Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penulisan Metode Penelitian

Situbondo yang menghasilkan konsep kembali ke Khittah 1926. Setahun kemudian dilaksanakan Muktamar ke-27 yang bersejarah itu. 11 Inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis kiprah dan perjuangan KH. Ali Ma’shum dalam tubuh NU. Penulis ingin mengkaji bagaimana peranan KH. Ali Ma’shum dalam tubuh NU pada suatu periode tertentu. Oleh karenanya penulis memutuskan untuk memilih peristiwa sejarah ini sebagai objek kajian dengan judul, “Kiprah dan Perjuangan KH. Ali Ma’shum dalam Tubuh NU 198I-1989”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah Pada dasarnya, dengan menentukan judul “Kiprah dan Perjuangan KH. Ali Ma’shum di Tubuh NU 1981-1989”, pembatasan kajian sejarah telah ditentukan. Dalam kajian sejarah, pembatasan masalah minimal terdiri dari pembatasan waktu, ruang, pelaku, dan objek penelitian. “Kiprah dan Perjuangan” adalah objek penelitian, “KH. Ali Ma’shum” adalah pelaku, “NU” adalah ruang dan “tahun 1981- 1989” merupakan pembatasan waktu. b. Perumusan Masalah Dengan pembatasan masalah di atas itulah kemudian penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana biografi KH Ali Ma’shum dan corak pemikirannya. 2. Sejauh mana keterlibatan KH Ali Ma’shum di dalam NU 3. Bagaimana peranan dan perjuangan KH. Ali Ma’shum pada periode 1981- 1989? 11 Syaifullah Ma’sum, Karisma Ulama; kehdupan Ringkas 26 Tokoh NU, Mizan, Bandung, 1998, h. 344-345

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui biografi dan latar belakang sosok seorang KH Ali Ma’shum 2. Mengetahui pandangan dan gagasan KH. Ali Ma’shum sebagai tokoh NU 3. Mengetahui peranan dan perjuangan KH. Ali Ma’shum berupa aktivitas dan pemikiran yang telah disumbangkannya di tubuh NU

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah : 1. menambah wawasan keilmuan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya yang berkaitan dengan profil hingga peranan KH. Ali Ma’shum dalam tubuh NU. 2. Sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Humaniora S.Hum

E. Metode Penelitian

Oleh karena tulisan ini mencoba untuk menganalisis peristiwa masa lampau, maka metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah ini melalui empat tahapan, sebagai berikut : 1. Heuristik: proses pencarian dan pengumpulan sumber, yaitu sumber tulisan dan sumber lisan. Sumber-sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian sejarah ini adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Dalam hal ini penulis memakai sumber dari buku yang ditulis oleh orang yang mengalami peristiwa tersebut dan media massa yang memuat informasi ketika peristiwa itu terjadi yang dijadikan sebagai sumber primer, seperti; Khittah Nahdliyah Ahmad Shiddiq, Ajakan Suci KH. Ali Ma’shum, Riwayat Singkat Nahdlatul Ulama Berita Nahdlatul Ulama , NU Menuju Islam Indonesia, Tempo, 8 Desember 1984, Margana, A. Siklus Retak, Tempo, 16 November 1991, Nasuha, A. Chozin, NU Setelah Konbes Cilacap, Pelita, Jakarta, 1989. Adapun sumber sekunder adalah tulisan-tulisan interpretator sejarahwan yang melakukan rekonstruksi atau analisis terhadap peristiwa gerakan tersebut baik dalam bentuk buku, laporan-laporan hasil penelitian, makalah-makalah, dan sebagainya, seperti; Islam Ahlussunnah Waljamaah Aceng Abdul Azas Dkk., Lima Bekal dari KH. Ali Ma’shum Masduki Attamani, Quo Vadis NU setelah kembali ke Khittah 1926 Kacung Marijan 2. Kritik sumber: dilakukan setelah sumber sejarah terkumpul. tahapan ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber otensitas yang dilakukan melalui kritik intern dan ekstern. Melalui kritik intern akan diuji keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas, apakah isinya sebuah pernyataan; fakta-fakta; dan apakah kejadian atau peristiwanya dapat dipercaya. Untuk kritik ekstern, perlu diidentifikasi penulisnya, beserta sifat dan wataknya, daya ingatannya, jaraknya dari peristiwa dalam waktu, dan sebagainya. 3. Interpretasi atau penafsiran sejarah atau disebut juga analisis sejarah. Analisis sejarah ini bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. 4. Historiografi: merupakan fase terakhir dalam metode sejarah yang meliputi cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.

F. Metode Penulisan