Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 31 Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli Konsumen Rokok di Banda Aceh This study is aimed to determine effectiveness of anti-smoking advertis- ing and its impact toward attitudes, perceptions, and interests of cigarettes consumers in Banda Aceh. The result would be expected as an anti-smoking campaign evaluation material launched by the government. In addition to that, public service advertising PSA program to prevent illness and deaths caused by smoking can be effectively implemented. This research uses caus- al hypothetical design. The data obtained through interviews to the respond- ents met in several busiest coffeeshops in Banda Aceh. The effectiveness of advertising is measured by using modiication of the consumer decision model Consumer Decision Model CDM. Data is analysed by using Gen- eral Linear Model GLM. The research is limitised on the dangers of smok- ing messages placed on outdoor advertising billboards and mini-billboards and the packaging of cigarettes. Sample was gathered by using two-stage non-probability sampling method. First, selecting coffee shop or cafe vis- ited by many buyers as well as research sites representing each of the exist- ing districts in the city of Banda Aceh. After that, interview consumers who are willing to be interviewed. The study shows that consumers have started smoking since juvenile 16 years and classiied as medium level smokers. Respondents were dominated by male smokers, but there are a small propor- tion of women smokers, as well. The average consumer noted that the anti- smoking ad is effective. However, their attitude toward smoking is remain neutral. Although they perceived cigarette as a bad thing, their intention to smoke is remain high. Research shows that there is a signiicant relation- ship between anti-smoking advertising toward attitudes, perceptions, and consumer intention in Banda Aceh. But the inluence of advertising toward attitudes, perceptions and smoking intention is relatively small. The result shows that anti-smoking ad has a signiicant effect on perception α = 5 and intention to smoke α = 10, but has no signiicant effect on consumer attitudes. Keywords: Anti-smoking advertising, attitude toward cigarette, perceived value, intention to smoke jeliteng Pribadi Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 ISSN: 2338-2864 p. 31-40 32 Jurnal Visioner Strategis Jeliteng Pribadi lATAr BelAKAnG Rokok telah menjadi salah satu penyebab ke- matian paling besar di banyak negara di dunia, terutama di negara-negara maju. Oleh sebab itu, banyak negara yang mulai menetapkan batasan kepada warganya untuk merokok, baik melalui kewajiban memasang pesan layanan masyarakat bahaya merokok pada setiap iklannya, maupun melalui pembatasan tempat-tempat untuk mero- kok. Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan agar setiap iklan rokok mencantumkan pesan lay- anan masyarakat tentang bahaya yang ditimbul- kan akibat rokok baik di setiap iklannya, maupun di kemasan rokoknya. Pesan tersebut berbunyi: “Peringatan Pemerintah: merokok dapat meny- ebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.” Meskipun iklan layanan masyarakat ini te- lah lama diterapkan secara luas, namun hasilnya masih belum nampak secara nyata. Terlebih lagi, iklan layanan masyarakat ini hampir tidak pernah dievaluasi untuk diperbaiki atau dikembangkan dalam bentuk-bentuk yang lebih baik sehingga benar-benar mampu menekan jumlah kematian akibat penyakit yang ditimbulkan oleh rokok. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian ini. Salah satu model yang dapat digunakan un- tuk mengukur efektiitas iklan adalah Consumer Decision Model CDM. Terdapat enam variabel yang saling berhubungan interrelated variables dalam suatu pesan iklan meliputi: F Information, B Brand Recognition, A Attitude, C Coniden- ce , I Intention dan P Purchase, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Keterangan: F = Pesan Iklan B = Pengenalan Merek C = Keyakinan Konsumen A = Sikap Konsumen I = Niat Beli P = Pembelian Nyata Gambar 1. Consumer decision Model CdM Sumber: Howard, C dan Green 1998 Alur model di atas diawali dari konsumen yang menerima informasi F, Information, kemudian dari informasi tersebut dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dari penge- nalan merek oleh konsumen B, Brand Recogni- tion selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan mem- bentuk sikap A, Attitude, dan selanjutnya dapat menciptakan dan menambahkan ke dalam pikiran konsumen sebagai tingkat keyakinan C, Con- idence yang menunjukkan penilaian terhadap merek yang bersangkutan dapat memberikan ke- puasan atau tidak. Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang kesemuanya itu diharapkan mampu menimbulkan niat beli I, Intention dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian P, Purchase yang nyata. PenGerTiAn dAn MAnFAAT iKlAn Meskipun iklan sudah lama dikenal banyak orang, namun pengertiannya secara akademis ma- sih belum dikenal luas. Deinisi tradisional ten- tang iklan adalah “a series of elements that distin- guish the ield from others” Richards and Curran, 2002. Sejalan dengan waktu, defenisi ini terus berkembang. Salah satu defenisi iklan yang sudah lama dikenal luas adalah: “Advertising is the non- personal communication of information usually paid for and usually persuasive in nature about products, services or ideas by identiied sponsors through the various media.”Bovee, 1992, p. 7. Defenisi di atas sejalan dengan Kotler 2008:8 yang mengatakan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh satu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Mengutip Colley dalam bukunya yang terk- enal “ Deinining Advertising Goals for Measured Advertising Results”, Kotler 1997 :236 menyata- kan bahwa tujuan periklanan terdiri dari yakni tu- juan komunikasi dan tujuan penjualan spesiik. Di sini, ia menjelaskan tentang metode yang disebut DAGMAR untuk mengubah periklanan menjadi C F B I P A Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 33 sasaran penjualan spesiik yang terukur. Tujuan periklanan merupakan suatu tugas komunikasi spesiik dan tingkat keberhasilan yang harus dica- pai dengan Audiens spesiik pada periode waktu tertentu. Dalam pendekatan DAGMAR, Colley mengajukan mengajukan bahwa tugas komunika- si dibagi atas suatu model bertingkat dalam proses komunikasi dengan empat tahapan yakni: 1 Awa- reness : membuat konsumen mengetahui kebera- daan merek atau perusahaan. 2 Comprehension : membangun pemahaman tentang produk dan apa yang akan diberikannya kepada konsumen. 3 Conviction : membangun karakter mental konsu- men untuk membeli produk. 4 Action : mengajak konsumen membeli produk tersebut. sikap Konsumen Sikap merupakan suatu kecenderungan bertin- dak yang diperoleh hasil belajar dengan mak- sud yang konsisten, yang menunjukan rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Kotler dan Armstrong 1997:157, menyatakan bahwa sikap adalah “Evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten”. Allport dalam Zulganef 2002 men- deinisikan sikap sebagai “Kesiapan mental yang diorganisir berdasarkan pengalaman, yang meru- pakan respon individual terhadap semua objek dan situasi yang terkait dengan pengalaman terse- but”. Eagly seperti dikutip oleh Zulganef 2002 mengungkapkan bahwa umumnya sikap digam- barkan sebagai “kecenderungan evaluasi terhadap sesuatu atau sering diartikan sebagai kecenderun- gan psikologis yang diekspresikan melalui evalu- asi entitas tertentu dengan kadar kesukaan atau ketidaksukaan”. Entitas tersebut sering dinama- kan obyek sikap yang dapat berupa apapun yang dapat dibedakan secara jelas oleh seseorang. Peter dan Olson 1993:177 mendefenisikan sikap seba- gai evaluasi menyeluruh seseorang terhadap suatu konsep. Sikap merupakan evaluasi yang diben- tuk oleh sistem kognitif yang merupakan evalu- asi keseluruhan manakala orang menggabungkan pengetahuan, makna, atau kepercayaannya ten- tang suatu konsep. Kotler 1997:189 menyatakan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu 1 komponen kognitif yaitu pengetahuan dan keyakinan sese- orang mengenai suatu yang menjadi obyek sikap, 2 komponen afektif yaitu perasaan terhadap ob- jek dan 3 komponen konatif yaitu kecenderun- gan melakukan sesuatu terhadap objek sikap. Sikap memiliki berbagai fungsi dan pendeka- tan yang paling sedikit satu asumsi tujuan implisit. Sebagai contoh Katz 1960 telah mengusulkan berbagai macam sikap yang masing-masing mem- punyai fungsi yang berbeda yakni fungsi pengeta- huan, fungsi instrumentalis atau fungsi manfaat, dan fungsi pertahanan diri, serta fungsi penggam- baran nilai. Model Multiatribut sikap Model multiatribut sikap yang telah banyak digunakan secara luas adalah Model Martin Fish- bein. Proposisi kunci teori Fishbein adalah bahwa evaluasi kepercayaan yang menonjol tentang suatu objek membentuk sikap secara keseluruhan. Con- toh, masyarakat cenderung menyukai objek yang diasosiasikan dengan karakteristik-karakteristik yang baik dan tidak menyukai objek yang mereka percayai memiliki atribut yang jelek. Model sikap terhadap objek ini mengidentii- kasi 2 faktor utama yang digunakan untuk mem- prediksi sikap yakni: 1 Salient belief keper- cayaan yang dominan yang dimiliki masyarakat terhadap objek yang diidentiikasi. 2 Kekuatan kepercayaan dimana objek memiliki atribut tert- entu dalam suatu pertanyaan. Pengertian Persepsi Berbagai kalangan ahli dan pemerhati menaja- men memberikan batasan atau mendefenisikan persepsi dengan cara yang berbeda-beda, namun dengan konsep yang pada dasarnya adalah sama. Schiffman dan Kanuk 2004 berpendapat bahwa ”Perception is the process by which an individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”. Deinisi di atas menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses yang membuat seseorang me- milih, mengorganisasikan, dan menginterprestasi- kan rangsangan yang diterima menjadi suatu gam- baran yang berarti dan lengkap tentang dunianya. Gibson 1992 menggambarkan persepsi keda- lam suatu skema dimana individu menggunakan 34 Jurnal Visioner Strategis Jeliteng Pribadi panca inderanya untuk mengenali lingkungan: pandangan, sentuhan, penginderaan, pengecapan, dan pembauan. Mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari lingkungan merupakan proses awal terbentuknya persepsi. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan, dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. Oleh ka- rena itu, setiap orang memberi arti sendiri ter- hadap rangsangan, dan setiap individu berbeda dalam ‘melihat’ hal yang sama, dengan cara yang berbeda. Cara seseorang melihat keadaan sesekali mempunyai arti yang lebih banyak untuk mengerti perilaku daripada keadaan itu sendiri. Faktor-Faktor yng Mempengaruhi Keputusan dan Motif Membeli Kotler 1994 : 212 menjelaskan bahwa ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam pros- es pembelian suatu produk, yaitu: pengenalan masalah, pencarian motif, penelitian alternatif, keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Sedangkan peranan iklan berada pada tahap kedua dan ketiga. Tidak jarang ditemui bahwa keputusan membeli terjadi setelah ada rangsangan dari iklan. Penelitian sebelumnya Penelitian tentang pengaruh iklan bahaya mer- okok terhadap sikap dan minat konsumen telah banyak diteliti para ahli. Meskipun demikian, beberapa studi menemukan bahwa iklan ini bisa cenderung kontraproduktif. McDanield dan Mason 1999:1 mengungka- pkan bahwa pemasaran terhadap produk-poduk akohol dan tembakau serta hubungannya terhadap implikasi kebijakan publik telah menjadi isu yang kontroversial di dunia, sehubungan dengan isu-isu kesehatan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa responden memiliki perbedaan sikap yang signiikan terhadap dua katagori ini dan pesan sponsornya. Dalam satu artikel yang lain, mengutip Far- rely et al. 2002 dan Reardon et al. 2006, Bajde dan Vida 2008: 88-89 mengungkapkan bahwa meskipun banyak upaya secara akademis untuk merekomendasikan kampanye anti merokok, de- mikian pula kebijakan publik untuk mencegah anak-anak merokok, studi terkini menunjukkan bahwa iklan anti merokok tertentu tidak lebih efektif, bahkan konttra produktif. hipotesis 1. Terdapat hubungan yang signiikan antara iklan bahaya merokok terhadap sikap, persepsi nilai, dan minat membeli konsumen secara keseluruhan. 2. Terdapat pengaruh yang signiikan antara iklan bahaya merokok dengan sikap konsumen secara langsung. 3. Terdapat pengaruh yang signiikan antara iklan bahaya merokok dengan persepsi nilai konsumen secara langsung. 4. Terdapat pengaruh yang signiikan antara iklan bahaya merokok dengan minat membeli konsumen secara langsung. sampel Penelitian Teknik pengambilan sample terdiri atas dua tahap yakni: tahap pertama merupakan tahap pe- milihan lokasi dan tahap kedua merupakan tahap pengambilan sampel. Atas pertimbangan lokasi pemusatan penduduk, biaya dan waktu penelitian, maka warung-warung kopi yang ramai dikunjungi konsumen di sekitar Kota Banda Aceh dipilih se- bagai lokasi penelitian. Selanjutnya sampel pene- litian akan diambil dengan menggunakan metode non-probability sampling. Dengan metode ini, peneliti hanya akan mewawancarai responden ter- tentu yang ada di lokasi penelitian yang bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden dalam pe- nelitian ini sebanyak 150 orang. Penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Data untuk keperluan penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung ke- pada responden dengan panduan kuesioner. Re- sponden dijumpai di beberapa warung kopi yang sangat popular di sekitar Kota Banda Aceh seperti Warung Kopi Dek Mi Pusat Kota, Warung Kopi Tauiq Kampung Laksana Warung Kopi Jasa Ayah Ulee Kareeng, dan Warung Kopi Dek Mi Darussalam. Metode Analisa data Penelitian ini menggunakan metode asosiatif yang bertujuan untuk melukiskan secara sistema- tis fakta atau karakteristik sampel secara faktual Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 35 dan cermat serta mencari hubunganpengaruh antara satu variable dengan variable lainnya. Pen- dekatan yang digunakan untuk menganalisis jawa- ban pertanyaan–pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah integrasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Presentasi data dilakukan dalam bentuk tabulasi statistik, sehingga memudahkan interpre- tasi dan analisis. Variabel utama penelitian ini adalah iklan ba- haya merokok, sikap, persepsi nilai, dan minat membeli konsumen. Iklan bahaya merokok di- ukur melalui awareness mengetahui keberadaan, comprehension pemahaman, conviction mem- bangun keyakinan, action mengajak pada suatu tindakan. Sikap terhadap rokok diperoleh dengan menggunakan model multiatribut Fishbein. Model ini menyatakan bahwa sikap merupakan fungsi dari kekuatan kepercayaan dan evaluasi terhadap kepercayaan tentang variabel-variabel suatu ob- jek. Bentuk matematisnya adalah: ∑ = = n i i i o e b A 1 Dimana: A o = Sikap terhadap objek b i = Kekuatan kepercayaan tentang atribut i objek e i = Evaluasi atribut I objek n = Jumlah kepercayaan yang menonjol tentang suatu objek Peralatan Analisis Analisis statistik deskriptif akan digunakan pada penelitian ini mengingat penelitian ini tidak bermakusd membuat jastiikasi populasi melalui hasil dari sample. Statistk Genera Linear Model GLM akan digunakan untuk mencari pengaruh antara variable independen dengan variable de- pendent. Karakteristik responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia remaja 21 tahun. Hal ini se- cara tidak langsung juga mencerminkan pengun- jung warung kopi di Banda Aceh. Faktor usia se- cara tidak langsung juga mereleksikan pekerjaan responden dimana sebagian besar responden ada- lah mahasiswa 42,7. Sebagian lagi bekerja se- bagai Pegawai Swasta 18, dan Pegawai Negeri Sipil 12,7. Sebesar 27,6 persen bekerja seba- gai pengusaha, petani, TNI, buruh, dan tukang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumn- ya responden mengaku termasuk dalam katagori perokok sedang 58. Katagori kedua terbesar adalah perokok berat 28 dan hanya sedikit di- antaranya yang merupakan perokok ringan 14. Rata-rata responden sudah mulai merokok pada usia 15,9 tahun. Untuk lebih detil, dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Karakteristik responden No Uraian Frekuensi Persentase 1 Jenis kelamin 1. Pria 2. Wanita 148 2 98,7 1,3 2 Pendidikan Terakhir 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. AkademiDiploma 5. Sarjana 4 5 109 11 21 2,7 3,3 72,7 7,3 14,0 3 Status Perkawinan 1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Duda Janda 35 113 2 23,3 75,3 1,3 4 Pekerjaan 1. Mahasiswa 2. Pegawai Swasta 3. PNS 4. Lainnya 64 27 19 40 42,67 18,0 12,7 26,63 Jumlah Responden 150 5 Usia rata-rata responden tahun Std. Deviasi 25,3 6,1 6 Usia rata-rata mulai merokok tahun Std. Deviasi 16,0 3,4 36 Jurnal Visioner Strategis Jeliteng Pribadi Pengujian Validitas Alat ukur Pengujian validitas tiap butir pertanyaan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengguna- kan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupka jumlah tiap skor butir. Statistik uji Pearson Product-Moment Coefisient of Corelation digunakan untuk menda- patkan skor korelasi masing-masing butir. Syarat minimum yang dianggap valid adalah r≥0,3 Sugi- yono, 2000:124. Validitas instrument juga dapat dilihat dengan membandingkan nilai korelasi hi- tung dengan nilai kritis korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua item pertanyaan mempunyai korelasi hitung r≥0,3. Juga, seluruh pernyataan memiliki tingkat signii- kansi alpha dibawah 5. Pengujian reliabilitas Hasil uji Cronbach Alpha membuktikan bah- wa variabel dalam penelitian ini a.l.: Efektivitas Iklan, Sikap Kepercayaan dan Evaluasi, Persepsi Nilai, dan Minat Membeli Rokok adalah reliable. Skor Cronbach Alpha semua variable penelitian dari 0,6. Hasil analisis reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 2. Pengujian Asumsi: Pengujian normalitas Hasil pengujian menunjukkan semua variabel penelitian mempunyai skor Kolmogorov-Smirnov, p0,05. Iklan D=0,076, Sikap D=0,162, Persepsi D=0,174, dan Minat D=0,164. Den- gan demikian dapat dikatakan bahwa semua data dalam keadaan normal. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Pengujian Asumsi: Pengujian homogenitas Varians Hasil uji homogenitas dalam penelitian ini da- pat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji Levene menunjukkan bahwa sig- nifkansi statistik Levene untuk Faktor Persepsi dan Minat Merokok p α=0,01. Masing-masing faktor memiliki p=0,435 dan 0,135. Dengan de- mikian data kedua faktor ini bersifat homogen. Namun, untuk faktor sikap terhadap rokok memi- liki p = 0,001 α=0,05. Berarti, pada taraf nyata 0,01, faktor sikap tidak memenuhi asumsi homo- skedastisitas. uji linearitas Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F untuk Faktor Sikap, Persepsi dan Minat merokok masing-masing sebesar 2.230 p=0,111, 2,194 p=0,115, dan 0,178 p=0,837. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa sig. α 0,05, berarti model regresi dalam penelitian ini adalah linier. rekapitulasi Variabel Penelitian Setelah melalui porses recoding ulang, hasil rekapitulasi variabel penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden menilai bahwa iklan bahaya merokok adalah efektif. Meskipun de- mikian, rata-rata sikap responden terhadap rokok adalah netral. Sedangkan persepsi responden ter- hadap rokok adalah buruk jelek. Hal ini sangat kontradiktif dengan minat untuk merokok, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata mi- nat merokok responden adalah tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Pengaruh iklan Bahaya Merokok Terhadap sikap, Persepsi nilai dan Keinginan Merokok Regressi pengaruh iklan terhadap sikap, persepsi, dan minat dilakukan dengan menggu- nakan uji statistic General Linear Model GLM. Hasil uji antara kedua kelompok variabel inde- pendent Iklan dan dependen Sikap, persepsi, dan minat merokok pada kedua fungsi disajikan pada tabel berikut: Hasil uji F F test dengan menggunakan Pil- lai Trace, Wilks Lamda, Hotelling Trace, dan Roy Largest Root masing-masing memiliki p = 0,009, 0,008, 0,007, dan 0,001 α 0,05. Dengan demiki- an, Ho1 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara iklan terhadap sikap, persepsi dan minat merokok, ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara iklan bahaya merokok terhadap sikap, persepsi nila dan minat merokok responden. Selanjutnya, untuk melihat lebih jauh pen- garuh yang ditimbulkan oleh variable independent terhadap dependent dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji antar subjek pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa F test untuk masing-masing variable sikap = 1.789 p=0,152, persepsi = 4.127 p=0,008, dan minat merokok = 2.348 p=0,075. Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 37 Tabel 2 hasil Pengujian reliabilitas Variabel N item Koeisien Cronbach Alpha Keterangan Iklan Rokok 11 ,806 Reliabel Kepercayaan Belief Terhadap Rokok 4 ,771 Reliabel Evaluasi Evaluation Terhadap Rokok 4 ,882 Reliabel Persepsi Nilai Terhadap Rokok 6 ,925 Reliabel Minat Merokok 4 ,846 Reliabel Sumber : Data Primer 2009 diolah Tabel 3 hasil Pengujian one-sample Kolmogorov-smirnov Iklan Sikap Persepsi Minat N 150 150 150 150 Normal Parametersa,b Mean 3.6570 3.2600 2.2467 3.5767 Std. Deviation .52674 .44248 .71958 .82125 Most Extreme Differences Absolute .076 .162 .174 .164 Positive .076 .162 .174 .123 Negative -.064 -.138 -.166 -.164 Kolmogorov-Smirnov Z .934 1.979 2.133 2.003 Asymp. Sig. 2-tailed .347 .001 .000 .001 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber : Hasil Penelitian, 2009 diolah Tabel 4 hasil Pengujian levene Levene Statistic df1 df2 Sig. Sikap terhadap Rokok 6.157 3 146 .001 Persepsi .915 3 146 .435 Minat Merokok 1.783 3 146 .153 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Tabel 5 rekapitulasi hasil Penelitian Variabel N Rata-rata SE SD Kesimpulan Value Efektivitas Iklan 150 3,65 ,04 ,52 Efektif Sikap Terhadap Rokok 150 3,26 ,03 ,44 Netral Persepsi Terhadap Rokok 150 2,24 ,05 ,71 Jelek Minat merokok 150 3,57 ,06 ,82 Tinggi Sumber : Hasil Penelitian, 2009 diolah Tabel 6 uji Multivariate Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Intercept Pillai’s Trace .944 805.268a 3.000 144.000 .000 Wilks’ Lambda .056 805.268a 3.000 144.000 .000 Hotelling’s Trace 16.776 805.268a 3.000 144.000 .000 Roy’s Largest Root 16.776 805.268a 3.000 144.000 .000 Eiklan Pillai’s Trace .146 2.488 9.000 438.000 .009 Wilks’ Lambda .858 2.526 9.000 350.609 .008 Hotelling’s Trace .160 2.543 9.000 428.000 .007 Roy’s Largest Root .122 5.945b 3.000 146.000 .001 a Exact statistic b The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the signiicance level. c Design: Intercept+Eiklan 38 Jurnal Visioner Strategis Jeliteng Pribadi Berarti, pengaruh iklan signiikan pada α = 0,05 terhadap persepsi nilai, signifkan pada α = 0,10 terhadap minat konsumen untuk merokok, namun tidak signiikan terhadap pembentukan sikap. Ke- cilnya nilai R 2 untuk masing-masing variable Si- kap 0,035, persepsi 0,078, dan Minat merokok 0,026 turut menguatkan kesimpulan pengujian ini. Berarti ada banyak faktor yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan minat konsumen untuk me- rokok. KesiMPulAn Umumnya konsumen warung kopi di Kota Banda Aceh berprofesi mahasiswa 43. Rata- rata konsumen sudah mulai merokok pada usia re- maja 16 tahun dan termasuk dalam katagori per- okok sedang. Rata-rata konsumen menilai bahwa iklan bahaya merokok adalah efektif. Meskipun demikian, sikap konsumen terhadap rokok tetap netral. Sebaliknya, rokok dipersepsikan sebagai sesuatu yang jelek oleh konsumen, namun minat konsumen untuk merokok tetap tinggi. Terdapat hubungan signiikan antara iklan terhadap sikap, persepsi nilai, dan minat konsumen rokok di Ban- da Aceh. Hasil uji F F test dengan mengguna- kan Pillai Trace, Wilks Lamda, Hotelling Trace, Tabel 7 uji Pengaruh antar subjek Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model Sikap terhadap Rokok 1.982a 3 .661 1.789 .152 Persepsi 7.925b 3 2.642 4.127 .008 Minat Merokok 6.504c 3 2.168 2.348 .075 Intercept Sikap terhadap Rokok 549.353 1 549.353 1487.726 .000 Persepsi 246.123 1 246.123 384.453 .000 Minat Merokok 657.104 1 657.104 711.545 .000 Eiklan Sikap terhadap Rokok 1.982 3 .661 1.789 .152 Persepsi 7.925 3 2.642 4.127 .008 Minat Merokok 6.504 3 2.168 2.348 .075 Error Sikap terhadap Rokok 53.911 146 .369 Persepsi 93.468 146 .640 Minat Merokok 134.830 146 .923 Total Sikap terhadap Rokok 1696.000 150 Persepsi 823.000 150 Minat Merokok 2158.000 150 Corrected Total Sikap terhadap Rokok 55.893 149 Persepsi 101.393 149 Minat Merokok 141.333 149 a R Squared = .035 Adjusted R Squared = .016 b R Squared = .078 Adjusted R Squared = .059 c R Squared = .046 Adjusted R Squared = .026 dan Roy Largest Root masing-masing memiliki p = 0,009, 0,008, 0,007, dan 0,001 α 0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaruh iklan bahaya merokok signiikan terhadap persepsi α = 5, signiikan terhadap minat merokok α = 10, namun tidak signiikan terhadap sikap kon- sumen. sArAn Berdasarkan hasil penelitian di atas, kampanye bahaya merokok perlu disosialisasikan sejak dini. Disamping itu, perlu penerapan peraturan dilarang merokok yang tegas terhadap pelajar di sekolah tingkat SMP dan SMU. Kebijakan pemasangan iklan bahaya merokok pada setiap kemasan rokok dan iklan billboard rokok dapat dipertahankan, karena meskipun belum sepenuhnya dapat menu- runkan minat merokok, namun dapat memberikan persepsi yang negatif terhadap rokok. Kecilnya pengaruh iklan bahaya merokok terhadap sikap, persepsi dan minat konsumen dapat diantisipasi melalui kebijakan yang langsung mengikat. Mis- alnya peraturan dilarang merokok di tempat-tem- pat umum, menerapkan konsep reward dan pu- nishment terhadap kebijakan menyangkut rokok, menaikkan cukai rokok, dsb. Pengaruh Iklan Resiko Merokok Terhadap Sikap, Persepsi Nilai dan Minat Membeli ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 39 reFerensi Bajde dan Vida 2008. The Impact of Ad Characteristics on Adolescents’ Attitudes Towards Antismok- ing Ads. Journal of Managing Global Trasisition. Volume 6 · Number 1 · Spring 2008 Bovee, Jeff 1992, p. 7. Advertising in High Tech Era: Section Two of Advertising. Baker College Cen- ter for Graduate Studies. Dharmmesta 1992 Metode Penelitian Sikap dan Perilaku Konsumen. Jurnal Kelola. No. 2 Vol. 4, 1992, Hal 85-103 Engel, James F., Roger D. Blackwell, and Paul W. Maniard. 1997. Customer Behavior, 6th ed.,Orlndo: The Dryden Press. Fishbien, M. and Ajzen, I. 1975. Believe, Attitude,Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Addison-Wesley, Reading, MA. Gibson 1992. Consumer Behaviour. Richard D. Irwin Publishing Howard, John A 1989, Consumer Behavior in Marketing Strategy , Englewood Cliffs, NJ:Prentice- Hall ,Inc. Howard, John A, Robert P.Shay and Christoper A.Green 1988, “Measuring The Effect of Marketing Information on Buying Intention.” The Journal of Service Marketing, Vol.2 No.4,Fall, P:27-36. Katz, D. 1960 ”The Functional approach to the Study of Attitudes,” Public Opinion Quarterly, Vol. 24: 163-204. Kotler Colley 1997 Deinining Advertising Goals for Measured Advertising Result Kotler, P. Amstrong, G. 1997. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Alih Bahasa: Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo Kotler, P. Armstrong, G. 2008. Principles of Marketing 12 edn. Pearson Education, Inc McDaniel, Stephn R dan Mason, Daniel S 1999. An exploratory study of inluences on public opinion towards alcohol and tobacco sponsorship of sporting events. Journal of Services Marketing. Vol 13 No. 6. 1999 Mowen, J.C. 1993 Consumer Behaviour. 3 Rd ed. Boston : Richard D. Irwin, Inc.. O’Guinn, T. C. Allen, C. T. Semenik, R. J. 2006. Advertising and Integrated Brand Promotion 4edn.. Thomson Corporation. Peter, Paul J. dan Olson, Jerry C. 1993 Consumer Behaviour and Marketing Strategy. 3 rd ed. Boston: Richard D. Irwin. Inc. 40 Jurnal Visioner Strategis Jeliteng Pribadi Richards, I. Jeff and Curran, Catharine M. Summer, 2002. Advertising: Searching for a Deinition. Journal of Advertising, Vol. 31, No. 2, pp. 63-77 article consists of 15 pages. Schiffman, Leon G., and L.L. Kanuk 2004. Consumer Behavior, 8th ed., Englewood Cliff, New Jer- sey: Prentice Hall Inc. Zulganef 2002. “Hubungan Antara Sikap Terhadap Bukti Fisik, Proses, dan Karyawan Dengan Kuali- tas Keterhubungan, dan Perannya Dalam Menimbulkan Niat Ulang Membeli dan Loyalitas.” Mana- jemen Pemasaran. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 41 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral di Wilayah Kerja Bank Indonesia Lhokseumawe This research aim to to analyse the factors inluencing demand of money in Lhokseumawe. variable in this research is Inlation X 1 , Interest Rate X 2 And demand of Money Y. Data used is secondary data with the gathering technique in documentation. Analyse the data calculation with doubled lin- ear analysis regression from Y=573,298+2,577X 1 -38,316X 2 +e . The result of research show the correlation value R equal to 0,509 and coeficient determination R 2 equal to 0.259 meaning that equal to 25,9 change in dependent variable Demand of Money explainable by change in Inlation variable X 1 and Interest Rate X 2 . Result of F-test simulty indicate that by together Inlation variable X 1 and Interest Rate X 2 have an effect on by signiikan to Demand of Money. And result of t-test indicate that by partial is Inlation variable X 1 do not own the inluence which signiikan to Demand of Money in Lhokseumawe and Interest Rate X 2 owning inluence which signiikan to Demand of Money in Lhokseumawe. Keyword : Inlation, Interest Rate, Demand of Money Marbawi Adamy Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe dinda rahma Meiliza Alumn Fakultas Ekonomi Uni- versitas Malikussaleh, Lhokseumawe JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 ISSN: 2338-2864 p. 41-49 42 Jurnal Visioner Strategis Marbawi Adamy dan Dinda Rahma Meiliza lATAr BelAKAnG Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”- nya perekonomian, karena didalam masyarakat modern ini, di mana mekanisme perekonomian berdasarkan lalu-lintas barang dan jasa semua kegiatan-kegiatan ekonomi tadi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan- nya. Dalam perkembanganya uang kertas pun di- rasa mempunyai kelemahan didalam penyelesaian transaksi. Maka timbul gagasan untuk mengguna- kan uang giral giro, rekening koran, atau check didalam penyelesaian transaksi. Karena dengan mudah menuliskan sejumlah uang yang diperlu- kan didalam penyelesaian transaksi oleh pembeli dan diberikan kepada penjual yang tinggal menu- karkan di Bank dengan uang kartal Currencies- logam,kertas. Penggunaan uang giral ini tergantung pada tinggi rendahnya tingkat perekonomian suatu daerah, besar kecilnya kepercayaan masyarakat terhadap jasa Bank dan lainnya. Semakin maju perekonomian suatu daerah maka semakin ser- ing atau semakin banyak penggunaan uang giral dan sebaliknya. Demikian juga semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada bank akan se- makin besar juga penggunaan uang giral didalam penyelesaian transaksinya. Kota Lhokseumawe merupakan bagian sebelah Utara dari propinsi Nangroe Aceh Darussalam NAD memiliki luas wilayah 253,87 Km2 dan memiliki 153.147 jiwa, kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera di antara Banda Aceh dan Medan, san- gat strategis dan berpotensi untuk pengembangan bisnis sehingga kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Perekonomian kota Lhokseumawe semakin pesat laju pertumbuhannya baik dari sektor indus- tri, perdagangan dan pertanian dengan mening- katnya pertumbuhan perekonomian dan berkem- bangan usaha-usaha di kota Lhokseumawe maka transaksi-transakasi bisnis dan perdagangan semakin tinggi, untuk mempermudah dan mem- pelancar transaksi bagi para pembisnis maka diperlukannya pihak bank sebagai alat memper- mudah dan mempercepat terjadinya transaksi, Fungsi bank sebagai Intermediasi dapat berja- lan dengan baik apabila kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan memiliki kepercayaan terhadap bank, apabila proses Intermediasi berja- lan degan baik, pihak yang mempunyai kelebihan dana pihak yang membutuhkan dana dalam pere- konomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank. Pihak yang mempunyai kelebihan dana akan memperoleh manfaat berupa manfaat pendapatan bunga dari dana yang disimpan di bank. Sementara itu, pihak pihak yang membutuhkan dana memperoleh man- faat berupa ketersediaan dana dari bank untuk melakukan investasi atau produksi bank sendiri akan memperoleh manfaat berapa selisih penda- patan biaya bunga yang disebut spread BI, 2003: 130. Meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat kota Lhokseumawe di lihat dari ban- yak permintaan akan uang giral dan kartal di kota lhokseumawe, untuk mengetahui perkembangan pemakaian uang giral dan kartal di kota Lhokseu- mawe dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini. Dilihat dalam Tabel tersebut terjadi pening- katan setiap tahunnya terhadap permintaan uang giral dan uang kartal, berdasarkan data tabel di atas masyarakat kota Lhokseumawe lebih ban- yak memakai uang giral sebagai alat pembayaran dalam transaksi mereka, penggunaan uang giral ini sebagai alat pembayaran yang memudahkan untuk melakukan transaksi dan penggunaan uang giral ini tergantung pada tinggi rendahnya tingkat perekonomian suatu daerah, besar kecilnya keper- Tabel 1. jumlah uang Beredar, 2009 – 2011 dalam jutaan rupiah Akhir Periode Uang Kartal Uang Giral Jumlah Uang Beredar 2009 1.791.580 43 2.406.493 57 4.198.073 2010 1.945.638 44 2.429.502 56 4.375.140 2011 2.600.543 50 2.610.291 50 5.210.834 Sumber : Bank Indonesia Kota Lhokseumawe Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 43 cayaan masyarakat terhadap jasa Bank dan lain- nya. Semakin maju perekonomian suatu daerah maka semakin sering atau semakin banyak peng- gunaan uang giral di dalam penyelesaian tran- saksinya. Melihat data perkembangan pemaka- ian uang giral di kota Lhokseumawe yang setiap tahunnya meningkat, serta banyak minat para pembisnis lebih menyukai uang giral dalam me- nyelesaikan transaksi bisnisnya menyatakan jelas bahwa laju perekonomian kota Lhokseumawe yang maju disertai posisinya yang sangat strategis yang merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Aceh. Pada saat sekarang ini masyarakat modern lebih menyukai penggunaan uang giral selain mudah dan tidak merepotkan untuk melakukan transaksi bisnis dalam pembayaran yang banyak. Proporsi uang giral yang relatif tinggi ini mencer- minkan bahwa kebiasaan masyarakat dalam menggunakan uang giral semakin meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa sejalan dengan berkembangnya dunia usaha maka keperluan dan kepercayaan masyarakat akan jasa-jasa lembaga perbankan juga semakin bertambah. Tinggi ren- dahnya permintaan uang giral dipengaruhi oleh tingkat inlasi, tingkat suku bunga SBI dan jumlah pendapatan perkapita masyarakat yang terjadi di daerah tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah bagaimana pengaruh tingkat inlasi dan tingkat suku bunga SBI terhadap permintaan uang giral di kota Lhokseumawe Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeta- hui bagaimana pengaruh tingkat inlasi dan tingkat suku bunga SBI terhadap permintaan uang giral di kota Lhokseumawe. Manfaat penelitian ini adalah untuk melihat peran sektor moneter di kota Lhokseumawe dalam upaya mengendalikan permintaan uang giral dan melihat laju peredaran uang. Bagi Masyarakat dan Perbankan kota Lhokseumawe akan memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mempen- garuhi uang giral. Juga sebagai tambahan wa- wasan bagi penulis untuk mengetahui keadaan perekonomian kota Lhokseumawe khususnya per- mintaan uang giral di kota Lhokseumawe. TinjAuAn TeoriTis Inlasi adalah masalah seluruh dunia, penye- baran inlasi keseluruh dunia terjadi oleh karena adanya mekanisme perdagangan keuangan yang saling berkaitan antara negara dunia Sadono Sukirno : 2000. Inlasi adalah suatu fenomena yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil instrinsik mata uang suatu negara Khalwaty : 2001 suku Bunga adalah pembayaran yang dilaku- kan untuk penggunaan uang, suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan perunit waktu. Dengan kata lain masyarakat harus membayar pe- luang untuk meminjam uang Samuelson, 1996. Permintaan uang Giral Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral. Menurut Manullang 1989, uang giral atau bank deposit money ada- lah hutang sesuatu bank kepada seseorang atau ke- pada sesuatu badan perusahaan. Uang giral dapat terjadi dengan cara berikut: 1. Penyetoran uang tunai kepada bank dan dicatat dalam rekening koran atas nama penyetor, pe- nyetor menerima buku cek dan buku giro bil- yet. Uang tersebut sewaktu-waktu dapat diam- bil atau penyetor menerima pembayaran utang dari debitur melalui bank. Penerimaan piutang itu oleh bank dibukukan dalam rekening koran orang yang bersangkutan. Cara di atas disebut primary deposit. 2. Karena transaksi surat berharga. Uang giral dapat diciptakan dengan cara menjual surat berharga ke bank, lalu bank membukukan hasil penjualan surat berharga tersebut sebagai deposit dari yang menjual. Cara ini disebut de- rivative deposit 3. Mendapat kredit dari bank yang dicatat dalam rekening koran dan dapat diambil sewaktu- waktu. Cara ini disebut dengan loan deposit. Kerangka Konsep Dalam jangka pendek faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang sangat dipen- garuhi oleh pendapatan riil, inlasi dan tingkat 44 Jurnal Visioner Strategis Marbawi Adamy dan Dinda Rahma Meiliza suku bunga. Dalam jangka panjang perlu dilaku- kan penelitian apakah faktor-faktor saling mem- pengaruhi satu dengan yang lainnya atau dengan kata lain satu faktor berkontribusi terhadap peru- bahan faktor yang lain. Untuk melihat hubungan simultanitas tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: Hipotesis Penelitian Menurut Husein Umar 2011, Hipotesis diar- tikan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proposisi atau dalil. Hipotesis dalam pe- nelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 tidak berpengaruh terhadap Permintaan Uang Giral Y di Kota Lhokseumawe. Ha : Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 ber- pengaruh terhadap Permintaan Uang Giral Y di Kota Lhokseumawe. MeTode PeneliTiAn Metode Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear ber- ganda, karena penelitian ini di rancang untuk me- neliti pengaruh variabel independen terhadap vari- abel dependen. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square OLS. Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaaan Uang Giral di Indo- nesia dapat digambarkan dengan fungsi hubungan linear berganda Multiple Linear Regression ka- rena lebih dari dua variabel bila dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis sebagai landasan teori: Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 +……………b n x n + e Dimana : Y = Permintaan Uang Giral a = Konstanta b = Koeisien Regresi X X 1 = Inlasi X 2 = Tingkat Suku Bunga e = Error Term Uji Hipotesis 1. Uji Serempak Uji F 2. Uji Parsial Uji t 3. Koeisisen Detrminasi R 2 AnAlisis dAn PeMBAhAsAn Pengolahan data dalam penelitian ini dilaku- kan dengan menggunakan metode regresi bergan- da untuk menganalisis pengaruh Inlasi dan Ting- kat Suku Bunga terhadap permintaan uang giral di Kota Lhokseumawe. Model Analisis Regresi Linear Berganda Dari hasil perhitungan statistik dengan meng- gunakan bantuan komputer melalui program SPSS Versi 19.00 seperti yang terlihat pada Tabel 2, maka diperoleh persamaan regresi linier ber- ganda sebagai berikut: Uji F Uji t Uji t Uji F Gambar 1. Kerangka Konseptual Inlasi X1 Tingkat Suku Bunga X2 Permintaan Uang Giral Y Tabel 2 Hasil Uji Koeisien Regresi Linier Coeficients a Model Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 573.298 84.652 6.772 .000 Inlasi 2.577 15.775 .026 .163 .871 Tingkat Suku Bunga -38.316 12.197 -.500 3.141 .004 Dependen Variabel : Permintaan Uang Giral Sumber : Hasil Penelitia, 2013 data diolah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 45 Y = 573,298 + 2,557X 1 - 38,316X 2 + e Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut : 1. Konstanta Dalam penelitian diperoleh nilai konstanta sebesar 573,298. Artinya jika Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 dianggap konstan nol maka besarnya permintaan uang giral di Kota Lhokseumawe adalah sebesar 573,298. 2. Koeisien Regresi • Koeisien regresi Inlasi X 1 sebesar 2,577. Artinya setiap peningkatan dalam Inlasi sebesar 1 dengan asumsi bahwa nilai koeisien variabel lain tetap atau tidak berubah maka akan meningkatkan Per- mintaan Uang Giral sebesar 2,577 atau 257,7 jutaan. • Koeisien regresi Tingkat Suku Bunga X 2 sebesar -38,316. Artinya setiap peningka- tan Tingkat Suku Bunga sebesar 1 den- gan asumsi bahwa nilai koeisien variabel lain tetap atau tidak berubah maka Per- mintaan Uang Giral akan menurun sebesar 38,316 atau 3831 jutaan. Hasil Pengujian Hipotesis uji F secara simultan Untuk melihat besarnya pengaruh secara kese- luruhan terhadap variabel yang diteliti maka akan diuji berdasarkan uji ANOVA seperti dijelaskan pada Tabel 3. Berdasarkan dari hasil uji ANOVA atau uji F secara simultan diperoleh F hitung sebesar 5,772, signiikansi 0,007 sedangkan F tabel pada tingkat signiikansi α = 0,05 dengan df k-1 = 2, dan df n-k-1 n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen atau 36-2-1=33 adalah sebe- sar 3,285. Hal ini memperlihatkan bahwa F hitung F tabel . Dari hasil perhitungan ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menerima hipotesis al- ternative Ha dan menolak hipotesis nol Ho, artinya bahwa variabel Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 secara bersama-sama berpen- garuh secara signiikan terhadap Permintaan Uang di Kota Lhokseumawe. Uji t Secara Parsial Uji t pengaruh masing-masing dapat dilihat dalam Tabel 4. Hasil pengolahan data dengan pengujian statistik juga memperlihatkan nilai t hitung untuk masing-masing variabel independen, yaitu sebe- sar 0,163 signiikansi sebesar 0,871 untuk vari- abel Inlasi. Sementara Nilai t tabel dengan derajat kebebasan df=n-k-1 atau 36-2-1=33 pada sig- niikan 0,052=0,025 diperoleh nilai sebesar 2,035 t hitung t tabel . Dengan demikian secara parsial variabel Inlasi X 1 tidak berpengaruh terhadap Permintaan Uang Giral. Nilai untuk t hitung variabel Tingkat Suku Bunga sebesar 3,141 signiikansi sebesar 0,004. Sementara Nilai t tabel dengan derajat kebebasan df=n-k-1 36-2-1=33 pada signiikan 0,052=0,025 diperoleh nilai sebesar 2,035 t hitung Tabel 3 Hasil Uji F ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 15897.633 2 7948.817 5.772 .007 a Residual 45449.057 33 1377.244 Total 61346.691 35 Sumber : Hasil Penelitian data diolah 2013 Tabel 4 Hasil Uji t Coeficients Model Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 573.298 84.652 6.772 .000 Inlasi 2.577 15.775 .026 .163 .871 Tingkat Suku Bunga -38.316 12.197 -.500 3.141 .004 a. Dependent Variable: Permintaan Uang Giral Sumber : Data SPSS 16.0 diolah 2013 46 Jurnal Visioner Strategis Marbawi Adamy dan Dinda Rahma Meiliza t tabel . Dengan demikian secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga X 2 mempunyai pengaruh terhadap Permintaan Uang Giral di Kota Lhok- seumawe. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan Inlasi dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh se- cara signiikan terhadap Permintaan Uang Giral di Kota Lhokseumawe. Namun secara parsial, hanya variabel Tingkat Suku Bunga yang berpengaruh terhadap Permintaan Uang Giral di Kota Lhok- seumawe. Hasil penelitian ini sama dengan peneli- tian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggana 2009, Rangkuti 2007 dan Suripto 2006 yang menyatakan bahwa Inlasi dan Suku Bunga ber- pengaruh secara simultan terhadap permintaan uang. Namun dengan periode penelitian dan ob- jek penelitian yang berbeda.Tingkat Inlasi tidak berpengaruh terhadap jumlah uang giral yang be- redar di Kota Lhokseumawe. Hal ini dikarenakan pada tahun periode penelitian, tingkat Inlasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe tidak begitu tinggi sehingga tidak mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat sehingga tidak mempengaruhi per- mintaan uang terutama uang giral. Menurut Bank Indonesia, Tingkat Suku Bunga adalah faktor utama yang mempengaruhi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Jika tingkat bunga tinggi, maka dunia usaha akan lesu. Oleh karena itu, Bank Indonesia akan mengurangi jumlah uang be- redar sehingga tingkat bunga kembali turun. Koeisien Korelasi dan Determinasi R 2 Untuk melihat besarnya hubungan dan besarn- ya pengaruh dari masing-masing variabel dapat dijelaskan pada Tabel 5. 1. Koeisien Korelasi R Berdasarkan tabel 4.8 dan 4.9, diperoleh koe- isien korelasi dalam penelitian sebesar 0,509, di- mana dengan nilai tersebut berarti terdapat hubun- gan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 51. Artinya Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 mempunyai hubungan yang cu- kup kuat terhadap peningkatan Permintaan Uang Giral di Kota Lhokseumawe. 2. Koeisien Determinasi R 2 Koeisien determinasi yang diperoleh dengan nilai sebesar 0.259 berarti bahwa sebesar 25,9 perubahan-perubahan dalam variabel terikat Per- mintaan Uang Giral dapat dijelaskan oleh peru- bahan-perubahan dalam variabel Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 . Sedangkan selebihnya yaitu 74,1 dijelaskan oleh faktor-faktor lain di- luar variabel yang dijadikan indikator variabel pe- nelitian, hal ini mengindikasikan bahwa masih ada sebesar 74,1 variabel Permintaan Uang Giral dipengaruhi oleh variabel lain, selain dari Inlasi dan Tingkat Suku Bunga seperti Pendapatan Na- sional, Tingkat Kesehatan Dunia Perbankan dan Nilai Tukar Rupiah. PeMBAhAsAn Pengaruh Inlasi terhadap permintaan uang giral di Wilayah Kerja Bank Indonesia Lhok- seumawe. Hasil pengujian Hipotesis secara parsial dik- etahui bahwa inlasi tidak berpengaruh terhadap permintaan uang giral di Wilayah Kerja Bank Indonesia Lhokseumawe, hal ini terjadi karena dalam penelitian ini yang dikatagorikan dalam permintaan uang giral adalah uang dalam bentuk simpanan deposito yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau dengan kata lain sering disebut simpanan giro de- mand deposit yang dimiliki mayarakat kota lhok- seumawe yang berpenghasilan menengah keatas, sehingga peningkatan jumlah uang uang beredar di wilayah Bank Indonesia Lhokseumawe tidak dipengaruhi oleh peningkan atau penurunan inlasi yang terjadi di wilayah Bank Indonesia Lhokseu- mawe. Dilain pihak juga dikarenakan pada tahun Tabel 5 Hasil Uji Korelasi dan Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .509 a .259 .214 37.11124 .161 a. Predictors: Constant, Tingkat Suku Bunga, Inlas i b. Dependent Variable: Permintaan Uang Giral Sumber : Data SPSS 16.0 diolah 2013 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 47 periode penelitian, tingkat Inlasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe tidak begitu tinggi sehingga tidak mempengaruhi aktivitas ekonomi masyara- kat sehingga tidak mempengaruhi permintaan uang terutama uang giral. Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilaku- kan oleh Rangkuti 2007, dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Per- mintaa Uang Kartal di Indonesia” di ambil kesim- pulan bahwa Nilai t hitung varibel inlasi lebih besar daripada t tabel dan berpengaruh positif sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inlasi juga ber- pengaruh positif dan signiikan terhadap variabel permintaan uang kartal. Tingkat Inlasi tidak ber- pengaruh terhadap jumlah uang giral yang beredar di Kota Lhokseumawe. Pengaruh tingkat suku bungan terhadap permintaan uang giral di Wilayah Kerja Bank Indonesia Lhokseumawe. Hasil pengujian Hipotesis secara parsial dik- etahui bahwa tingkat suku bunga berpengaruh terhadap permintaan uang giral di Wilayah Kerja Bank Indonesia Lhomseumawe, hasil penelitian ini mendukum penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Anggana 2009, dengan judul pe- nelitian “Analisis beberapa faktor yang mempen- garuhi jumlah uang beredar di Indonesia” di ambil kesimpulan bahwa hasil analisis pengujian secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang sig- niikan antara suku bunga kredit X 1 , inlasi X 2 , investasi X 3 , pendapatan nasional X 4 terhadap jumlah uang beredar Y. KesiMPulAn Berdasarkan hasil penelitian yang telah diba- has diatas, maka diambil kesimpulan sebagai beri- kut : 1. Hasil regresi pengaruh Inlasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Permintaan Uang Giral di wilayah Kota Lhokseumawe cukup layak digunakan karena telah memenuhi persyaratan Uji Asumsi Klasik, yaitu Uji Normalitas, Uji Autokerelasi, Uji Multikolinieritas, Uji Heter- oskedastisitas 2. Hasil Uji Koeisien determinasi R 2 peruba- han-perubahan dalam variabel terikat Per- mintaan Uang Giral dapat dijelaskan oleh pe- rubahan-perubahan dalam variabel Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 . Dilain pihak terdapat faktor-faktor lain diluar variabel yang dijadikan indikator variabel penelitian, selain dari Inlasi dan Tingkat Suku Bunga seperti Pendapatan Nasional, Tingkat Kesehatan Du- nia Perbankan dan Nilai Tukar Rupiah. 3. Hasil uji F secara simultan diperoleh F hitung memperlihatkan bahwa F hitung F tabel dari hasil perhitungan ini dapat diambil suatu kesimpu- lan bahwa variabel Inlasi X 1 dan Tingkat Suku Bunga X 2 secara bersama-sama berpen- garuh secara signiikan terhadap Permintaan Uang di Kota Lhokseumawe. 4. Hasil uji t secara parsial menunjukkan nilai t hitung untuk masing-masing variabel indepen- den variabel Inlasi. Nilai t hitung t tabel . Den- gan demikian secara parsial variabel Inlasi X 1 tidak berpengaruh terhadap Permintaan Uang Giral. Nilai untuk t hitung variabel Tingkat Suku Bunga t hitung t tabel . Dengan demikian secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga X 2 mempunyai pengaruh yang signiikan ter- hadap Permintaan Uang Giral di Kota Lhok- seumawe. Tingkat Inlasi tidak berpengaruh terhadap jumlah uang giral yang beredar di Kota Lhokseumawe. Hal ini dikarenakan pada tahun periode penelitian, tingkat Inlasi yang terjadi di Kota Lhokseumawe tidak begitu tinggi sehingga tidak mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat sehingga tidak mempen- garuhi permintaan uang terutama uang giral. s A r A n Berdasarkan hasil pembahasan dari kesimpu- lan yang telah diuraikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut : 1. Disarankan kepada Bank Indonesia perlu men- gurangi jumlah uang beredar sehingga tingkat bunga kembali turun. Mengingat pentingnya keberadaan uang dalam perekonomian, maka penyediaan jumlah uang dimasyarakat harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu mel- akukan proyeksi uang giral secara tepat di masyarakat yang akan memudahkan BI dalam 48 Jurnal Visioner Strategis Marbawi Adamy dan Dinda Rahma Meiliza melakukan perencanaan distribusi uang di Indonesia khususnya Kota Lhokseumawe. Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor makroekonomi tersebut Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inlasi dan Nilai Tu- kar Rupiah terhadap Dollar AS melalui kebi- jakan-kebijakan yang diambil. 2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melaku- kan penelitian yang sama dengan menambah sampel penelitian. Variabel penelitian sebai- knya tidak hanya meneliti pengaruh Inlasi dan Tingkat Suku Bunga tetapi menambah variabel lainnya seperti Pendapatan Nasional, Tingkat Kesehatan Bank dan Nilai Tukar Ru- piah yang berpengaruh terhadap Jumlah Uang Beredar. Periode penelitian sebaiknya diper- panjang misalnya selama 5 tahun, sehingga diharapkan kesimpulan yang dihasilkan dapat digeneralisasikan, serta mampu membuktikan seluruh hipotesis yang diajukan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Giral ... Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 49 reFerensi Djarwanto, 2001 Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi 1. Penerbit BPFE-UGM. Yogyakarta. Ghozali, Imam. 2012 Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Edisi 6. Cetakan Keenam. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang Arikunto, Suharsimi 2005, Manajemen Penelitian. Edisi ketujuh, Rineka Cipta. Jakarta Harahap, Sofyan Syafri 2002. Akutansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara: Jakarta Kasmir 2002 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Graindo Persada. Jakarta Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Sartono, Agus .2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Yogyakarta. Sawir, Agnes, 2005, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Ke- lima, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sinungan, Muchdarsyah .2003. Manajemen Dana Bank. PT Bumi Aksara. Jakarta. Van Horne, James C dan Wachowicz, John M. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi 12. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Weston dan Brigham, 2005, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlang- ga, Jakarta. 50 Jurnal Visioner Strategis Marbawi Adamy dan Dinda Rahma Meiliza Mengapa Produk Lokal Seperti Limun 66 Bireuen Tidak Mampu Bersaing Dengan Produk Luar Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 51 Mengapa Produk Lokal Seperti Limun 66 Bireuen Tidak Mampu Bersaing Dengan Produk Luar Seperti Coca Cola, Fanta, Pepsi, Dll? This study intends to ind out why the brand image of local products Limun 66 Bireuen less lashy compared to foreign products such as Coca Cola, Fanta and Pepsi which is an international product. In terms of quality it seems, Limun 66 especially Sarsafarilla lavor has a lavor that is not much different from Coca Cola and Pepsi, in fact both brands are very much different company in terms of market share. Foreign brand products have been known and has been marketed throughout the world. It is quite different with market share Limun 66 that are not even known by all the people in the province. This fact is due to a lack of understanding from the management on effective marketing to boost sales. A fact that until now people have never come across the presence of promotionadvertisement like a brochures, post- ers, pamphlets, billboards, banners , etc. In addition, people also never heard of the product Limun 66 in electronic ads such as radio and television where “The Coca Cola Company“ are heavily promoting through this pathway. This research uses descriptive qualitative method is a method used by previ- ous researchers in order to understand a phenomenon that occurs in an object under study and then analyzed and described by giving the images so that description can then be given an assessment of the phenomenon happens to the object. The purpose of this study is to provide insight to management companies Limun 66 Dardanilla the importance of promotion, advertising, as well as the need to make changes in the form of packaging so that con- sumers recognize and not get bored with Limun 66 Dardanilla products. Keywords: Brand image, promotion, advertising, packaging Muhammad diah Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim Bireuen JURNAL VISIONER STRATEGIS Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 ISSN: 2338-2864 p. 51-58 52 Jurnal Visioner Strategis Muhammad Diah lATAr BelAKAnG Persaingan bisnis secara global telah dimulai bahkan sebelum perdagangan bebas antar bangsa- bangsa Asean dan seluruh negara di dunia dimulai pada tahun 2015. Hampir semua jenis produk luar negeri dijual di hampir seluruh outlet yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali dengan produk minu- man bersoda seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, Pepsi dan lain-lain. Produk minuman ini sudah sangat terkenal dikalangan masyarakat Indonesia dan bahkan dihampir seluruh penjuru dunia. Kon- sumen produk ini tidak hanya dari kalangan tert- entu saja namun hampir semua kelompok usia dan semua kelompok status sosial baik pria maupun wanita. Seluruh produk yang telah dikenal oleh ham- pir semua kalangan di seluruh dunia mempunyai sejarah perjalanan produk yang sangat panjang. Mereka berhasil bertahan hidup dan membangun usaha yang berkesinambungan diantara ratusan produk sejenis yang ada disekeliling mereka. Se- buah produk akan mampu bertahan jika mereka berhasil mempertahankan keunggulan dan memi- nimalisir kelemahan serta selalu waspada terha- dap ancaman sekecil apapun dari pesaingnya. Siklus hidup sebuah produk memang akan ter- jadi secara alamiah dan tidak ada seorang pun yang mampu untuk menghalanginya. Namun bukan berarti bahwa setiap produk itu harus mengalami siklus hidup yang sama. Artinya bahwa masih ada upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahan- kan siklus hidup agar tetap eksis dan berkelanju- tan meskipun membutuhkan strategi jitu dan kerja ekstra dari para stakeholders khusunya manjemen perusahaaan. Untuk mempertahankan agar terus tumbuh dan berkelanjutan, produsen harus jeli melihat setiap perkembangan produk yang terjadi dari waktu ke waktu. Setiap perkembangan yang terjadi harus dianalisa dengan seksama agar pro- dusen dapat mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan untuk setiap keputusan yang diambil terutama menyangkut masalah-masalah distribusi dan pemasaran. Dengan analisa yang tepat dihara- pkan menerapkan manajemen dapat menerap- kan sebuah kebijakan serta mengambil langkah- langkah yang dianggap paling efektif agar siklus produk tidak memasuki phase penurunan dalam waktu yang relatif singkat “penuaan dini”. Se- buah strategi yang tepat tentu akan menjadi sangat penting jika sebuah produk telah memasuki masa penurunan justru sebelum memasuki masa keda- wasaan. Jika keadaan ini terjadi berarti bahwa ada sebuah kendala yang mendasar sehingga produk itu tidak mampu “bertahan hidup” dan bersaing dengan produk sejenis lainnya. Jika kita melihat siklus hidup sebuah produk lokal yang sudah dipasarkan di daerah Bireuen dan sekitarnya sejak puluhan tahun yang lalu yaitu Limun 66 dardanilla, maka akan menjadi sebuah pertanyaan besar yang harus dijawab yaitu apa yang harus dilakukan oleh produsen produk lokal ini agar produk ini tidak “kalah bersaing” dengan produk luar negeri? rumusan masalah dalam penelitian ini ada- lah mengapa Limun 66 Dardanilla kalah bersa- ing dengan produk luar negeri seperti Coca-cola, Fanta, Spite dan Pepsi? MeTode PeneliTiAn Untuk penelitian ini, penulis akan mengguna- kan metode deskriptif kualitatif yang merupakan sebuah metode yang digunakan oleh para peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi pada sebuah objek yang diteliti untuk kemudian dianalisis dan dijelaskan dengan memberikan gambaran-gambaran sehing- ga dengan gambaran itu kemudian dapat diberikan sebuah penilaian tentang fenomena yang terjadi pada objek tersebut. Dalam penelitian ini, penulis akan meng- gunakan konsumen sebagai alat penelitian hu- man instrument. Penggunaan manusia sebagai instrument penelitian ini didasari pada pendapat Nasution Sugiyono, 2007:60 yang menyatakan bahwa: “dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilih lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama”. Selain menjadikan konsumen sebagai instrumen penelitian, penulis juga menentukan dan menggunakan teknik yang dianggap tepat dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan sehingga dapat membantu peneliti pada saat obsevasi langsung ke lapangan selama proses penelitian berlangsung. Untuk itu peneliti akan menggunakan teknik-teknik berikut guna Mengapa Produk Lokal Seperti Limun 66 Bireuen Tidak Mampu Bersaing Dengan Produk Luar Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 53 memperoleh data yang akurat. a. Pengamatan terlibat langsung participant ob- servation Pengamatan ini dilakukan selama beberapa bulan pada beberapa outlet yang ada disekitar ka- bupaten Bireuen dan Pidie Jaya untuk membuat sebuah perbandingan berapa persentase pengun- jung yang akan membeli minuman bersoda yang membeli limun 66 Dardanilla dan persentasi pen- gunjung yang membeli produk luar negeri seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite dan Pepsi. Pengamatan ini dirasa perlu dilakukan untuk memastikan bah- wa persentase pembelian limun 66 Dardanilla ini jauh dibawah persentase pembelian produk luar negeri. b. Wawancara mendalam in-dept Interview Wawancara dilakukan langsung kepada pem- beli minuman bersoda, baik yang membeli Li- mun 66 dardanilla maupun yang membeli produk luar negeri seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite dan Pepsi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dari para responden yang akan memberikan informasi tentang alasan pemilihan produk yang dibelinya. Disamping pembeli, wawancara juga dilaku- kan dengan pemilik outlet yang menjual Limun 66 Dardanilla dan minuman bersoda dengan merk luar negeri. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi tentang persentase penjualan masing- masing minuman bersoda. Dengan hasil wawan- cara tersebut diharapkan mampu memberikan sebuah gambaran tentang pangsa pasar yang dimi- liki oleh masing-masing produk. PeMBAhAsAn Analisis produk Dalam upaya mempertahankan eksistensinya, produsen terus berinovasi dalam memberikan kepuasan kepada konsumen. Kepuasan yang di- berikan tidak hanya dengan memberikan pelay- anan service kepada konsumen, namun juga kepuasan terhadap kualitas produk, varian, rasa, dan kemasan. a. Kualitas Produk Jika kita membandingkan kualitas antara produk luar negeri dan produk lokal, secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk lokal tidak kalah jauh dari produk luar negeri. Ini merupakan suatu fakta bahwa dari segi kualitas sebenarnya produk lokal dapat bersaing dengan produk luar. b. Varian Varian produk merupakan salah satu bentuk inovasi yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Artinya produsen menawarkan pili- han-pilhan agar konsumen tidak merasa bosan jenuh dengan produk yang ada. Oleh karenanya baik produk luar maupun produk lokal sama-sama menyediakan berbagai varian. Ini juga merupakan sebuah kenyataan bahwa dalam hal jumlah varian tidak ada suatu perbedaan yang signiikan sehing- ga tidak menjadi suatu alasan bahwa produk luar bisa lebih diminati karena memiliki varian yang banyak. c. Rasa Jika produk luar negeri menawarkan berbagai rasa unik kepada konsumen, maka tidak jauh beda dengan produsen lokal yang juga menawarkan berbagai rasa pada limun 66 dardanilla. Dianta- ra rasa yang ditawarkan adalah rasa Nanas, dan Sarsafarilla. Namun keunikan rasa dari masing- masing produk tentunya menjadi suatu asalan mengapa suatu produk lebih diminati oleh kon- sumen dibanding produk sejenis lainnya. Dalam hal ini, produk luar negeri memang menawarkan rasa yang unik dan lebih dapat disukai oleh selu- ruh kalangan masyarakat. sehingga tidak heran bila rasa juga merupakan sebuah faktor yang san- gat menentukan produk luar negeri lebih digemari oleh masyarakat khususnya didaerah kabupaten Bireuen dan sekitar nya dimana di daerah ini juga terdapat produk lokal yang menawarkan produk minum bersoda. d. Kemasan Selain beberapa jenis kepuasan yang dapat di- tawarkan kepada konsumen yang sudah dijelaskan diatas, kemasan juga akan menjadi suatu faktor yang sangat menentukan maju tidaknya sebuah produk dimasyarakat. Bila kita melihat produk luar negeri seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite dan Pepsi, maka jelas terlihat bahwa produk-produk tersebut sudah melakukan beberapa kali peruba- han pembaharuan terhadap kemasannya. Peru- bahan ini penting dilakukan untuk mengatasi ke- jenuhan kebosan konsumen akan suatu produk. Lain hal nya dengan Limun 66 Dardanilla, sejak 54 Jurnal Visioner Strategis Muhammad Diah Limun itu dijual kemasyarakat puluhan tahun yang lalu, kemasan yang digunakan masih sama dari waktu ke waktu. Tidak ada perubahan sama sekali baik dari segi warna, ukuran, bentuk mau- pun jenis bahannya. Bahkan ironisnya banyak bo- tol minumal lain juga dipakai untuk melakukan isi ulang terhadap limun 66 tersebut. Jka produk luar negeri menggunakan “KRAT” iber untuk men- gangkat dan memindahkan produk dalam jumlah yang banyak, maka limun 66 masih menggunakan keranjang yang terbuat dari rotan untuk memind- ahkan mengangkatnya. Analisis iklan Promosi Promosi merupakan upaya untuk memperk- enalkan, memberitahukan dan menawarkan suatu produk atau jasa kepada konsumen dengan tujuan untuk membujuk calon konsumen untuk membeli mengkonsumsinya. Sehingga dengan adanya keg- iatan promosi ini diharapkan mampu mendong- krak tingkat penjualan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan penjualan, namun juga untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Menurut Kotler 2000, “strategi promosi dapat dilakukan melalui empat bentuk promosi yang paling dikenal, yaitu periklanan, personal selling, publisitas danpromosi penjua- lan”. Strategi promosi tersebut dapat dilakukan secara sendiri, tetapipada umumnya dilakukan se- cara bersama-sama. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain adalah:

a. iklan

Iklan merupakan sebuah bentuk publikasi terhadap suatu aktivitas, produk maupun jasa kepada khalayak ramai yang dilakukan melalui berbagai media seperti Koran, Radio, Televisi, In- ternet, dan berbagai media cetak dan elekotronik lainnnya. Menurut pendapat Durianto 2003 : 1 pengertian iklan adalah merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Sedangkan menurut pendapat Kriyantono 2008 : 174 pengertian iklan adalah sebagai bentuk ko- munikasi nonpersonal yang menjual pesan-pesan persuasif dari sponsor yang jelas untuk mempen- garuhi orang membeli produk dengan membayar sejumlah biaya untuk media. Selain kedua pen- dapat diatas, ada beberapa pendapat lain yang di kemukakan oleh para ahli tentang deinisi perikla- nan tersebut. Diantara pakar yang mendiinikasi- kan pengertian iklan adalah Kotler 2000 mem- berikan deinisi periklanan sebagai “setiap bentuk presentasi dan promosi ide, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang dikenal yang bersifat tidakpribadi”. Bila kita melihat pengertian yang diberikan oleh pakar lain yaitu menurut Swastha 2002, “periklanan adalah komunikasi non-in- dividu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba serta individu-individu. Iklan dapat di- lakukan dengan memuat nama dan spesiikasi produk sehingga memungkinkan masyarakat un- tuk mengenal dan tertarik untuk mengkonsum- sinya. b. Personnal SellingPenjualan perorangan Menurut Kotler 2000 Personnal selling mer- upakan kegiatan yang dilakukan oleh serong in- duvidu yang bertugas sebagai tenaga penjual bagi perusahaan dengan tujuan untuk menjual produk dan jasa serta menjaga hubungan baik dengan konsumen. Tjiptono 2004 mendeinisikan per- sonal selling sebagai sebuah komunikasi langsung tatap muka antara penual dan konsumen den- gan tujuan untuk memperkenalkan suatu produk sehinnga pelanggan tertarik untuk mencoba dan mengkonsumsinya. Bagi produk tertentu, person- al selling merupakan metode promosi paling efek- tif dalam upaya untuk mempengaruhi, membujuk dan memberikan pemahaman kepada pelanggan dalam menentukan pilihan untuk tindakan pembe- lian. Jika dibandingkan dengan promosik perikla- nan, pernjualan perorangan ini memiliki keunikan tersendiri. Dengan penggunaan metode ini, me- mungkinkan terjadinya interaksi pribadi antara penjual dan calon pembeli serta memungkinkan timbulnya kedekatan emosional diatara keduan- ya sehingga penjual dapat mengamati langsung kebutuhan dan karakteristik dari calon pelang- gan. Selain itu, metode ini juga memungkinkan timbulnya hungan kedekatan lain seperti persa- habatan pribadi. Menurut Kotler 2000, ada berberapa ciri atau sifat personal selling penjualan perorangan yaitu: Mengapa Produk Lokal Seperti Limun 66 Bireuen Tidak Mampu Bersaing Dengan Produk Luar Volume 2, Nomor 1, Maret 2013 55 • Personal confrontation yaitu adanya hubun- gan aktif, langsung dan timbal balikantara dua orang atau lebih. Sehingga dapat mengetahui secara langsung apa yang diinginkan dan dapat segera melakukan penyesuaian dengan pem- beli. • Cultivation yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macamhubungan, mu- lai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubunganyang lebih akrab. • Response yaitu situasi yang seolah-olah meng- haruskan pelanggan untukmendengar, mem- perlihatkan, dan menanggapi sehingga dapat mengetahuitanggapan pembeli secara lang- sung agar tenaga penjual secara cepat pula da- pat menyimpulkannya. Selanjutnya Tjiptono 2004 menyatakan bah- wa beberapa fungsi-fungsi penjualan perorangan, yaitu: • Prospecting yaitu mencari pembeli dan menja- lin hubungan dengan mereka. • Targeting yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli. • Communicating yaitu memberi informasi mengenai produk perusahaan kepada pelang- gan. • Selling adalah kegiatan penjualan yang dilaku- kan dengan cara mendekati, mempresentasi- kan produk yang akan dijual kepada konsumen serta melakukan berbagai kegiatan untuk men- ingkatkan penjualan • Servicing yakni memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan. • Information gathering yakni melakukan riset dan intelijen pasar. • Allocating yaitu menentukan pelanggan yang dituju dengan cara memahami segmentasi pasar.

c. Publisitas

Publisitas adalah upaya pemanfaatan nilai berita yang terkandung pada suatu produk den- gan tujuan untuk membentuk citra produk yang dimaksud. Kelebihan dari publisitas adalah bah- wa publisitas dapat menyediakan informasi yang lebih terperinci dibandingkan dengan iklan karena publisitas biasanya dimasukkan dalam bentuk berita atau artikel baik di koran, majalah, tabloid atau bahkan di media elektronik seperti radio dan televisi sehingga konsumen tidak memandangnya sebagai sebuah iklan atau promosi. Ada beberapa keuntungan kelebihan diban- ding dengan cara promosi lain seperti iklan yaitu: • Memudahkan konsumen yang tidak mau atau tidak sempat membaca iklan untuk memahami pesan yang disampaikan karena pesan yang disampaikan berupa berita yang tidak menga- rah kepada penjualan • Karena publisitas disajikan dalam bentuk be- rita maka dapat ditempatkan pada tempat yang strategis atau di halaman depan dari sebuah media massa • Konsumen bisa lebih percaya mengingat yang mereka baca merupakan bentuk informasi yang disuguhkan oleh media. Karena sebagian konsumen akan lebih percaya kepada berita dari pada iklan • Ditinjau dari segi biaya, maka publisitas mem- butuhkan biaya yang relatif lebih murah kare- na umumnya berita yang dimuat tidak dipun- gut biaya apapun.

d. Promosi Penjualan

Sales promotion promosi penjualan adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh penjual dengan tujuan untuk membujuk langsung para konsumen dengan cara memberikan berbagai insentif untuk merangsang meningkatnya jumlah barang yang dapat dijual kepada konsumen. Insentif yang di- berikan merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong peningkatan jumlah barang atau jusa yang dapat dijual kepada konsumen. Bentuk in- sentif yang ditawarkan kepada konsumen bisa berupa pemberian kupon, pemotongan harga, maupun pemberian berbagai bentuk hadiah me- narik lainnya. Menurut Tjiptono 2004, promosi penjualan adalah “bentuk persuasi langsung melalui peng- gunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera danatau meningkatkan jumlah barang yang dibe- lipelanggan”. Dengan promosi penjualan dihara- pkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar yaitu dengan cara mempengaruhi konsumen secara langsung untuk mencoba produk 56 Jurnal Visioner Strategis Muhammad Diah yang ditawarkan baik itu merupakan produk baru maupun produk lama dengan tampilankemasan baru sehingga diharapkan mampu mendongkrak penjualan dengan jumlah yang signiikan. Selain itu, dengan promosi penjualan juga memungkin- kan perusahaan membuat hubungan yang lebih erat dengan pelanggan maupun pengecer. Menurut Kotler dan Amstrong 2001, pro- mosi penjualan mempunyai 3 sifat khusus, yaitu: • Sarana promosi penjualannya menarik dan ko- munikatif. Dengan menariknya Promosi pen- jualan maka diharapkan akan mampu menarik perhatian konsumen serta memberi infor- masi yang memperkenalkan pelanggan pada produk. • Sarana promosi penjualan dapat menciptakan rangsangan untuk membeli bagi konsumen, serta dapat memberikan keistimewaan dan rangsangan yang bernilai bagi pelanggan. • Sarana promosi penjualan dapat menja- di undangan. Artinya dapat mengundang masyarakat untuk membeli saat itu juga. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, Pro- mosi penjualan dapat dikelompokkan sebagai berikut: • Customer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk merangsang mendorong pelanggan untuk membeli. • Trade promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk mendorong merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan im- portir untuk memperdagangkan barang jasa dari sponsor. • Sales force promotion, yaitu promosi yang bertujuan untuk memotivasi armada penjual. • Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahanan kontak hubungan den- gan pelanggan memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan mendidik pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempen- garuhi pembeli agar bersedia membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Faktor-fak- tor yang mempengaruhi keputusan membeli ber- beda-beda bagi setiap konsumen. Menurut Basu Swastha 2002:111 Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Lokasi penjual yang strategis Dari segi lokasi, pembeli akan memilih lokasi yang benar-benar strategis dan tidak membu- tuhkan terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya seperti mudah dijangkau, dekat dengan fasili- tas-fasilitas umum lainnya. 2. Pelayanan yang baik Bagi konsumen yang ingin membeli suatu produk, pelayanan yang diberikan oleh pen- jual sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Pela-yanan yang kurang baik akan menimbul- kan rasa tidak puas bagi konsumen sehingga konsumen cenderung membelinya kembali. 3. Kemampuan tenaga penjualnya Dalam suatu kegiatan usaha, tidak terlepas dari tenaga kerja baik tenaga kerja mesin maupun tenaga kerja manusia. Tenaga kerja merupakan faktor dalam perusahaan sehingga tenaga kerja yang professional mutlak diperlukan agar da- pat mendongkrak penjualan. 4. Iklan dan promosi Iklan dan promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasa- ran. Karena iklan dan promosi merupakan