Contoh: 6 Sang Hyang Tunggal: “Namun sebelum kau pergi, letakakanlah kata-
kataku ini dalam hati” Semar: “Hamba bersedia, ya Dewa.”
Dalam tuturan 6 di atas dapat dikatakan mematuhi maksim kerjasama relevansi. Dikatakan demikian, karena apabila dicermati secara lebih mendalam,
tuturan yang disampaikan ole h tokoh Semar, yakni “Hamba bersedia, ya Dewa,”
benar-benar merupakan sebuah tanggapan atas perintah Sang Hyang Tunggal yang bertutur “Namun sebelum kau pergi, letakkanlah kata-kataku ini dalam
hati ”. Antara Semar dan Sang Hyang Tunggal terjalin relevansi yang benar.
3. Penyimpangan Prinsip Kerjasama
Wijana 2004: 78 menyatakan bahwa untuk menciptakan wacana yang wajar, komunikasi yang dibangun harus kooperatif. Dalam jenis komunikasi ini,
penutur akan berbicara seinformatif mungkin, memberikan informasi dengan bukti-bukti yang memadai, memperhatikan konteks pembicaraan, memberikan
tuturan yang ringkas, dan tidak taksa sehingga tidak menyesatkan mitra tutur. Jenis komunikasi ini akan gagal jika penutur dan mitra tutur tidak dapat
mengontrol prinsip kerjasama percakapan itu.
a. Penyimpangan Maksim Kuantitas
Wijana 2004: 79-81 menyatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan prinsip kerjasama dalam berkomunikasi, penutur memberikan informasi sebanyak
yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Di dalam wacana humor, diciptakan wacana-
wacana yang melanggar maksim ini seperti memberikan kontribusi yang kurang memadai dari apa yang dibutuhkan oleh mitra tutur sehingga kelancaran
komunikasi menjadi terganggu. Untuk itu dapat diperhatikan wacana di bawah ini: Contoh: 8
A: “Siapa nama istri Mas Koki?” B: “Mbakyu.”
Pada tuturan 8 dalam wacana tersebut, memang memungkinkan B memanggil istri Mas Koki dengan Mbakyu, tetapi untuk menjawab pertanyaan
A tidak memadai atau tidak informatif. Tokoh A dalam hal ini tidak menanyakan panggilan sapaan yang umum digunakan untuk memanggil seorang
perempuan yang berusia lebih tua dalam bahasa Jawa, tetapi nama perempuan itu. Bila B menyebutkan nama perempuan itu, wacana tersebut menjadi wacana
yang wajar. Bentuk penyimpangan maksim kuantitas yang lain adalah pemberian
informasi yang sifatnya berlebihan. Bila penutur mengetahui mitra bicaranya memberikan kontribusi semacam itu tentu ia tidak akan bertanya. Untuk lebih
jelasnya dapat perhatikan wacana di bawah ini. Contoh: 9
A: “Mobilku ringsek ketabrak kereta... Kau bisa ngetok sampai kelihatan baru lagi?”
B: “Bisa Tuan, tapi waktunya kira-kira 16 tahun.” Bila diperhatikan secara seksama, kontribusi tokoh B dalam wacana