Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa iklan radio Purbalingga tentunya memilki kekhasan tersendiri, seperti penggunaan dialek Banyumas yang terkadang terdengar kasar.
Iklan yang disajikan tidak semuanya dapat diterima oleh masyarakat karena banyak yang berpendapat iklan juga dianggap tidak santun tentunya terlihat dari
bahasa yang digunakan. Tentu saja hal ini tidak terlepas dengan budaya di sekitarnya, karena tata krama atau kesantunan sebagai cermin suatu masyarakat.
Diharapkan bahasa yang digunakan iklan radio Purbalingga tidak akan mengubah makna yang ingin disampaikan.
Leech 1993 menjelaskan bahwa dalam bertutur hendaknya memperhatikan kesantunan karena kesantunan tidak bisa dianggap remeh. Untuk itu, Leech
mengemukakan prinsip kesantunan sebagai pengendali atau pengontrol tuturan untuk mengurangi akibat yang kurang menyenangkan yang dapat mengakibatkan
konflik karena kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur. Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech terdiri dari enam maksim, yaitu maksim
kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim
penghargaan, maksim
kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian. Dengan adanya prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech 1993 hendaknya diterapkan
agar tuturan yang bersifat tabu atau emosi yang tidak terkontrol dapat dihindari. Tentunya dalam berkomunikasi penutur harus memperhatikan komponen
tuturannya. Menurut Dell Hymes via Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 48, dalam bertutur hendaknya memperhatikan delapan komponen tuturan agar
terhindar dari ketidaksopanan. Kedelapan komponen ini, biasa dirangkai menjadi
akronim “
SPEAKING
”. Kedelapan komponen tersebut adalah
setting and scene
,
participants
,
ends: purpose and goal
,
act sequences
,
key: tone or spirit of act
,
Instrumentalities
,
norms of interaction and interpretation
, dan
genre
. Iklan radio Purbalingga dapat berupa tuturan yang mematuhi prinsip
kesantunan berbahasa dan ada yang menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa. Selain itu, ada berbagai kemungkinan yang melatarbelakangi tuturan
yang mematuhi dan menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa iklan radio Purbalingga. Penelitian kesantunan dipandang sebagai pengaitan bahasa dengan
tujuan penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi pragmatik. Berikut ini salah satu contoh penggunaan maksim penghargaan.
A : “
Sepatumu bagus sekali
” B :
“Wah, ini sepatu bekas; belinya juga di pasar loak.” Sumber : Chaer, 2010: 57
Penutur A pada percakapan di atas bersikap santun, karena berusaha memaksimalkan keuntungan lawan tuturnya. Penutur B berusaha santun dengan
berupaya meminimalkan penghargaan dirinya sendiri. Tuturan A menunjukkan rasa kagumnya terhadap sepatu yang dimiliki oleh B.
John R. Searle 1983 menyatakan bahwa dalam praktik penggunaan bahasa sesungguhnya terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur
tersebut adalah 1 lokusi, 2 ilokusi, dan 3 perlokusi. Menurut Searle via Leech: 164-165 jenis tindak tutur dan hubungannya dengan fungsi komunikasi
menyangkut lima fungsi yaitu: asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.
Setiap tuturan seseorang memiliki fungsi dan maksud yang berbeda-beda sehingga apa yang diucapkan dapat diterima atau dipahami dengan baik oleh
pendengarnya termasuk iklan yang disiarkan radio Purbalingga. Dalam bertutur hendaknya tidak secara langsung, tetapi dapat menggunakan
basa-basi untuk mengontrol kesantunan, begitu pula pada iklan radio Purbalingga. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka media yang digunakan
adalah radio Purbalingga. Adapun alasan peneliti memilih topik ini karena iklan radio Purbalingga memiliki kemungkinan mengandung penggunaan prinsip
kesantunan berbahasa dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa serta jenis tindak tutur dengan fungsi komunikatif sehingga menarik untuk dikaji.