PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
27
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
IDENTIFIKASI DAN ASESMEN KESULITAN DAN HAMBATAN PESERTA DIDIK TUNADAKSA
A.  Tujuan
Setelah  mengikuti  pembelajaran  ini  peserta  diharapkan  dapat  menjelaskan identifikasi dan asesmen kesulitan dan hambatan anak tunadaksa.
B.  Indikator Pencapaian Kompetensi
1.  Melakukan identifikasi kesulitan belajar anak tunadaksa. 2.  Melakukan asesmen kesulitan belajar anak tunadaksa.
3.  Melakukan identifikasi faktor-faktor kesulitan belajar bagi anak tunadaksa. 4.  Memilih instrumen identifikasi kesulitan belajar anak tunadaksa.
5.  Mengelompokkan kesulitan-kesulitan belajar anak tunadaksa.
C.  Uraian Materi
1.  Identifikasi Kesulitan Belajar Anak Tunadaksa
Pada  umumnya  tingkat  kecerdasan  anak  tunadaksa  yang  mengalami  kelainan pada sistem otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti pelajaran
sama  dengan  anak  normal,  sedangkan  anak  tunadaksa  yang  mengalami kelainan  pada  sistem  cerebral,  tingkat  kecerdasannya  merentang  mulai  dari
tingkat  idiocy  sampai  dengan  gifted.  Artinya,  anak  Cerebral  Palsy  yang kelainannya  berat,  tidak  berarti  kecerdasannya  rendah.  Selain  tingkat
kecerdasan  yang  bervariasi  anak  Cerebral  Palsy  juga  mengalami  kelainan persepsi,  kognisi,  dan  simbolisasi.  Kelainan  persepsi  terjadi  karena  saraf
penghubung  dan  jaringan  saraf  ke  otak  mengalami  kerusakan  sehingga  proses persepsi  yang  dimulai  dari  stimulus  merangsang  alat  akan  diteruskan  ke  otak
oleh  saraf  sensoris,  kemudian  ke  otak  yang  bertugas  menerima  dan menafsirkan,  serta  menganalisis  mengalami  gangguan.  Kemampuan  kognisi
terbatas  karena  adanya  kerusakan  otak  sehingga  mengganggu  fungsi kecerdasan,  penglihatan,  pendengaran,  bicara,  rabaan,  dan  bahasa.  Pada
akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensori
indra.  Gangguan  pada  simbolisasi  disebabkan  oleh  adanya  kesulitan  dalam
2
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
28
menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat. Kelainan yang kompleks ini akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
2.  Asesmen Kesulitan Belajar Anak Tunadaksa
Tunadaksa  dibagi  menjadi  dua  yaitu  tunadaksa  ortopedi  dan  tunadaksa  saraf, meski keduanya termasuk dalam tunadaksa yang memiliki gejala kesulitan yang
sama, namun jika ditelaah lebih lanjut terdapat perbedaan yang mendasar. Dari segi  kognitif  misalnya,  wujud  konkretnya  dapat  dilihat  dari  angka  indeks
kecerdasan  IQ.  Kondisi  ketunadaksaan  pada  anak  sebagian  besar menimbulkan  kesulitan  belajar  dan  perkembangan  kognitif.  Khususnya  anak
Cerebral  Palsy,  selain  mengalami  kesulitan  dalam  belajar  dan  perkembangan fungsi kognitifnya, mereka pun seringkali mengalami kesulitan dalam komunikasi,
presepsi, maupun control geraknya, bahkan beberapa penelitian sebagian besar diketahui terbelakang mental tunagrahita.
Untuk mengetahui tingkat intelegensi anak tunadaksa dapat digunakan tes yang telah dimodifikasi agar sesuai dengan anak tunadaksa. Tes tersebut antara lain
Hausserman  Test  untuk  anak  tunadaksa  ringan,  Illinois  Test  The Psycholinguistis  Ability,  dan  Peabody  Picture  Vocabulary  Test.  Lee  dalam
Soemantri  2007:129  mengungkapkan  hasil  penelitian  yang  menggunakan  tes Binet untuk mengukur tingkat intelegensi anak tunadaksa yang berumur antara 3
sampai 6 tahun sebagai berikut: a.  IQ tunadaksa berkisar antara 35-138.
b.  Rata-rata mereka adalah IQ 57. c.  Klasifikasi tunadaksa yang lain yaitu:
Anak polio mempunyai rata-rata intelegensi yang tinggi yaitu IQ 92. Anak yang TBC tulang rata-rata IQ 88
Anak yang cacat konginetal rata-rata IQ 61 Anak yang spastik rata-rata IQ 69
Anak cacat pada pusat syaraf rata-rata IQ 74 Pada  anak  cerebal  palsy,  kelainan  yang  mereka  derita  secara  langsung
menimbulkan  kesulitan  belajar  dan  perkembangan  intelegensi.  Mereka  lebih
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
29
banyak  mengalami  kesulitan  daripada  anak  tunadaksa  pada  umumnya.  Mereka banyak  mengalami  kesulitan  baik  dalam  komunikasi,  persepsi,  maupun  kontrol
gerak.  Hasil  pengukuran  intelegensi  anak  Cerebral  Palsy  tidak  menunjukkan kurva normal, semakin tinggi IQ semakin sedikit jumlahnya.
3.  Identifikasi Faktor-faktor Kesulitan Belajar bagi Anak Tunadaksa