon ini mempengaruhi rongga mulut ketika terjadi perubahan jumlah hormon selama masa pubertas, kehamilan, menstruasi dan menopause. Hormon estrogen yang meningkat pada masa pubertas dan kehamilan dapat menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih rentan terhadap terjadinya inflamasi.39

Peneliti juga mengelompokkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan waktu terjadinya. Berdasarkan waktu terjadinya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, prevalensi traumatik ulser tertinggi dijumpai pada waktu penggunaan


(27)

piranti ortodonti cekat selama 0-2 minggu yaitu sebesar 68,2%, 2-4 minggu sebesar 11,4%, dan 4-6 minggu sebesar 15,9%. Waktu penggunaan piranti ortodonti cekat selama 6-8 minggu dijumpai prevalensi traumatik ulser sebesar 4,5%. Tingginya prevalensi traumatik ulser yang terjadi pada 0-2 minggu dapat terjadi karena proses adaptasi rongga mulut terhadap komponen dari ortodonti cekat.

Komponen dari ortodonti cekat dapat menyebabkan stimulus mekanik pada periode awal penggunaan piranti. Stimulus mekanik tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa mulut berupa hiperplasia dan hiperkeratosis epitel ringan. Ditambah lagi pada periode ini keadaan gigi dari pasien masih belum beraturan sehingga komponen ortodonti cekat yang dipasang juga menyesuaikan dengan kondisi gigi yang dapat menyebabkan traumatik ulser.17

Penggunaan piranti ortodonti cekat pada 6-8 minggu peneliti menemukan 2 atau 4,5% kasus, jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan 0-2 minggu pertama, hal ini dapat disebabkan karena pada periode 6-8 minggu jaringan lunak rongga mulut pasien sudah beradaptasi dengan komponen piranti ortodonti cekat dan keadaan gigi dari pasien sudah mulai teratur.

Peneliti juga mengelompokkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan lokasi dan komponen ortodonti cekat penyebabnya. Berdasarkan lokasi terjadinya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, lokasi terjadinya traumatik ulser tertinggi dijumpai pada daerah vestibular yaitu sebesar 95,5% dengan rincian, pada daerah bibir sebesar 34,1% dan daerah pipi sebesar 61,4%. Daerah lidah menunjukkan prevalensi sebesar 4,5%. Daerah oral tidak dijumpai adanya traumatik ulser.

Daerah vestibular yang meliputi mukosa bibir dan pipi merupakan tipe mukosa penutup yang memiliki epitel non keratinisasi dan lamina propianya lebih fleksibel. Daerah lidah juga termasuk tipe mukosa penutup, sedangkan daerah oral yang termasuk gingiva dan palatum termasuk tipe mukosa pengunyah yang memiliki epitel berkeratin dan lamina propia yang kuat. Hal ini menyebabkan, daerah vestibular yang meliputi mukosa bibir dan pipi, dan daerah lidah lebih sensitif dan lebih mudah terjadi trauma jika dibandingan dengan daerah oral.40


(28)

Prevalensi traumatik ulser pada mukosa pipi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mukosa bibir dapat disebabkan karena lebih banyak komponen ortodonti yang dipasang pada regio posterior dibandingkan regio anterior, dan lengkung gigi yang lebih cembung atau lebih besar pada bagian posterior dapat meningkatkan terjadinya trauma pada mukosa pipi.20

Berdasarkan komponen ortodonti cekat penyebabnya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, komponen penyebab traumatik ulser tertinggi disebabkan karena bracket sebesar 43,2%, tertinggi kedua disebabkan karena archwire sebesar 38,6%, tertinggi ketiga disebabkan karena ligature sebesar 13,6%. Band/buccal tube memiliki prevalensi 4,5% dalam menyebabkan terjadinya traumatik ulser.

Bracket merupakan komponen ortodonti cekat yang memiliki luas permukaan paling besar diantara komponen lainnya. Bracket yang terbuat dari stainless steel dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Diawal pemakaian, bracket dipasang sesuai dengan kondisi gigi pasien yang tidak teratur. Hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut.41

Peneliti juga menemukan 17 atau 38,6% kasus traumatik ulser yang disebabkan oleh archwire. Archwire yang terlalu panjang pada bagian distal dapat menyebabkan terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Perawatan ortodonti mengakibatkan gigi terus tertarik dan merapat sehingga dapat menyebabkan archwire menjadi lebih panjang pada bagian distal. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya traumatik ulser.42


(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU, dapat disimpulkan bahwa

1. Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU sebesar 73,3% atau sebanyak 44 orang.

2. Prevalensi traumatik ulser pada perempuan sebesar 75,5% atau sebanyak 37 orang, lebih besar dibandingkan pada laki-laki yaitu sebesar 63,7% atau sebanyak 7 orang.

3. Traumatik ulser paling sering dijumpai pada waktu 0-2 minggu dengan prevalensi sebesar 68,2% atau sebanyak 30 orang.

4. Lokasi yang paling sering terkena traumatik ulser yaitu bagian vestibular dengan prevalensi sebesar 95,5% atau sebanyak 42 orang.

5. Penyebab traumatik ulser yang paling sering yaitu bracket dengan prevalensi sebesar 43,2% atau sebanyak 19 orang, diikuti dengan archwire dengan prevalensi sebesar 38,6% atau sebanyak 17 orang.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan edukasi pada pengguna piranti ortodonti cekat untuk melakukan penanganan terhadap traumatik ulser.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lesi Ulserasi

Lesi ulserasi oral adalah salah satu keluhan yang paling sering terjadi pada mukosa mulut. Lesi ulserasi pada mukosa oral sering disebabkan karena trauma fisik.1 Penyebab yang paling umum dari lesi-lesi ini adalah faktor mekanis, penyakit menular, neoplasma, serta penyakit autoimun dan hematologi. Ciri klinis utama dari semua kondisi ini adalah adanya ulser yang didefinisikan sebagai hilangnya semua lapisan epitel, dan adanya erosi yang didefinisikan hilangnya permukaan epitel.11

Istilah erosi digunakan untuk kerusakan pada permukaan epitel (Gambar 1B). Erosi memiliki tampilan berwarna merah karena ada sedikit kerusakan pada dasar lamina propria. Jika kerusakan sampai ketebalan penuh dari epitel, secara khusus kerusakan tersebut akan tertutup oleh eksudat fibrinous dan kemudian akan memiliki tampilan kekuningan.12

Istilah ulser digunakan pada kerusakan yang terjadi pada epitel dan lamina propria (Gambar 1A). Ulser memiliki bentuk seperti kawah, adakalanya secara klinis dibuat lebih jelas oleh adanya edema atau proliferasi yang menyebabkan pembengkakan jaringan di sekitarnya. Halo inflamasi, jika ada, juga menandakan kalau itu ulser, berwarna dasar kuning atau abu-abu dan dikeliliingi warna merah.13

Ulser dan erosi juga bisa menjadi manifestasi dari suatu kondisi. Ulser dan erosi bisa terjadi karena kerusakan epitel akibat trauma; serangan imunologis seperti pada lichen planus, pemfigoid atau pemfigus; kerusakan karena defek imun pada penyakit HIV dan leukemia; infeksi seperti virus herpes, tuberkulosis dan sifilis; kanker dan kekurangan nutrisi seperti kekurangan vitamin.12


(31)

Gambar 1 A. Ulser. B. Erosi14

2.1.1 Ulser Aftosa Rekuren

Penyebab utama dari Ulser Aftosa Rekuren masih belum diketahui, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa respon imun memainkan peran utama dalam patogenesis terjadinya ulser. Terdapat juga beberapa faktor predisposisi seperti trauma, alergi, genetik, gangguan endokrin, stres emosional, kekurangan hematologi, dan AIDS.11,15

Ulser Aftosa Rekuren memiliki tiga variasi gambaran klinis yaitu minor, mayor dan herpetiform ulser. Aftosa minor adalah bentuk yang paling umum, ukuranya kecil dengan diameter 3-6 mm, sakit, ditutupi oleh membran putih kekuningan dan dikelilingi oleh lingkaran merah tipis. Lesi mungkin tunggal atau ganda (dua sampai enam), dan dapat sembuh tanpa bekas luka pada 7-12 hari. Aftosa mayor ditandai dengan adanya ulser yang dalam dan sakit, diameter 1-2 cm, yang bertahan selama 3-6 minggu dan dapat menyebabkan bekas luka. Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai lima. Aftosa herpetiform ditandai dengan ukuran yang kecil, sakit, ulser dangkal, diameter 1-2 mm, dengan kecenderungan untuk menyatu menjadi ulser besar yang tidak teratur. Secara karakteristik, lesi yang multiple (10-100), bertahan selama satu atau dua minggu, dan dapat sembuh tanpa bekas luka.11


(32)

2.1.2 Traumatik Ulser

Traumatik ulser adalah lesi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia, dan sumber trauma biasanya terlihat jelas di dekat lesi.10 Traumatik ulser dapat disebabkan oleh gigi yang tajam atau rusak, tambalan yang kasar, instrumen dental, tergigit, iritasi gigi tiruan, benda asing yang tajam, maupun piranti ortodonti cekat (Gambar 2). Rata–rata traumatik ulser terjadi karena hasil dari trauma yang tidak terduga dan umumnya muncul di daerah yang berhadapan dengan gigi seperti pada bibir, lidah, dan mukosa bukal.4,11

Traumatik ulser bisa juga iatrogenik yaitu disebabkan secara tidak sengaja oleh seorang praktisi kesehatan melalui perawatan medis atau dengan prosedur diagnostik yang salah. Manipulasi jaringan yang terlalu berlebihan atau terlalu berkonsentrasi dalam mengobati jaringan terutama keras dapat mengakibatkan kecelakaan dan cedera yang sebenarnya bisa dihindari pada jaringan lunak. Traumatik ulser dapat disebabkan karena tidak menggunakan cotton rolls atau isolasi jaringan yang kurang baik, tekanan negatif dari saliva ejector, atau dengan menusuk mukosa secara tidak sengaja dengan instrumen dental.16

Secara klinis traumatik ulser memiliki ciri yang beragam, tetapi biasanya traumatik ulser memiliki ciri: tunggal, sakit, permukaannya berwarna merah muda atau putih kekuning–kuningan dan dikelilingi oleh lapisan tipis eritematosa. Traumatik ulser umumnya lembut saat dipalpasi, dan sembuh tanpa bekas luka dalam 6-10 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan faktor penyebabnya. Traumatik ulser kronis secara klinis mirip seperti karsinoma. Traumatik ulser yang masih terjadi lebih dari 10-12 hari, harus dilakukan biopsi untuk mencegah terjadinya kanker.11


(33)

Gambar 2. Traumatik ulser pada pengguna piranti cekat16

2.1.3 Pengaruh Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat terhadap Terjadinya Traumatik Ulser

Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut.4,8 Komponen seperti archwire dan bracket pada saat adaptasi dapat mempengaruhi keadaan mukosa mulut. Menurut penelitian Mei dkk., bahwa pada saat adaptasi alat, terlihat adanya perubahan pada mukosa mulut berupa hiperplasia dan hiperkeratosis epitel ringan sebagai respon dari stimulus mekanik dari alat ortodontik. Perubahan ini terjadi sampai proses epitel renewal berlangsung dalam 25 hari.17

Penelitian yang dilakukan Kavaliauskiene dkk., menemukan bahwa 93 pasien yang menjadi subjek penelitian, semuanya ditemui adanya lesi akibat trauma pada mukosa mulut selama 1 bulan penggunaan alat ortodontik cekat setelah insersi. Rata-rata perubahan mukosa mulut sudah mulai terlihat pada periode 2-4 jam setelah insersi alat dengan lesi ringan dan hal tersebut mulai meningkat hingga periode 1-7 hari.18


(34)

Periode awal penggunaan piranti ortodonti, keadaan gigi belum mengalami perubahan dan masih tidak beraturan (gigi torsiversi, bukoversi atau labioversi) sehingga komponen piranti dapat beresiko menyebabkan terjadinya traumatik ulser. Selain itu, piranti yang dibuat dengan kurang baik dan pasien yang tidak kooperatif dapat menimbulkan risiko trauma pada mukosa mulut dan akan menimbulkan traumatik ulser.4,7

2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan dari letak gigi dan atau kesalahan hubungan antara lengkung gigi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi yang terjadi pada bagian tubuh yang lain. Terdapat bukti bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan ini sebagian dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam kelompok ras atau bisa juga dikatakan bahwa maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal.19 Banyak komponen yang terlibat pada perkembangan oklusi. Beberapa yang paling penting adalah:20

• Ukuran maksila • Ukuran mandibula • Bentuk lengkung rahang • Ukuran dan morfologi gigi • Jumlah gigi yang ada • Morfologi jaringan lunak • Kebiasaan buruk.

2.2.2 Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kelainan oklusi. Pengetahuan mengenai etiologi perlu diketahui oleh dokter gigi yang akan melakukan tindakan preventif, interseptif, dan kuratif.


(35)

Penguasaan ilmu tentang faktor etiologi maloklusi memungkinkan dokter gigi melakukan tindakan perawatan secara tepat dan efektif.21

Kondisi maloklusi pada umumnya disebabkan oleh faktor genetik yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara ukuran rahang dengan ukuran gigi secara keselurahan.18 Namun dalam hal ini faktor lokal juga mempengaruhi etiologi dari maloklusi.19 Grabber telah mengenalkan klasifikasi faktor etiologi maloklusi dan membaginya ke dalam dua kelompok yaitu faktor umum dan faktor lokal. Faktor lokal yang merupakan etiologi maloklusi terdiri dari anomali jumlah gigi, anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labial yang abnormal, premature loss gigi desidui, retensi gigi desidui yang berkepanjangan, erupsi gigi permanen yang terlambat, arah erupsi yang abnormal, ankilosis, karies dan restorasi yang tidak baik. Faktor umum yang merupakan etiologi maloklusi terdiri dari herediter, kongenital, lingkungan, keadaan dan penyakit metabolik, nutrisi, kebiasaan buruk dan kelainan fungsional, postur dan trauma.22,23

2.3 Ortodonti

Perawatan ortodonti adalah suatu bentuk perawatan kedokteran gigi yang berperan penting dalam memperbaiki susunan gigi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mastikasi, fonetik, estetik, dan bermanfaat pada kesehatan umum dan mulut, kenyamanan individu dan rasa percaya diri, serta memiliki peran positif dalam meningkatkan kualitas hidup. Perawatan ortodontik, pada dasarnya adalah suatu upaya yang diberikan untuk mengadakan koreksi terhadap struktur dentofasial yang sedang tumbuh atau sudah dewasa. Upaya yang diberikan antara lain menggerakkan gigi, penyelarasan oklusal dan penyesuaian relasi rahang.24

Tujuan utama dari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki maloklusi agar mencapai oklusi fungsional yang tepat, gigi yang optimal dan wajah yang estetis. Perawatan ortodonti secara umum dapat dibagi menjadi perawatan ortodonti lepasan dan perawatan ortodonti cekat.25


(36)

2.3.1 Ortodonti Lepasan

Piranti ortodonti lepasan merupakan piranti yang digunakan dalam perawatan ortodonti yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien.26 Piranti ortodonti lepasan telah banyak digunakan untuk memperbaiki masalah maloklusi dan untuk retensi setelah perawatan. Sikap koperatif pasien merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perawatan, terutama ketika piranti ortodonti lepasan digunakan.27

Piranti ortodonti lepasan memiliki 4 komponen utama yaitu komponen aktif, komponen retensi, plat dasar (baseplate), dan komponen penjangkaran (Gambar 3). Komponen aktif merupakan bagian-bagian dari piranti lepasan yang secara aktif dapat menghasilkan suatu gaya untuk menggerakkan gigi. Komponen retensi merupakan komponen yang menjaga stabilitas dan retensi dari piranti ortodonti lepasan. Plat dasar (baseplate) merupakan bagian yang mendukung komponen-komponen yang lain. Komponen penjangkaran merupakan komponen-komponen-komponen-komponen yang memberikan ketahanan terhadap kekuatan-kekuatan reaksioner yang dihasilkan oleh komponen aktif dari piranti ortodonti lepasan.28


(37)

Alat lepasan menghasilkan pergerakan gigi yang terbatas. Alat lepasan pada umumnya menghasilkan pergerakan tipping dari gigi, tetapi dapat juga menghasilkan pergerakan intrusi, ekstrusi dan rotasi dimana tidak seefektif dari alat cekat sedangkan pergerakan bodily atau torque sulit atau tidak mungkin dihasilkan.29

Penggunaan piranti ortodonti lepasan memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat dilepas sehingga mudah dibersihkan, penjangkaran vertikal dan horizontal lebih baik karena baseplate palatal, dapat melakukan pengurangan overbite yang lebih efisien pada anak yang sedang tumbuh, dapat menyalurkan gaya ke seluruh permukaan piranti. Selain keuntungan, terdapat juga kerugian pada piranti ortodonti lepasan yaitu piranti dapat dilepas sehingga bisa diabaikan, gerakan yang memungkinkan hanya gerakan tilting, mempengaruhi pengucapan, memerlukan teknisi dalam pembuatan, gerakan intermaksilari sulit dicapai, tidak efisien untuk pergerakan banyak gigi, piranti lepasan pada rahang bawah sulit ditolerir.30

2.3.2 Ortodonti Cekat

Piranti ortodonti cekat adalah perangkat yang dipasang dan dicekatkan ke gigi oleh operator dengan menggunakan sistem perlekatan (bonding) dan tidak dapat dilepas oleh pasien.6 Sebagian besar peran pasien selama perawatan ditiadakan dalam penggunaan piranti ortodonti cekat. Penggunaan piranti ortodonti cekat memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:

a. Piranti ortodonti cekat sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk sebagian besar maloklusi.31

b. Piranti ortodonti cekat dapat menggerakkan gigi dengan berbagai jenis gerakan yaitu gerakan tipping, rotasi, bodily, torque, dan vertikal baik ekstrusi maupun intrusi.29

c. Beberapa gerakan gigi secara simultan dapat dicapai, selalu memperoleh hasil perawatan yang lebih baik daripada piranti lepasan.32

d..Gerakan gigi yang lebih akurat dan detail dari oklusi bisa dilakukan dengan menggunakan piranti cekat.


(38)

e. Piranti cekat memiliki kontrol yang lebih baik atas penjangkaran.31 Meski begitu, walaupun memiliki banyak keuntungan, piranti ortodonti cekat juga memiliki beberapa kerugian, yaitu diantaranya:

a. Pemeliharaan kebersihan mulut yang menjadi lebih sulit. Piranti cekat memiliki bracket yang melekat pada permukaan gigi, semakin besar area yang tertutup oleh bracket, semakin besar kompleksitas dari komponen lainnya, hal itu membuat pasien semakin sulit untuk membersihkan gigi. Plak dan sisa-sisa makanan cenderung menumpuk di sekitar perlekatan dan pembersihan gigi menjadi lebih sulit bagi pasien.33

b. Operator memerlukan pelatihan khusus untuk memasang piranti ortodonti cekat dan piranti ortodonti cekat selalu ditangani oleh ortodontis, jika tidak, ada kemungkinan menghasilkan gerakan gigi yang merugikan.

c. Piranti yang rusak dan salah pergerakan tidak dapat diperbaiki oleh pasien. d..Piranti ortodonti cekat secara ekonomis jauh lebih mahal dibandingkan dengan piranti ortodonti lepasan.31

e. Piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut, ulserasi mukosa atau hiperplasia, chemical burns (berkaitan dengan penggunaan etsa), cedera termal, dan trauma karena instrumen dental saat pemasangan atau kontrol.24

2.3.2.1 Komponen Ortodonti Cekat

Piranti ortodonti cekat terdiri dari beberapa komponen yang menyusunnya, ada komponen aktif yaitu komponen yang memberikan gaya dan menyebabkan pergerakan dan ada juga komponen pasif yaitu komponen yang tidak memberikan gaya tetapi mempertahankan posisi dari piranti itu sendiri (Gambar 4), terdapat juga komponen tambahan pada piranti ortodonti cekat.30 Komponen–komponen tersebut yaitu:

1. Komponen Pasif

Bracket bertindak sebagai pegangan untuk mengirimkan gaya dari


(39)

Band merupakan cincin stainless steel yang disemen pada gigi. Band membungkus setiap gigi untuk memberikan penjangkaran pada bracket.

Band membantu memperbaiki berbagai perlekatan ke gigi.34

Buccal tube sebagai pengunci yang biasanya dipasang pada gigi molar.

Lingual button untuk mengikatkan rubber elastics dan kawat ligatur.

Lock pin berfungsi untuk mengunci archwire dengan aman.

Ligature tie adalah kawat halus yang mempertahankan posisi archwire

agar tidak berubah posisi.31

2. Komponen Aktif

Archwire merupakan kawat yang bentuknya sesuai dengan tulang

alveolar atau lengkung gigi berfungsi sebagai sumber kekuatan dalam mengoreksi penyimpangan posisi gigi. Sebuah archwire juga dapat digunakan untuk mempertahankan posisi gigi yang ada, dalam hal ini memiliki tujuan retentif.31

Spring, biasanya ditempatkan pada archwire diantara bracket untuk

mendorong, menarik, membuka atau menutup ruang antara gigi.34

Elastic digunakan untuk menutup ruang, untuk memperbaiki open bite,

perawatan cross bite, mengkoreksi hubungan antar lengkung rahang.

Separator digunakan untuk membuka interdental yang rapat.31

3. Komponen Tambahan

Lingual Holding Arch (LHA) adalah komponen yang dicekatkan di

lingual molar satu bawah yang berfungsi untuk mempertahankan ruang. Terdiri dari dua band yang dipasang dan disemen ke molar bawah yang dihubungkan dengan lengkungan logam di sepanjang sisi lidah dari gigi bawah.36


(40)

Gambar 4. A. Ligature B. Archwire C. Bracket D. Metal Band E. Elastic Hooks dan Rubber Bands35

Trans Palatal Arch (TPA) dicekatkan pada molar band dan memiliki

omega loop di palatal. TPA berfungsi untuk ekspansi, rotasi, kontraksi, dan torsi dari gigi molar.37

Rapid Palatal Expander (RPE) adalah alat cekat yang dapat

mengekspansi rahang atas. RPE digunakan untuk melebarkan rahang atas dengan memanfaatkan sutura tulang rawan. RPE terdiri dari dua band atau cincin yang dipasang pada gigi molar atas yang melekat pada kerangka kerja pada palatum. Kerangka tersebut memiliki sekrup yang secara berkala melebar 0,25 mm. Setelah ekspansi selesai, RPE tetap diletakan di mulut selama minimal 3 bulan untuk mengurangi relaps.

Quad Helix merupakan jenis lain dari alat ekspansi cekat yang dapat

memutar gigi molar atas ketika sedang ekspansi. Quad Helix juga digunakan untuk memperbaiki crossbite posterior, dan untuk mendapatkan kembali ruang karena premature loss pada gigi desidui.36

Nance Holding Arch (NHA) terdiri dari cincin stainless steel (band)


(41)

melengkung dengan akrilik pada daerah palatal. NHA berfungsi untuk mempertahankan posisi gigi molar atas dan untuk menstabilkan posisi gigi ini dari pengaruh pergerakan gigi lainnya. NHA juga dapat digunakan untuk memutar molar ke posisi yang lebih ideal untuk meningkatkan fungsi pengunyahan.38


(42)

2.4 Kerangka Teori

`

Ortodonti Lepasan Ortodonti Cekat

Ulser Aftosa Rekuren

Etiologi Definisi

Lesi Ulserasi

Traumatik Ulser

Lesi Imunologis Lesi Reaktif

Komponon Ortodonti Cekat

Komponen Aktif Komponen Pasif Komponen Tambahan


(43)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel penelitian: • Piranti Ortodonti Cekat • Traumatik Ulser

Variabel Tak Terkendali : • Jenis Maloklusi

• Komponen Cekat yang Dipakai • Mekanoterapi yang Digunakan Variabel Terkendali :


(44)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lesi ulserasi oral adalah salah satu keluhan yang paling sering terjadi pada rongga mulut. Lesi ulserasi ditandai dengan adanya ulser dan erosi yang berarti adanya kerusakan pada jaringan epitel rongga mulut. Prevalensi terjadinya lesi ulserasi oral adalah 25% dari populasi di dunia.1,2

Traumatik ulser adalah lesi ulserasi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Prevalensi traumatik ulser cukup tinggi dibandingkan lesi-lesi mulut lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Castellanos, dkk. pada tahun 2003 di Meksiko terhadap 1000 orang menunjukkan prevalensi traumatik ulser sebesar 40,24%.3 Traumatik Ulser umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari tanpa komplikasi. Sumber trauma berada di dekat lesi. Bentuknya sesuai dengan penyebabnya yaitu tidak teratur, soliter dan ukurannya bervariasi tergantung sumber trauma. Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan dan dikelilingi lapisan tipis berwarna merah. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia. Ulser yang dihasilkan dari cedera traumatis merupakan jenis yang paling umum ditemui dalam praktek kedokteran gigi. Tergigit selama pengunyahan, protesa maupun piranti ortodonti yang tajam dapat menyebabkan traumatik ulser.4,5

Piranti ortodonti cekat merupakan suatu alat yang dicekatkan langsung pada gigi dengan menggunakan sistem perlekatan dan tidak dapat dilepas oleh pasien yang berfungsi untuk memperbaiki maloklusi. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Komponen alat ortodonti cekat antara lain adalah bracket, archwire band, dan ligature. Pembuatan alat yang kurang baik dapat menimbulkan risiko trauma pada mukosa mulut dan akan menimbulkan traumatik ulser.6,7


(45)

Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Laserasi pada gingiva dan mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi. Bracket, archwire, band, dan ligature yang tajam juga dapat menyebabkan ulserasi. Gerakan dari otot pipi dan lidah yang berlebihan dapat juga memicu terjadinya traumatik ulser, oleh karena itu dokter harus menilai dan memantau setiap aspek prosedur ortodonti selama dan setelah pengobatan untuk mencapai hasil akhir yang sukses.8

Kvam dkk., dalam penelitiannya mengenai traumatik ulser dan nyeri selama perawatan ortodontik, mendapatkan hasil bahwa 28,7% dari 161 pasien mengeluhkan terkena ulserasi, dimana 75,8% diantaranya mengalami ulserasi ringan, sedangkan 2,5% mengalami ulserasi berat.9 Anindita dkk., telah melakukan penelitian pada mahasiswa pengguna alat ortodontik cekat di PSKG FK UNSRAT dengan menunjukkan hasil bahwa 90,1% pernah mengalami traumatik ulser, dimana perempuan lebih banyak mengalami traumatik ulser dibandingkan laki-laki. Penelitian tersebut menyatakan bahwa 60% responden mengalami traumatik ulser pertama kali terjadi pada periode kurang dari satu bulan setelah penggunaan alat.7 Shintaningrum juga telah melakukan penelitian yang sama pada mahasiswa FKG UNEJ dan memperoleh hasil bahwa 59 subjek dari 87 sampel mengalami traumatik ulser. Kelompok traumatik ulser yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 48 subyek dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 11 subyek. Hal ini menunjukan bahwa 67,8% traumatik ulser terjadi pada mahasiswa yang sedang menjalani perawatan ortodonti cekat.10

Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS RSGMP FKG USU.


(46)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser pada pengguna ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan jenis kelamin. 2. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan waktu terjadinya. 3. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan lokasi terjadinya. 4..Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan komponen ortodonti cekat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1..Memberikan informasi jumlah traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

2. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan data penelitian-penelitian berikutnya.


(47)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia Tahun 2016

Muhammad Ilham Ariyanda

Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU

x + 33 halaman

Traumatik ulser adalah lesi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia, dan sumber trauma biasanya terlihat jelas di dekat lesi. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan mulut. Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Laserasi pada gingiva dan mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi yang akhirnya dapat menyebabkan traumatik ulser. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jumlah dari pasien yang mengalami traumatik ulser selama menggunakan piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengguna piranti ortodonti cekat. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan intra oral yang meliputi daerah sakit yang dirasakan subjek, bibir atas, bibir bawah, mukosa bukal, dan lidah dengan menggunakan kaca mulut


(48)

untuk melihat ada tidaknya traumatik ulser. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan ada atau tidaknya traumatik ulser, jenis kelamin, waktu terjadinya, lokasi, komponen alat ortodonti cekat penyebab terjadi traumatik ulser. Data disajikan dalam persentase melalui analisis diskriptif.

Berdasarkan hasil pemerikaan pada 60 orang sampel didapatkan 44 orang mengalami traumatik ulser (73,3%) dan 16 orang tidak mengalami traumatik ulser (26,7%). Kelompok traumatik ulser berjenis kelamin perempuan sejumlah 37 orang dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 7 orang. Traumatik ulser paling sering terjadi pada 0-2 minggu (68,2%). Lokasi traumatik ulser yang paling sering yaitu pada daerah vestibular (95,5%). Komponen ortodonti cekat yang paling sering menyebabkan traumatik ulser yaitu bracket (43,2%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS FKG USU adalah 73,3%. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat dengan sampel yang lebih besar atau dalam rentang waktu yang lebih lama di klinik PPDGS FKG USU.


(49)

PREVALENSI TRAUMATIK ULSER PADA PENGGUNA

PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI KLINIK

PPDGS FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MUHAMMAD ILHAM ARIYANDA NIM : 120600012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(50)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Mei 2016

Pembimbing: Tanda Tangan

Erliera, drg., Sp.Ort


(51)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 25 Mei 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Erliera, drg., Sp.Ort

ANGGOTA : 1. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort 2. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort


(52)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU” sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak terutama kepada orangtua, Ayah Sukardi, Ibu Susilawati, dan Adik Dela Arinda. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) sebagai Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai sebagai dosen pembimbing akademik.

3. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort., sebagai koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji skripsi..

4. Erliera, drg., Sp.Ort., pembimbing yang telah meluangkan banyak tenaga, waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.

7. Seluruh subjek penelitian saya yaitu pasien pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU, atas kesempatan dan waktu yang diberikan demi kelancaran penelitian saya.


(53)

8. Sahabat-sahabat, Andi, Arief, Adji, Yatcen, Fariz, Indah, Intan, Dita, Irfan, Lady, Gina, Ridho, Yanta yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU.

10. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikir yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 25 Mei 2016 Penulis,

(Muhammad Ilham Ariyanda) NIM: 120600012


(54)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... . 3

1.4Manfaat penelitian ... . 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lesi Ulserasi ... . 4

2.1.1 Ulser Aftosa Rekuren ... . 5

2.1.2 Traumatik Ulser ... . 6

2.1.3 Pengaruh Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat terhadap Terjadinya Traumatik Ulser ... . 7

2.2 Maloklusi ... 8

2.2.1 Definisi ... 8

2.2.2 Etiologi Maloklusi ... 8

2.3 Ortodonti ... 9

2.3.1 Ortodonti Lepasan ... 10

2.3.2 Ortodonti Cekat ... 11

2.3.2.1 Komponen Ortodonti Cekat... 12

2.1 Kerangka Teori... 16

2.1 Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18


(55)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi Penelitian ... 18

3.4 Sampel Penelitian ... 18

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 19

3.6 Instrumen Penelitian... 20

3.7 Prosedur Penelitian... 21

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.9 Etika Penelitian ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN


(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

jenis kelamin (n=60)... 23 2 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

waktu terjadinya... 24 3 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

lokasi... ... 24 4 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

penyebabnya... ... 25


(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 A. Ulserasi B. Erosi... . 5

2 Traumatik ulser pada pengguna piranti cekat... 7

3 Piranti Ortodonti Lepasan... 10

4 Komponen ortodonti... 14

5 Alat dan Bahan... 21


(58)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.

1 Kuesioner prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU.

2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.

3 Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent). 4 Rincian biaya penelitian

5 Jadwal pelaksanaan penelitian 6 Curriculum Vitae (CV) 7 Ethical Clearance


(1)

8. Sahabat-sahabat, Andi, Arief, Adji, Yatcen, Fariz, Indah, Intan, Dita, Irfan, Lady, Gina, Ridho, Yanta yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU.

10. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikir yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 25 Mei 2016 Penulis,

(Muhammad Ilham Ariyanda) NIM: 120600012


(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... . 3

1.4Manfaat penelitian ... . 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lesi Ulserasi ... . 4

2.1.1 Ulser Aftosa Rekuren ... . 5

2.1.2 Traumatik Ulser ... . 6

2.1.3 Pengaruh Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat terhadap Terjadinya Traumatik Ulser ... . 7

2.2 Maloklusi ... 8

2.2.1 Definisi ... 8

2.2.2 Etiologi Maloklusi ... 8

2.3 Ortodonti ... 9

2.3.1 Ortodonti Lepasan ... 10

2.3.2 Ortodonti Cekat ... 11

2.3.2.1 Komponen Ortodonti Cekat... 12

2.1 Kerangka Teori... 16

2.1 Kerangka Konsep ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18


(3)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi Penelitian ... 18

3.4 Sampel Penelitian ... 18

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 19

3.6 Instrumen Penelitian... 20

3.7 Prosedur Penelitian... 21

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.9 Etika Penelitian ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

jenis kelamin (n=60)... 23 2 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

waktu terjadinya... 24 3 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

lokasi... ... 24 4 Prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti

ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU berdasarkan

penyebabnya... ... 25


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 A. Ulserasi B. Erosi... . 5

2 Traumatik ulser pada pengguna piranti cekat... 7

3 Piranti Ortodonti Lepasan... 10

4 Komponen ortodonti... 14

5 Alat dan Bahan... 21


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.

1 Kuesioner prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS FKG USU.

2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.

3 Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent). 4 Rincian biaya penelitian

5 Jadwal pelaksanaan penelitian 6 Curriculum Vitae (CV) 7 Ethical Clearance

8 Data hasil pemeriksaan traumatik ulser di Klinik PPDGS FKG USU