Penyimpangan Maksim Kualitas Penyimpangan Prinsip Kerjasama
Contoh: 13 A: “Manusia matanya cuma dua... Apa yang matanya banyak?”
B: “Angin, delapan penjuru mata angin.” Wacana pada contoh 13 menunjukkan adanya pemanfaatan polisemi kata
mata. Berbeda halnya dengan wacana berikut ini. Contoh: 14
A: “Masa Peru ibu kotanya Lima, banyak sekali” B: “Bukan jumlahnya, tapi namanya.”
Dalam wacana 14 penutur memanfaatkan homonimi kata lima “nama
bilangan” dengan nama ibu kota Peru. Berbeda lagi dengan contoh di bawah ini.
Contoh: 15 A: “Kenapa disebut banjir?”
B: “Dari kata bantuan jika ada air.” Dalam wacana 15 memanfaatkan akronim kata banjir
“air bah” menjadi “bantuan jika ada air”. Pemanfaatan ambiguitas ternyata tidak terbatas pada
pemanfaatan homonimi, polisemi, dan akronim, tetapi meliputi pula pemanfaatan ketaksaan yang lain seperti substitusi bunyi, penambahan bunyi, idiom, dan
peribahasa seperti nampak pada wacana di bawah ini: Contoh: 16
A: “Dul, sebelah rumahku ada janda kembang.” B: “Jangan kau buat jadi janda kembung, lho”
Contoh: 17 A: “Aku ini pegawai negeri golongan 4, kau mintain kalung berlian,
edan” B: “Apa? Sedan? Boleh, nggak usah kalung, Sedan juga mau. Twin
Cam, Ya? Contoh: 18
A: “Marilah kita singsingkan lengan baju” B: “Wah, la baju saya tanpa lengan itu”
Contoh: 19 A: “Bersatu kita teguh. Bercerai minta izin kepala departemen.”
Bila diperhatikan, pada wacana 16, maka substitusi bunyi a menjadi u pada kata kembang menjadi kembung perut menjadi besar seperti balon agaknya,
hal itu dimaksudkan sebagai sumber kelucuannya. Dalam wacana 17, adanya penambahan bunyi s sehingga terjadi perubahan kata edan menjadi sedan.
Wacana 18 adanya idiom menyingsingkan lengan baju, maka orang yang mengucapkan atau menulis seruan itu mengajak pendengar atau pembaca untuk
bekerja keras. Akan tetapi, himbauan yang mengajak untuk bekerja keras sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan bentuk baju kaos dalam tak berlengan
yang dikenakannya. Kemudian wacana 19, dalam konteks tertentu bercerai bermakna „berpisah dari ikatan perkawinan‟. Sebagai peribahasa pernyataan A
harus dilengkapi dengan teguh karena makna pertama yang dimaksud, bukannya dengan minta izin kepala departemen yang berhubungan dengan makna kedua,