bermacam-macam. Demikian pula pada kalimat “Sebentar dulu, masih dingin.”
Pada kalimat tersebut pun tidak dijelaskan apa yang dingin itu. Apakah yang dimaksud adalah udaranya yang dingin, atau sikap yang dingin. Tuturan pada
kalimat ini menurut prinsip kerjasama Grice melanggar maksim pelaksanaan, sebab tuturan tersebut tidak memberikan informasi yang jelas, tentang apa yang
mereka tuturkan.
d. Maksim Relevansi The Maxim of Relevance
Di dalam maksim relevansi dinyatakan bahawa agar terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat
memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipetuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak
mematuhi dan melanggar prinsip kerjasama. Contoh: 5
Direktur: “Bawa sini semua berkasnya akan saya tanda tangani dulu” Sekretaris: “Maaf Bu, kasihan sekali nenek tua itu.”
Pada kalimat 5 dapat dikatakan melanggar maksim kerjasama relevansi. Dikatakan demikian karena apabila dicermati secara mendalam, tuturan yang
disampaikan sekretaris, yakni berupa kalimat “Maaf Bu, kasihan sekali nenek tua itu.” Tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang Direktur, yakni
berupa perintah untuk membawa semua berkasnya untuk ditandatangani.
Contoh: 6 Sang Hyang Tunggal: “Namun sebelum kau pergi, letakakanlah kata-
kataku ini dalam hati” Semar: “Hamba bersedia, ya Dewa.”
Dalam tuturan 6 di atas dapat dikatakan mematuhi maksim kerjasama relevansi. Dikatakan demikian, karena apabila dicermati secara lebih mendalam,
tuturan yang disampaikan ole h tokoh Semar, yakni “Hamba bersedia, ya Dewa,”
benar-benar merupakan sebuah tanggapan atas perintah Sang Hyang Tunggal yang bertutur “Namun sebelum kau pergi, letakkanlah kata-kataku ini dalam
hati ”. Antara Semar dan Sang Hyang Tunggal terjalin relevansi yang benar.
3. Penyimpangan Prinsip Kerjasama
Wijana 2004: 78 menyatakan bahwa untuk menciptakan wacana yang wajar, komunikasi yang dibangun harus kooperatif. Dalam jenis komunikasi ini,
penutur akan berbicara seinformatif mungkin, memberikan informasi dengan bukti-bukti yang memadai, memperhatikan konteks pembicaraan, memberikan
tuturan yang ringkas, dan tidak taksa sehingga tidak menyesatkan mitra tutur. Jenis komunikasi ini akan gagal jika penutur dan mitra tutur tidak dapat
mengontrol prinsip kerjasama percakapan itu.
a. Penyimpangan Maksim Kuantitas
Wijana 2004: 79-81 menyatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan prinsip kerjasama dalam berkomunikasi, penutur memberikan informasi sebanyak
yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Di dalam wacana humor, diciptakan wacana-