alur percakapan yang berkaitan tetapi kurang jelas hubungannya Mulyana, 2005: 19-21.
5 Konteks
Konteks adalah latar terjadinya suatu peristiwa komunikasi. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan
tuturan tergantung
pada konteks
yang melatarbelakanginya seperti, waktu, tempat, peserta tutur, dan sebagainya.
Konteks sangat mempengaruhi sebuah tuturan dalam proses komunikasi. Hal ini disebabkan seseorang harus menyesuaikan konteks sehingga tuturan yang
disampaikan dapat komunikatif.
C. Tindak Tutur
Dalam menuturkan sesuatu, seseorang melakukan beberapa tindakan tutur. John R. Searle 1983 menyatakan bahwa dalam penggunaan bahasa terdapat tiga
macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur tersebut, yaitu : 1 Tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna
yang dikandung dalam kata, frasa, dan kalimat itu, 2 tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu, 3 tindak tutur
perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada mitra tutur Rahardi, 2005: 35-36.
Searle menggolongkan tindak tutur menjadi lima bentuk tuturan yang masing- masing memiliki fungsi komunikatif. Tindak tutur dan hubungannya dengan
fungsi komunikasi menyangkut fungsi berikut.
1. Asertif
Asertif atau representatif yaitu tindak tutur yang mengikat penutur atau pembicara pada kebenaran informasi atas apa yang diekspresikan atau yang
diungkapkan, misalnya: menyatakan, menuntut, mengakui, membanggakan, memberitahu, menunjukkan, mengeluh, melaporkan, dan mengemukakan
pendapat. 2.
Direktif
Tuturan direktif bertujuan menghasilkan beberapa efek melalui tindakan lawan tutur atau tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud agar lawan
tuturnya melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan, misalnya: memesan, memaksa, mengajak, memerintah, menyarankan, memohon, menagih,
meminta, memohon penjelasan, menasihati, menghina, melarang, mengemis. 3.
Komisif
Tindak tutur yang mengikat penutur dengan tindakan-tindakan dimasa yang akan datang misalnya: berjanji, bersumpah, menawarkan dan memanjatkan doa.
Tuturan komisif berfungsi menyenangkan karena mengacu kepada kepentingan lawan tutur.
4. Ekspresif
Tindak tutur yang dilakukan untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahu sikap psikologis pembicara, misalnya mengucapkan rasa terima
kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengampuni, menyalahkan, memuji, dan menyatakan belasungkawa, mengecam.
5. Deklarasi
Tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru, misalnya: memutuskan,
membatalkan, membaptis, memecat, memberi nama, menghukum, mengangkat.
D. Iklan Radio sebagai Bentuk Wacana
Iklan merupakan jenis komunikasi massa, karena itu iklan ditunjukkan kepada banyak orang. Menurut PPPI Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, iklan
adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, yang dibiayai oleh pemrakarsa dan ditujukan untuk sebagian atau seluruh
masyarakat Tamburaka, 2013: 96. Sementara Suwandi 2008: 107 berpendapat iklan sebagai bentuk komunikasi
yang digunakan oleh orang, kelompok orang, atau suatu lembaga untuk menyampaikan informasi dan juga visi serta misi kepada pihak lain, khalayak
audience
. Tetapi yang perlu diingat tidak semua informasi merupakan sebuah iklan.
Iklan merupakan bentuk komunikasi yang khas. Kekhasannya terletak pada pemaksimalan informasi dengan waktu yang minimum. Dengan kekhasannya
tersebut membedakan dengan bentuk wacana tulis atau lisan lainnya Mulyana, 2005: 64. Faktor utama kesuksesan sebuah iklan terletak pada strategi dalam
menawarkan sebuah produk yang mengacu kepada realitas sehari-hari dengan menggunakan dialog sealami mungkin yang dimanfaatkan untuk mencapai
keakraban dengan pendengar.