Identifikasi dan Asesmen pada Aspek Latar Belakang Sosial Budaya Anak Berkebutuhan Khusus

PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 19 STADIUM ORIENTASI Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas Pasca konvensional Stadium 5 Stadium 6 Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial Tahap ini disebut Prinsip universal

9. Identifikasi dan Asesmen pada Aspek Latar Belakang Sosial Budaya Anak Berkebutuhan Khusus

Status sosial ekonomi, merupakan gabungan antara pendapatan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan keluarga peserta didik. Status ini berhubungan erat dengan performa peserta didik tunadaksa. Pengaruh status sosial ekonomi ini bekerja melalui: kebutuhan dasar dan pengalaman, keterlibatan orangtua, dan sikap-sikap serta nilai-nilai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang aman dan terstruktur, menggunakan contoh yang bagus, mengaitkan bahan belajar dengan kehidupan peserta didik, dan menggiatkan interaksi dalam kegiatan belajar. Faktor Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan- kebiasaan, dan pola perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok social. Faktor ini mempengaruhi keberhasilan dalam sekolah melalui sikap, nilai, dan cara pandang terhadap dunia. Sebagai bagian dari budaya, latar belakang etnik juga mempengaruhi keberhasilan peserta didik melalui sikap dan nilai-nilai. Implikasinya, guru harus memahami peserta didiknya dengan: 1 berusaha mempelajari kebudayaan peseta didik yang diajarnya, dan 2 berusaha menyadarkan peserta didik terhadap nilai- nilai dan keberhasilan orang-orang dari etnik dan budaya minoritas. Ditinjau dari aspek sosial, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan. Karakteristik sosial anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak yang merasa dirinya PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 20 cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan berperilaku salah lainnya. Kehadiran anak cacat yang tidak diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi. Problem emosi seperti itu banyak ditemukan pada anak tunadaksa dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

10. Identifikasi Potensi yang Dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus