Contoh: 2 A: “Lihat itu Muhammad Ali mau bertanding lagi”
B: “Lihat itu Muhammad Ali yang mantan petinju kelas berat itu mau bertanding lagi”
Dalam tuturan 2A yang dikutip dari buku di atas merupakan tuturan yang sudah jelas dan sangat informatif isinya, karena tanpa harus ditambahkan
informasi lain dan sudah dapat dipahami maksudnya dengan baik dan jelas oleh si mitra tutur. Sedangkan pada tuturan kalimat 2B mendapat penambahan
informasi yang justru menyebabkan tuturan tersebut berlebihan dan tidak sesuai dengan maksim kuantitas.
b. Maksim Kualitas The Maxim of Quality
Wijana 2004: 32 menuturkan, dalam maksim kulitas seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta
sebenarnya di dalam bertutur. Fakta harus didukung dan didasarkan pada bukti- bukti yang jelas.
Contoh: 3 A: “Silakan menyontek saja biar nanti saya mudah menilainya”
B: “Jangan menyontek, nilainya bisa E nanti ”
Pada tuturan yang diambil dari buku Kartun karya I Dewa Putu Wijana 3A dan 3B dituturkan oleh salah seorang dosen kepada mahasisiwanya di
dalam ruang tempat ujian dan saat itu dosen tersebut melihat salah seorang mahasiswa yang sedang berusaha untuk menyontek. Tuturan 3A jelas tidak
sesuai dengan kenyataannya, karena bagaimana pun tentunya menyontek itu tidak
diperbolehkan, sedangkan pada kalimat 3B informasi yang dituturkan oleh dosen tersebut itu yang bersifat fakta, atau sesuai dengan kenyataan yang ada
memang menyontek tidak diperbolehkan. Contoh: 4
A: “Pak, minta uangnya untuk besok” B: “Bapak, besok beli bukunya bagaimana?”
C: “Bapak, besok aku jadi ke gramedia, bukan?” Dalam tuturan 4A, B, dan C di atas merupakan tuturan seorang anak
yang sedang meminta uang kepada bapaknya untuk membeli buku. Tuturan- tuturan tersebut dituturkan dalam konteks dan situasi yang berbeda-beda.
c. Maksim Pelaksanaan The Maxim of Manner
Dalam maksim pelaksanaan, seorang peserta tutur bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak
mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerjasama Grice karena tidak memenuhi maksim pelaksanaan.
Contoh: 7 A: “Ayo, cepat dibuka”
B: “Sebentar dulu, masih dingin.” Pada tuturan 7 yang dikutip dari buku Kartun karya I Dewa Putu Wijana
di atas memiliki kadar kejelasan yang rendah dan ketidakjelasan tentunya sangat nyata. Tuturan yang berbunyi “Ayo, cepat dibuka” bisa dikatakan tidak
memberikan informasi yang jelas tentang apa yang dimaksud oleh penutur. Apa yang harus dibuka pun masih kurang jelas, karena kata itu dapat ditafsirkan