Kepribadian Pada Lanjut Usia Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047
E. Tipe Kepribadian Kritik Diri Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat yang sering menyesali diri
dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan
keberadaan dirinya. Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak dilontarkan. Kalau dapat nilai jelek, selalu mengkritik dirinya
dengan kata dasar orang bodoh maka malas belajar. Begitu juga setelah dewasa dalam mencari pekerjaan dan bekerja juga tidak berambisi yang penting bekerja namun karier
tidak begitu diperhatikan. Keadaan itu biasanya juga mengakibatkan kondisi sosial ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena sulit diajak kerja keras.
Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur kalau dapat jodoh, namun setelah menikah hubungan suami istripun tidak mesra karena selalu mengkritik
dirinya dengan segala kekurangannya. Karena kurang akrab berkomunikasi dengan suami atau istri, maka mudah terjadi salah faham, salah pengertian dan mudah
tersinggung. Kehidupan dalam keluarga kurang hangat dan kurang membahagiakan dirinya. Dalam menghadapi masa pensiun mereka akan menerima dengan rasa berat,
karena merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Model kepribadian inilah yang sering terlihat pada lanjut usia yang antara suami dan istri menjadi tidak akur,
sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan walaupun hidup dalam satu atap.
F. Tipe Kepribadian Defensif Orang ini biasa dulunya mempunyai pekerjaanjabatan. Emosi tidak stabil, bersifat
selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi
“menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun.
V. CIRI-CIRI LANJUT USIA
Sama seperti setiap peroide lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut
menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita lanjut usia akan melakukan penyesuian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri lanjut usia
cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan. Itulah sebabnya mengapa lanjut usia lebih
ditakuti daripada usia madya dalam kebudayaan Amerika.
A. Lanjut Usia Merupakan Periode Kemunduran
Seperti yang telah ditekan berulang-ulang orang tidak pernah bersifat statis. Karena itu, orang sering berubah secara konstan. Selama bagian awal dari
kehidupan perubahan itu bersifat evolusional dalam arti bahwa orang selalu menuju pada kedewasaan dan keberfungsian. Sebaliknya, pada bagian selanjutnya, mereka
tidak evolusional lagi, yang mencabut regresi kepada tahap awal. Perubahan- perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang pada umumnya dikenal
dengan istilah “menua”. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi struktur baik fisik maupun mentalnya dan keberfungsiannya juga.
Periode selama lanjut usia, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat
dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima puluhan atau tidak sampai
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
87
Kepribadian Pada Lanjut Usia Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047
mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya.
Istilah “keuzuran” senility digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama lanjut usia apabila sudah terjadi disorganisasi mental. Seseorang yang
menjadi eksentrik, kurang perhatian, dan terasing secara sosial, maka penyesuaian dirinya pun buruk, biasanya disebut “uzur”. Keuzuran mungkin terjadi pada awal
usia lima puluhan, atau malah tidak terjadi sama sekali karena telah meninggal sebelum mengalami proses pemunduran tersebut.
Pemunduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel
tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri,
orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak. Akibatnya, orang menurun secara
fisik dan mental dan mungkin akan segera mati. Bagaimana seseorang mengatasi ketegangan dan stress hidup akan mempengaruhi laju kemunduran itu.
Demikian juga halnya bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran. Seseorang yang mempunyai motivasi rendah untuk mempelajari hal-
hal baru, atau ketinggalan dalam penampilan, sikap atau pola perilaku, akan semakin memburuk lebih cepat daripada orang yang mempunyai motivasi yang
kuat. Masa luang yang baru akibat tumbuhnya masa pensiun sering membawa kebosanan yang semakin memperkecil dan melemahkan motivasi seseorang.
Gambar 2. Kegiatan bermain bersama B. Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Dewasa ini, lebih banyak terjadi daripada dahulu kala bahwa menua itu mempengaruhi orang-orang secara berbeda. Maka tidak mungkin
mengklasifkasikan seseorang sebagai manusia lanjut yang “tipikal” dan ciri “tipikal” dari lanjut usia. Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka
mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi dan latar pendidikan yang berbeda, dan pola hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan diantara orang-orang
yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada
masing-masing jenis kelamin. Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, perbedaan-
perbedaan tersebut akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama. Sebagai contoh, beberapa orang berfikir bahwa masa pensiun itu
merupakan berkah dan keberuntungan, sedangkan orang-orang lain menganggapnya sebagai kutukan.
Sebagai kebiasaanhukum umum bahwa proses menua fisik lebih cepat dibandingkan dengan proses menua mental, walaupun hal yang sebaliknya
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
88
Kepribadian Pada Lanjut Usia Meilisa Maretta Arif, S.Ked 406080047
seseorang sangat memikirkan proses ketuaannya dan membiarkan saja proses menua mentalnya terjadi apabila tanda-tanda pertama ketuaan fisik tampak.
C. Usia Tua Dinilai dengan Kriteria yang Berbeda